Rabu, 29 Mei 2013

Emosi yang Matang

KEMATANGAN EMOSI: PENGERTIAN & FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

Kematangan emosi merupakan aspek yang sangat dekat dengan kepribadian. Bentuk kepribadian inilah yang akan dibawa individu dalam kehidupan sehari-hari bagi diri dan lingkungan mereka. Seseorang dapat dikatakan telah matang emosinya apabila telah dapat berpikir secara objektif. Kematangan emosi merupakan ekspresi emosi yang bersifat kontruktif dan interaktif. Individu yang telah mencapai kematangan emosi ditandai oleh adanya kemampuan didalam mengontrol emosi, mampu berpikir realistik, memahami diri sendiri dan mampu menampakkan emosi disaat dan tempat yang tepat.

Adapun ciri-ciri orang yang memiliki kematangan emosi antara lain adalah
  • kemampuan untuk merespon secara berbeda-beda dalam kaitannya dengan kebutuhan dan faktor-faktor diluar dirinya yang terlibat dalam situasi tertentu.
  • kemampuan menyalurkan tekanan-tekanan impuls dan emosi-emosi dalam bentuk prilaku yang konstruktif serta dapat mengarahkannya kearah tujuan yang positif.
  • kemampuan membangun pola hubungan interdepensi dan mampu memelihara peran-perannya secara fleksibel.
  • kemampuan memperkaya ketrampilan dan memahami potensi-potensi dan keterbatasan-keterbatasannya sendiri, serta mencari penyelesaian atas problem-problemnya secara kreatif dan mendapat persetujuan dari orang lain.
  •  kemampuan untuk berhubungan secara efektif dengan orang lain, juga mampu memandang dirinya dengan orang lain dengan rasa hormat.
  • kemampuan mempertimbangkan dan memulai alternatif-alternatif, konsekuensi-konsekuensi dari pelakunya.

Kematangan emosi seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik intern (dari dalam diri sendiri) maupun faktor ekstern (dari luar diri sendiri), yaitu antara lain adalah:
  • Adanya penyesuaian diri yang baik, kemampuan untuk berfungsi sebagai manusia yang dapat bergantung pada diri sendiri, harus dikembangkan secara bertahap dan terus menerus seiring dengan bertambahnya umur serta kedewasaannya. Setiap pribadi dalam kehidupannya selalu mengalami perubahan secara terus menerus oleh karena itu diperlukan adanya kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan yang ada disekitarnya,
  • Suasana lingkungan sosial, lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat sekitar yang berhubungan dengan proses-proses sosialisasi yang dapat membentuk seseorang menjadi pribadi yang matang.

Faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi individu dalam mengekspresikan emosinya dalam perilaku keseharian.

Orang Kudus 29 Mei: St. Teodosia Konstantinopel

santa teodosia konstantinopel, Martir
Sebagai martir dari Konstantinopel, Teodosia adalah salah seorang martir dari Gereja Katolik Timur. Ia menderita penganiayaan hebat dari para musuh Gereja pada abad kedelapan (745) pada masa pemerintahan Kaisar Konstantin V.

pada tahun 726, Kaisar Byzantium Leo III mengeluarkan sebuah dekrit yang melarang pemujaan terhadap gambar-gambar kudus. Puteranya Konstantin, yang menggantikan dia terus melanjutkan politiknya dalam memberantas praktek pemujaan terhadap gambar-gambar kudus. Ia memerintahkan pengrusakan atas sebuah lukisan Yesus yang termasyur di biara Santo Atanasius di Konstantinopel. Teodosia sebagai seorang biarawati di biara itu mencoba menyembunyikan lukisan itu. Karena itu ia ditangkap dan dianiaya hingga mati

Sumber: Orang Kudus Sepanjang Tahun

Renungan Hari Rabu Biasa VIII-C

Renungan Hari Rabu Biasa VIII, Thn C/I
Bac I : Sir 36: 1, 4 – 5, 10 – 17; Injil     : Mrk 10: 32 – 45

Dalam bahasa Kitab Suci, menuju ke Yerusalem, bagi Yesus, berarti menuju kepada kematian. Sementara kematian itu sendiri merupakan kemuliaan dan penebusan bagi umat manusia. Ada pertentangan antara kemuliaan (atas) dengan kematian (bawah). Bagi Yesus, untuk sampai di atas, orang harus mulai dari bawah.

Pertentangan inilah yang digunakan Yesus untuk memberi pelajaran bagi kita para murid-Nya. Dari “atas-bawah” Yesus masuk ke “tinggi-rendah”. Tinggi di sini untuk suatu posisi jabatan, dan rendah untuk sikap hati. Karena itu, Yesus menekankan agar siapapun yang menginginkan jabatan tinggi, hendaklah ia merendahkan diri. Untuk merendahkan diri orang mesti memiliki sikap rendah hati. Untuk membenarkan hal ini, Yesus memberikan contoh diri-Nya sendiri dalam misi kemuliaan-Nya. “Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang." (Mrk 10: 45).

Sabda Yesus hari ini mau mengajak kita untuk membangun sikap rendah hati dan menggunakan jabatan kita untuk pelayanan bagi banyak orang. Yesus menghendaki supaya pelayanan yang kita lakukan dalam kehidupan ini berdampak pada keselamatan orang lain.

by: adrian