Senin, 30 November 2020

PAHAMI DAHULU SEBELUM BERBUAT


Abid Ghoffar bin Aboe Dja'far, atau yang lebih dikenal dengan nama Ebiet G Ade, pernah menulis syair lagu dengan judul “Dengarkanlah Kata-Kataku”.  Penggalan bait refreinnya, yang cukup menyentuh hati, berbunyi:

“Dengarkanlah dengan hatimu

Jangan engkau dengar dengan jiwa buta

Dengarkanlah kata-kataku

Jangan engkau melihat siapa aku”

Di sini Ebiet mau mengajak kita, para pendengar, untuk mengubah pola pikir dalam melihat sesuatu yang ada di luar diri kita. Misalnya soal kebenaran atau juga kebaikan. Bagi Ebiet, kebenaran atau kebaikan itu bukan soal rasa: saya suka dan/atau tidak suka; bukan juga soal kepentingan: di pihak saya dan/atau musuh saya.

Ebiet G Ade menghendaki agar kita menilai sesuatu itu bukan dengan jiwa buta. Artinya, menilai sesuatu itu bukan didasari pada diri sendiri: saya suka maka itu benar, baik dan bagus, sedangkan jika saya tidak suka maka sesuatu itu tidak benar, tidak baik dan tidak bagus; jika sesuatu itu ada di pihak saya maka ia itu benar, baik dan bagus, sedangkan jika sesuatu itu “anti” saya maka ia itu tidak benar, tidak baik dan tidak bagus.

Ebiet G Ade menghendaki agar kita melihat isinya, bukan pada kulitnya. “Dengarkanlah kata-kataku, jangan engkau melihat siapa aku.” Dengan kata lain Ebiet G Ade ingin agar kita “jangan menilai buku itu dari kulitnya.” Sekalipun kulit buku atau sampul buku itu tidak bagus dan tidak menarik, belum tentu isinya juga tidak bagus dan tidak menarik. Sebaliknya, belum menjadi jaminan bahwa sampul atau kulit yang menarik menentukan isi buku yang menarik juga.

Legenda Rawa Pening

TOLOK UKUR KEASLIAN SEBUAH TULISAN


Jika kita mencermati argumen-argumen umat islam di media sosial, umumnya kita dapat menemukan satu ciri khasnya, yaitu argumen tanpa nalar. Kebanyakan argumen yang dibangun sungguh di luar akal sehat sehingga bagi yang masih mempunyai akal budi hal tersebut terasa tak masuk akal. Misalnya, argumentasi soal keaslian tulisan. Dalam sebuah tulisan ada seorang menyatakan bahwa Al-Qur’an terjaga keasliannya, sedangkan Alkitab tidak. Dasar keasliannya adalah reaksi umat; jika ada amuk massa, maka tulisan itu asli, tapi jika tidak maka tulisan tersebut palsu.

Tentulah argumentasi tersebut sangat dangkal dan lemah. Akan tetapi, sepertinya sudah menjadi ciri khas islam bahwa kebenaran ditentukan juga dengan kekerasan (amuk massa). Hal ini ditegaskan pula dalam salah satu hadis terpercaya, dimana dikatakan bahwa Allah SWT mendukung agama melalui orang yang berhati culas kejam. Karena itulah, islam selalu diidentikkan dengan radikalisme dan terorisme.

Sebuah Kebenaran

Patut diakui bahwa jika Al-Qur’an diubah-ubah atau dipalsukan pastilah akan menimbulkan reaksi besar, bukan saja di Indonesia melainkan seluruh dunia. Umat islam akan marah, protes dan melakukan tindakan anarki lainnya. Berbeda dengan Injil atau Kitab Suci orang kristen. Akan tetapi, apakah kemarahan, protes dan tindakan anarki merupakan tolok ukur keaslian tulisan?

Harus disadari juga bahwa reaksi marah, kekerasan bahkan sikap anarkis umat islam ini bukan hanya muncul bila terjadi sesuatu pada Al-Qur’an yang tidak benar, melainkan juga pada atribut agama. Misalnya, jika ada “pelecehan” atau informasi yang tidak disukai berkaitan dengan Nabi Muhammad, maka umat islam seluruh dunia akan demo, protes, marah bahkan bertindak brutal. Tentu kita masih ingat akan kasus pembakaran buku “5 Kota Paling Berpengaruh di Dunia” oleh Toko Buku Gramedia pada 14 Juni 2012. Gramedia takut menghadapi ancaman umat islam. Atau ketika ada video dengan nabi Muhammad, umat islam sedunia marah.

Minggu, 29 November 2020

KATOLIK MENJAWAB SOAL KRITIKAN ATAS TRADISI BAPTIS BAYI DAN SAKRAMEN TOBAT

Sudah lumrah terjadi dimana Gereja Katolik selalu mendapat serangan dari pihak luar terhadap doktrin atau ajaran iman. Hal ini bukan saja baru terjadi abad ini, tetapi sudah sejak puluhan abad lampau. Jadi, jika sekarang ada yang melakukan hal itu, bukan hal baru lagi. Secara umum, ada dua pihak yang biasa menyerang dan menghina Gereja Katolik, yaitu pihak islam dan juga saudara-saudari kita protestan. Sebelum menyikapi serangan-serangan itu, silahkan baca kisah berikut ini.

Toni adalah siswa SD kelas 5. Sepulang sekolah, Toni mampir ke toko yang menjual aneka jenis topi. Dia mencoba satu per satu topi sambil melihat diri di cermin. Akhirnya ia menemukan topi yang pas. Ketika mengenakan topi itu dia merasa nyaman dan dirinya terlihat keren. Dia minta penjual untuk membungkusnya dengan kertas kado. Pada saat ulangtahun ayahnya, Toni menyerahkan kado itu. Ia meminta ayahnya untuk segera membukanya. Ayahnya tersenyum setelah mengetahui kado itu. Si bocah meminta ayahnya untuk memakainya, karena ia ingin melihatnya. Ternyata topi itu kecil. Tidak pas dengan kepala ayahnya.

“Ah, tak mungkin!” Ujar Toni. “Kemarin aku coba pas koq.”

“Itu kepalamu,” jelas mamanya.

“Berarti kepala ayah yang salah.”

Demikian sekilas cerita. Si anak memaksakan ukurannya kepada orang lain, sehingga jika ukurannya tidak pas dengan orang lain, maka kesalahan ada pada orang lain.

Kisah di atas hanyalah sekedar cerita. Namun di dalamnya terkandung pesan atau nilai, yaitu sering kita menyalahkan orang lain dengan menggunakan standar penilaian kita. Atau kita mengatakan orang salah hanya berdasarkan ukuran kita. Hanya karena topi tidak pas di kepala ayahnya, Toni menilai kepala ayahnya salah. Di sini terlihat adanya kesesatan berpikir atau kesesatan menilai. Toni tak sadar bahwa bagaimana jika ayahnya melakukan hal yang sama seperti yang dilakukannya; tentulah kesalahan terletak pada kepalanya.

Kisah seperti inilah yang kerap terjadi pada peristiwa serangan-serangan yang dilakukan pihak islam dan protestan terhadap doktrin atau ajaran iman katolik. Maaf, di sini kami menggunakan istilah protestan, bukan kristen, karena sebenarnya katolik juga adalah kristen. Baik islam maupun protestan sama-sama menilai doktrin ajaran katolik dengan menggunakan standar mereka. Dengan memakai standarnya (ajaran dan juga cara pandang/pikir), umat islam menilai bahwa Allah orang kristen (entah itu katolik maupun protestan) ada tiga. Dan dengan memakai standarnya (ajaran dan juga cara pandang/pikir) orang protestan menilai orang katolik menyembah Bunda Maria. Itulah kesesatan berpikir.

Gary Hoge, ketika masih sebagai seorang protestan, pernah berkata bahwa iman katolik penuh dengan ajaran-ajaran yang tidak terdapat dalam Alkitab. Sebenarnya bukan cuma Hoge saja yang berpendapat demikian. Umumnya orang protestan juga menilai Gereja Katolik seperti itu. Namun ketika Hoge mendengar sendiri teologi katolik dari sumber katolik, ia menyadari bahwa selama ini dirinya telah salah, karena informasi yang didengar semua berasal dari sumber protestan. Hoge berkesimpulan bahwa para ahli protestan tidak mengerti ajaran katolik dengan baik karena mereka terus mengkritik hal-hal yang tidak diajarkan oleh Gereja Katolik. Pengalaman Hoge tak jauh beda dengan pengalaman dua teolog protestan, Scoot Hahn dan Gerry Matatics. Setelah membaca semua buku-buku katolik yang diberikan Hahn, Gerry mengatakan bahwa tidak ada satu pun doktrin Katolik yang ditemuinya tanpa dasar alkitabiah. Beberapa tokoh islam juga memiliki pendapat serupa. Mereka akhirnya menilai bahwa islam keliru menilai ajaran kristiani.

Jumat, 27 November 2020

REKA ULANG MUHAMMAD DAN ISLAM


Agama islam merupakan salah satu agama terbesar di dunia. Sekalipun terpecah-pecah ke dalam banyak aliran, dimana antara satu dengan lainnya  sering berbeda pandangan, malah bermusuhan, namun semuanya tetap satu dalam satu label, yaitu ISLAM. Dan agama islam tidak bisa dipisahkan dari nabi Muhammad. Sekalipun umat islam mengakui dan menghormati juga nabi-nabi lain, seperti Adam, Nuh, Musa, Abraham, Daud, Isa, dll, namun tidak ada pengakuan dan penghormatan yang sebesar nabi Muhammad SAW. Dapat dikatakan, tidak ada islam tanpa nabi Muhammad SAW.

Tulisan ini berusaha mereka ulang kehidupan nabi Muhammad. Dari dia-lah lahir agama islam. Dalam reka ulang ini tidak akan dipaparkan detail kehidupan nabi Muhammad SAW; hanya garis besarnya saja. Dari reka ulang ini pembaca dapat mengetahui dan sekaligus menyimpulkan sendiri hal-hal penting terkait agama islam.

01.    Muhammad adalah seorang yatim piatu. Sejak kelahirannya, dia sudah ditolak oleh kaum keluarganya. Ia akhirnya dibesarkan oleh seorang wanita Badui. Pada umumnya, secara psikologis, penolakan sejak masa kecil bisa membentuk gangguan kepribadian. Karena itu, bukan tidak mungkin penolakan itu membekas dalam kepribadian Muhammad di kemudian hari. Selain itu, gaya hidup suku Badui juga akan berpengaruh dalam hidup Muhammad. Umumnya orang Badui dikenal suka merampok, selain mempunyai gaya hidup sederhana dan pekerja keras.

02.    Jauh sebelum Muhammad lahir, sudah ada banyak agama berkembang di Jesirah Arab. Ada Hindu, Zoroaster, Yahudi, termasuk agama Kristen juga sudah ada. Namun, agama Kristen yang ada waktu itu berasal dari aliran Nestorian. Aliran ini sudah dinyatakan sesat, karena ajarannya tidak seperti apa yang diajarkan agama Kristen kala itu. Sementara itu, Kabah menjadi pusat penyembahan berhala. Di sana ada sekitar 360 patung. Sekalipun ada orang Yahudi dan Kristen, tidak ada pemahaman bahwa kabah itu adalah makam Abraham.

03.    Pengalaman ditolak menumbuhkan keinginan untuk menjadi pusat perhatian. Setelah kembali ke Mekkah (dari lingkungan Badui), Muhammad mulai mencari dasar untuk menjadi pusat perhatian. Dia akhirnya menemukan dasarnya pada agama, yang berpusat pada kabah. Dan kebetulan juga sukunya sedang dalam pencarian jati diri religiositas.

Kamis, 26 November 2020

IRI HATI DAN KEBENCIAN ADALAH SIA-SIA


Dua pria yang sedang sakit serius menempati satu ruangan di rumah sakit yang sama. Salah satu pria diperbolehkan untuk duduk di tempat tidurnya selama satu jam dalam sehari untuk mengeluarkan cairan di paru-parunya. Kasurnya berada di sebelah jendela satu-satunya di ruangan itu. Pria yang satu lagi menghabiskan waktunya hanya telentang di kasur.

Mereka saling bercerita setiap saat. Mereka berbicara tentang istri dan keluarga, rumah, pekerjaan, keterlibatan mereka dalam militer, ke mana mereka berlibur. Dan setiap siang ketika pria yang berada di dekat jendela dapat duduk, dia akan menceritakan segala yang ia lihat di luar jendela kepada temannya. 

Pria yang berada di kasur satunya akan merasa bahwa dunianya diperluas dan dimeriahkan oleh segala aktivitas dan warna dunia luar. Dari jendela terlihat sebuah taman dengan danau yang cantik, kata pria yang berada di dekat jendela. Bebek dan angsa bermain di air sementara anak-anak bermain dengan kapal mainan. Para pecinta bergandengan tangan di tengah warna-warni bunga. Pohon tua besar menghiasi pemandangan, dari jauh terlihat pemandangan kota yang menarik. Saat pria yang berada di dekat jendela menggambarkan semua itu dengan detil, pria yang berada di sisi yang lain akan menutup mata dan membayangkan suasana itu.

Di suatu siang... 

Pria yang berada di dekat jendela menggambarkan sebuah parade yang sedang lewat. Meskipun tidak bisa mendengar apapun, ia dapat melihat lewat mata pikirannya saat pria yang berada di dekat jendela melukiskan dengan detil lewat kata-katanya. Tiba-tiba, sebuah pikiran memasuki kepalanya: Mengapa harus ia yang selalu mendapatkan kesenangan melihat segalanya di saat diriku tidak pernah melihat apapun? Itu tidak adil.

Awalnya ia merasa malu punya pikiran seperti itu. Namun saat hari terus berlalu dan semakin banyak pemandangan yang terlewatkan, rasa iri hati itu mulai berubah menjadi kebencian. Ia mulai merenung dan sulit untuk tidur. Ia seharusnya yang berada di dekat jendela - dan pikiran itu sekarang mengendalikan hidupnya.

Di suatu malam yang larut... 

TINGGALKANLAH BEBAN MASA LALUMU


Setiap orang pastilah pernah mengalami pengalaman terluka dalam hidup. Tak jarang pula pengalaman pahit itu diikuti dengan rasa trauma. Jika mengalami trauma yang sangat besar pada masa lalu ia akan meninggalkan bekas. Dan sering kali terjadi bahwa trauma ini lantas digunakan sebagai 'kambing hitam' atas keterpurukan saat ini. Kita terus terikat dengannya, meski itu menyakitkan.

Bila kita tak bisa lepas dari trauma, maka cobalah tanyakan hal ini pada diri sendiri, "Berapa banyak luka lagi yang akan saya biarkan diderita oleh diri saya sendiri? Apakah trauma ini pantas menghancurkan seluruh sisa hidup saya? Siapa yang berkuasa di sini, diri saya--ataukah trauma?"

Mari kita belajar dari alam. Perhatikanlah daun-daun yang mati dan berguguran dari pohon, ia sebenarnya memberikan hidup baru pada pohon. Bahkan sel-sel dalam tubuh kita pun selalu memperbaharui diri. Segala sesuatu di alam ini memberikan jalan kepada kehidupan yang baru dan membuang yang lama. Satu-satunya yang menghalangi kita untuk melangkah dari masa lalu adalah pikiran kita sendiri.

Sering kali terjadi bahwa beban berat masa lalu, dibawa dari hari ke hari. Beban itu berubah menjadi ketakutan dan kecemasan, yang kemudian pada akhirnya akan menghancurkan hidup kita sendiri. Ingatlah, hanya seorang pemenanglah yang bisa melihat potensi, sementara seorang pecundang sibuk mengingat masa lalu.

Bila kita sibuk menghabiskan waktu dan energi kita memikirkan masa lalu dan mengkhawatirkan masa depan, maka kita tidak memiliki hari ini untuk disyukuri.

Saat kita merasa sedih dan putus asa atau bahkan menderita, coba renungkan keadaan di sekitar kita. Barangkali masih banyak yang lebih parah dibandingkan kita? Tetaplah tegar dan percaya diri, berpikir positif dan optimis, berjuang terus, dan pantang mundur.

diambil dari tulisan 7 tahun lalu

Rabu, 25 November 2020

PERHATIAN SAHABAT LAMA


Markus adalah mantan seminari, tapi tidak sampai tamat. Karena keterbatasan uang sekolah, ia akhirnya memutuskan untuk mundur. Selepas dari seminari, ia merantau ke Jakarta. Berbagai profesi sudah digelutinya, sampai akhirnya dia menjadi sopir Mikrolet.

Suatu hari, seorang imam naik mikrolet yang dikemudikan Markus. Dari kaca di atas sopir, Markus terus memperhatikan penumpang istimewanya itu. Dia merasa mengenal orang tersebut. Ketika mobil berhenti sebentar hendak menaikkan penumpang, Markus meminta penumpang istimewanya itu maju ke depan, duduk di samping sopir.

Setelah duduk di samping, Markus berkata sopan, “Anda pastor, kan?”

Imam itu sedikit kagum atas tepatnya tebakan sang sopir. “Koq, kamu tahu?”

“Tampak dari cara naiknya,” ujar Markus diselingi sebuah senyuman. “Romo, sepertinya wajah romo tak asing bagi saya.” Markus memulai percakapan sambil menyetir mikroletnya menyelib-nyelib mobil-mobil lain. “Kalau tak salah, nama romo adalah Matius, kan?”

“Lho, kamu ini siapa? Koq tahu?” Romo Matius, yang merupakan penumpang istimewa mikrolet itu semakin penasaran.

“Romo, kita dulu satu seminari menengah. Saya keluar kelas 2.” Markus menjelaskan beberapa hal penting yang bisa menjadi pengingat. Dan ternyata memang mereka merupakan sahabat lama waktu seminari menengah itu. Akhirnya ceritapun mengalir sampai tukaran nomer HP.

Ketika tujuan Romo Matius sudah dekat, dia mengambil duapuluh ribu dari sakunya. Namun Markus, sang sopir mikrolet, menolaknya. “Untuk romo selalu gratis. Romo naik mobil saya saja sudah merupakan berkat. Berkat itu kan bahasa Latinnya Gratia. Mirip-mirip dengan gratis.” Ujar Markus sambil tersenyum.

Selasa, 24 November 2020

HABIB RIZIEQ DAN WAJAH ISLAM

 


Tiga tahun, sejak Habib Rizieq kabur ke Arab, sepertinya tidak ada gegap gempita aksi Front Pembela Islam (FPI). Namun sejak pertama kali menginjakkan kakinya di tanah air, suasana yang dulu-dulu kembali hadir. Bandara lumpuh, jalanan macet, aneka spanduk dan baliho menyemaraki kedatangan Iman Besar Umat Islam Indonesia. Tidak hanya itu, segala aturan yang sudah dibangun pun diobrak-abrik. Acara maulid nabi dan pesta pernikahan sang putri benar-benar menampilkan wajah FPI yang selama 3 tahun ini tak kelihatan.

Aksi Habib tidak berhenti di situ. Dalam acara keagamaan, Rizieq menebarkan ancaman kepada siapa saja yang menghina islam, menghina nabi dan menghina ulama. Rizieq meminta umat islam agar Indonesia meniru apa yang terjadi di Perancis, terhadap guru yang dipenggal kepalanya karena menghina nabi. Ancaman Rizieq itu bukanlah bualan atau hoaks. Berikut ini kami tampilkan videonya


(jika tak bisa dibuka, silahkan klik di sini).

Banyak orang memberi tanggapan atas pernyataan Imam Besar Umat Islam Indonesia itu. Ada yang meminta agar pemerintah, melalui aparatnya, bersikap tegas. Hukum harus ditegakkan. Tak sedikit juga yang mengecamnya karena mencoreng wajah islam. Bagi mereka, apa yang dikatakan Rizieq dengan mengatas-namakan islam, sungguh bukanlah wajah islam. Mari kita cermati dua aksi ini.

1.    Pemerintah harus bertindak

Banyak kalangan, baik itu dari umat islam maupun non muslim, mendesak supaya pemerintah menindak Habib Rizieq atas pernyataannya tersebut. Mereka mengingatkan bahwa negara Indonesia adalah negara hukum dan negara Pancasila. Sebagai negara hukum, segala tindak kejahatan harus diproses melalui hukum yang ada, bukan dengan hukum agama tertentu. Dan hukum punya mekanismenya sendiri, tidak boleh dipaksa mengikuti kemauan pribadi kelompok. Sebagai negara Pancasila, Indonesia tidak hanya islam, tapi masih ada 6 agama lain yang mempunyai hak yang sama.

Memang, melihat tayangan video tersebut, sebenarnya aparat pemerintah bisa bertindak. Akan tetapi, harus dimaklumi juga bahwa pemerintah berada dalam situasi dilema. Menghadapi pernyataan Rizieq tersebut, pemerintah tidak hanya melihatnya dari sisi hukum saja, melainkan juga mempertimbangkan dampak ekonomi, sosial, kesehatan, keamanan, agama, politik, dan lain sebagainya. Artinya, pemerintah melihat masalah tersebut dari banyak sudut pandang, sedangkan mereka yang mendesak pemerintah hanya melihat masalah tersebut dari segi hukum saja.

MENGELOLA UANG PAROKI


Gereja adalah bagian dari dunia. Karena itu prinsip-prinsip keduniaan, meski tidak semuanya, dapat diadopsi oleh Gereja. Salah satunya adalah soal transparansi laporan keuangan. Sudah saatnya pengelolaan harta benda Gereja, termasuk keuangan, dilakukan secara transparan agar umat mengetahuinya.

Ada beberapa alasan kenapa Gereja, dalam hal ini paroki, harus transparan dalam pengelolaan keuangan. Pertama, sumber keuangan paroki adalah dari umat (kolekte, intensi, stipendium, donasi, dll). Oleh karena itu, adalah hak umat untuk mengetahui pengelolaan keuangan paroki: berapa yang masuk, bagaimana dikelola, bagaimana pemakaiannya, berapa keluar, berapa hasil akhirnya, dll. Dapatlah dikatakan bahwa transparansi merupakan bentuk akuntabilitas.

Kedua, dengan adanya transparansi keuangan berarti umat dilibatkan; umat menjadi berpartisipasi aktif. Di sini umat akan merasa memiliki Gereja (cinta akan parokinya), melalui kontrolnya atas laporan keuangan yang dibuat secara transparan.

Ketiga, semua manusia memiliki kelemahan, terlebih dalam hal uang. Manusia, sekalipun imam, sangat rentan terhadap penyalahgunaan uang. Karena itu benar kata orang bahwa korupsi tidak pandang bulu. Korupsi bukan hanya milik para pejabat negara, tetapi juga bisa melanda pejabat Gereja (baca: hirarki): uskup, imam dan suster. Dengan adanya transparansi maka bahaya penyelewengan keuangan bisa diminimalisir.

Akan tetapi ada saja orang, bahkan dari hirarki, yang tidak setuju adanya transparansi keuangan. Mereka menilai bahwa di balik transparansi ada prinsip do ut des: saya memberi, maka saya menerima. Artinya, pemberian itu ada pamrih. Jadi, umat yang memberi kolekte, intensi, stipendium, dll, disinyalir memiliki pamrih pribadi, bukan murni persembahan kepada Tuhan, Gereja dan karya pastoral. Pemberian tersebut tidak seperti persembahan janda miskin (bdk. Lukas 21: 1 – 4).

Malahan orang-orang yang menentang transparansi keuangan menggunakan dasar Kitab Suci untuk menguatkan argumennya. Mereka memakai teks “Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu.” (Matius 6: 3). Teks ini menjadi prinsip dasar kristiani dalam memberi persembahan (kolekte, intensi, stipendium, dll).

Senin, 23 November 2020

PROBLEMATIKA UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN ANAK


Dahulu.....

Saya orang Flores. Ketika saya masih SMP, saya beberapa kali mendapat hukuman dari guru. Hukuman itu, kalau dilihat pada masa kini, bisa merupakan bentuk penganiayaan. Hukuman diberikan karena memang saya salah atau lalai. Apapun kesalahan, pasti akan mendapatkan hukuman.

Pernah sekali, ketika pelajaran menggambar, saya bersama beberapa murid lainnya lupa membawa pengaris. Kami yang lupa ini disuruh maju ke depan kelas, menyodorkan tangan, lalu guru menghantamkan penggaris kayu besar (panjang sekitar 1 meter dengan ketebalan sekitar 1 cm). Penggaris itu mendarat persis di punggung telapak tangan. Penggaris kayu itu sampai hancur. Ada murid perempuan sampai menangis, sedangkan kami yang cowok hanya bisa meringis. Hasil hukuman hari itu bukan hanya tangan memar, tapi hari itu kami tak bisa menulis.

Untuk jenis hukuman tempeleng itu sudah menjadi makanan ringan. Disebut makanan ringan karena seringkali guru menempeleng murid untuk kategori pelanggaran ringan. Saya pernah ditempeleng dan jari guru itu mengenai mata saya sehingga mata terasa perih. Kalau pelanggaran berat, ya seperti yang di atas tadi. Saya pernah dipukul di betis dengan menggunakan kayu rotan.

Sekalipun kami sering mendapatkan penganiayaan dari guru, kami tak berani melaporkan peristiwa itu kepada orangtua. Bukan lantaran diancam oleh guru, melainkan karena kami takut mendapat hukuman tambahan dari orangtua. Di kampung saya dan di Flores pada umumnya, jika di sekolah kita dihukum dan diketahui oleh orangtua, berarti kita akan mendapatkan lagi hukuman dari orangtua.

Akan tetapi justru karena hukuman itu banyak orang Flores yang sukses dan berhasil. Mereka-mereka ini berhasil menghadapi hukuman karena ia bagian dari proses pendidikan dan pembinaan. Dengan hukuman itu kami belajar mengetahui kesalahan dan menemukan kebenaran dan kebaikan. Orang yang tidak berani menghadapi hukuman dengan cara lari meninggalkan sekolah, orang-orang ini yang gagal dalam hidupnya.

Sekarang ....

Minggu, 22 November 2020

INILAH TANTANGAN HIDUP BERUMAH TANGGA


Tak ada hidup tanpa ada persoalan. Berani hidup berarti berani pula menerima dan menghadapi persoalan. Demikian pula halnya dalam hidup rumah tangga. Psikolog dari Universitas Indonesia, Dr. Dewi Matindas, dalam sebuah seminar bertajuk “Gonjang-Ganjing Perkawinan” yang berlangsung di Hotel Sahid, menandaskan bahwa memutuskan menikah berarti mau menerima tantangan. “Tantangan itu tidak habis-habis,” katanya mengingatkan.

Dengan terus terang ia mengingatkan bahkan menyodorkan sejumlah kenyataan dan masalah yang tidak pernah kita bayangkan sama sekali sebelumnya. Dewi mengemukakan, sejak awal setiap pasangan suami-istri perlu menyadari beberapa kenyataan utama dalam hidup perkawinan.

Kenyataan pertama, manusia berubah dari waktu ke waktu. Bisa jadi, hal-hal yang semula terasa begitu berharga, seiring waktu kehilangan maknanya. Menurut Dewi, hanya dengan menyadari bahwa setiap suami-istri dapat (akan) berubah, kita dapat bersikap lebih realistis dalam menghadapi berbagai kekecewaan dalam perkawinan.

Kenyataan kedua, dalam perkawinan pasti ada konflik. Tidak ada rumah tangga tanpa konflik. Konflik bisa merupakan perbedaan pendapat, perbendaan nilai maupun kepentingan. ”Tetapi, tak perlu cemas, banyak sekali konflik yang dapat dipecahkan dengan baik,” tandas Dewi. 

Kenyataan ketiga, tidak seorangpun bisa memuaskan semua kebutuhan pasangannya. Setiap pribadi tentulah mempunyai kebutuhan yang ingin diperhatikan dan dipuaskan oleh pasangan. Akan tetapi di lain pihak setiap pribadi mempunyai kesibukannya sendiri. Kebutuhan untuk diperhatikan dan memperhatikan dapat melahirkan persoalan dalam rumah tangga.

Kenyataan keempat, perkawinan memerlukan sejumlah persyaratan. Tetapi, suami-istri sering kurang memperhatikan persyaratan yang paling penting, yaitu kematangan psikologis. Umumnya orang berpikir bahwa dengan bisa melakukan hubungan seksual atau dengan bisa hamil, maka orang bisa menikah.

Kenyataan kelima, banyak hambatan yang harus diatasi untuk meraih kebahagiaan perkawinan. Cinta saja tidak cukup. ”Setiap orang yang hendak menikah perlu membekali diri dengan sejumlah ketrampilan psikologis untuk mengatasi masalah-masalah yang muncul dalam perkawinan,” ungkap Dewi.

Kenyataan keenam, menikah bukan suatu keharusan. Jangan memaksa menikah hanya karena ’sudah cukup umur’ atau demi status semata-mata. Jika memang tidak siap, lebih bijaksana untuk tetap melajang. ”Tidak menikah bukanlah aib!” tegas Dewi

diolah kembali dari tulisan 8 tahun lalu

Jumat, 20 November 2020

INI DASAR KENAPA UMAT NASRANI TIDAK MENGAKUI KENABIAN MUHAMMAD

Umat islam menganggap orang kristen sebagai orang kafir. Kata “kafir” merupakan sebentuk hinaan yang sangat kasar. Akan tetapi, hinaan ini bukanlah tanpa alasan, dan bukan lahir atas kehendak umat islam sendiri, melainkan atas kehendak Allah SWT. Dengan kata lain, ketika umat islam menyebut umat kristiani dengan sebutan “kafir”, itu sudah sesuai dengan kehendak Allah SWT. Allah sendiri menyebut demikian. Umat islam hanya mengikuti saja. Semoderat apapun islam, tetap ia menganggap orang kristen itu kafir.
Sekalipun menganggap sebagai kafir, namun umat islam sangat menghormati Yesus, peletak dasar iman kekristenan. Umat islam menyebutkan sebagai nabi. Dalam islam Yesus Kristus disebut sebagai Isa Almasih. Umat islam menghormati Yesus (Isa Almasih) karena Dia memiliki keistimewaan yang luar biasa. Keistimewaan Yesus ini terungkap dalam dua sumber utama iman islam, yaitu Al-Qur’an dan Hadis. Di sana dikatakan bahwa Yesus (Isa Almasih) itu:
1.   Manusia yang suci (QS Maryam: 19)
2.   Bisa melakukan mukjizat (QS Ali Imran: 49; QS al-Maidah: 110)
3.   Kalam Allah dan Roh Allah (QS Ali Imran: 45; QS an-Nisa 171; HS Bukhari 1496)
4.   Hakim Agung (HS Bukhari 1090; QS Maryam: 21)
5.    Manusia terkemuka di dunia dan di akhirat (QS Ali Imran: 45)
Bagaimana sebaliknya umat kristiani terhadap umat islam? Yang jelas para pengikuti Yesus Kristus ini tidak menghina umat islam. Mereka tetap menyebut umat islam sebagai orang islam dan tetap menganggapnya sebagai saudara. Jadi, umat nasrani tidak mengkafirkan orang islam.
Hanya saja orang kristen tidak menerima Muhammad sebagai nabi. Jadi, jika orang islam menerima dan menghormati Yesus sebagai nabi, orang kristiani justru menolak kenabian Muhammad. Umat kristiani tidak menerima Muhammad sebagai nabi. Penolakan ini bukan baru terjadi saat ini saja. Sudah sejak kemunculannya, orang nasrani yang ada di Arab sana tidak menerima klaim kenabian Muhammad. Orang Yahudi juga demikian. Kenapa kenabian Muhammad ditolak?

Kamis, 19 November 2020

HIDUP UNTUK BERJUANG


Ada pendapat umum yang mengatakan bahwa tantangan dan gejolak hidup dapat mendewasakan manusia. Hal ini tentu jika dihadapi, bukan dihindari. Robertson Davies berkata, "Orang-orang yang luar biasa bertahan dalam situasi yang sangat sulit, dan mereka menjadi semakin luar biasa karena itu."

Setiap manusia terlahir untuk berjuang. Hidup, yang didapat ketika kita lahir, ini terlalu berharga, jika hanya sekedar menjalani 'gaya hidup bertahan saja' dalam jangka waktu lama. Artinya, kita tidak menghidupi hidup itu; hidup hanya mengalir begitu saja. Hidup berjalan tak semulus yang diharapkan. Kadang-kadang kita memang mengalami masa-masa sulit. Masalah datang silih berganti. Ekonomi yang jatuh, bisnis yang melambat, kesehatan yang melemah, dan hubungan yang mungkin mengalami masa-masa sulit. Hidup terasa sulit.

Buatlah keputusan, bahwa apa pun yang menimpa, betapapun sukarnya, betapa pun tidak adilnya, kita tetap akan melakukan lebih banyak lagi dari sekedar hanya bertahan hidup. Dengan ini kita akan berkembang pesat walaupun semua itu terjadi. Jadi, kita tidak begitu saja menyerah pada keadaan.

Ibarat sebuah musim kemarau yang berganti dengan musim hujan. Tuhan pun telah menyiapkan sebuah musim baru untuk kita. Tuhan memiliki hal-hal luar biasa di masa depan. Tuhan memiliki pintu-pintu baru yang ingin kita buka. Tuhan menghendaki kehidupan kita lebih baik daripada sebelumnya. Tak pernah Tuhan menginginkan yang buruk terjadi dalam kehidupan kita.

Maka, perlu disadari bahwa mentalitas bertahan hidup hanya akan menghalangi kita mencapai hal terbaik dari Tuhan. Jika harapan kita selalu kurang, kita pun akan mendapatkan yang kurang. Tetapi jika kita berharap berkah yang lebih besar lagi, Tuhan akan meningkatkan hidup kita dengan cara yang lebih hebat lagi.

Apa yang terjadi pada kita, seburuk apapun itu, tidak akan menghalangi kekuasaan-Nya. Tetapi terkadang pikiran kitalah yang justru menghalangi kekuasaan Tuhan pada kita. Karena itu, tetaplah beriman, yakinlah bahwa kita akan mendapatkan kemurahan Tuhan yang tak terduga!

diambil dari tulisan 7 tahun lalu

JANGAN BURU-BURU MENGUTUK MUSIBAH


Di sebuah kerajaan yang sangat makmur, hiduplah seorang Raja yang pemberani dan penasehatnya yang bijaksana.

Suatu hari sang raja dan penasehat berburu. Malangnya, terjadilah kecelakaan yang mengakibatkan jari kelingking sang raja terputus. Maka pulanglah rombongan ini dalam keadaan yang gundah.

Setelah mengalami perawatan selama beberapa hari, sang Raja mulai pulih secara fisik, tetapi dia masih sangat malu untuk muncul di depan umum. Maka dipanggillah sang penasehat.

Raja: "Penasehat, bagaimana menurut pendapatmu keadaanku yang tidak lengkap lagi ini?"

Penasehat: "Tidak masalah, baginda. Itu baik-baik saja. Bersyukurlah bahwa hanya kelingking yang hilang."

Mendengar ini marahlah raja kepada penasehat. Dia tersinggung dan merasa dilecehkan. Karena itu, raja memerintahkan panglimanya untuk menjebloskan sang penasehat ke dalam penjara karena dianggap menghina Raja. Diangkatlah seorang penasehat baru.

Rabu, 18 November 2020

KESESATAN PIKIR DALAM RUU LARANGAN MIKOL


Publik Indonesia kembali dihebohkan dengan munculnya wacana pelarangan minuman beralkohol (mikol) di Indonesia. Wacana ini bukan sekedar basa basi, tetapi bakal jadi kenyataan karena wacana tersebut sudah tertuang dalam Rancangan Undang-undang (RUU). Dan sebagaimana biasa, reaksi pro kontra pun bermunculan. Terlihat bahwa masing-masing pihak hanya melihat dari sudut pandangnya saja. Misalnya, pihak pro mendukung RUU ini karena melihat dampak buruk dari mikol. Argumentasinya tak jauh beda dengan apa yang ada dalam RUU tersebut. Sementara pihak kontra menolak karena melihat dampak negatif ekonomi yang ditimbulkan oleh RUU tersebut.

Di sini kami tidak mau mengulangi argumentasi-argumentasi pro kontra tersebut. Dalam tulisan ini kami hanya ingin mengungkap kesesatan logika pembuat RUU ini. Setelah membaca RUU tentang Larangan Minuman Beralkohol secara utuh (termasuk juga penjelasannya), kami mencoba menggambarkan jalan pikiran yang ada dalam RUU ini. Seperti inilah jalan pikirannya: Ada mikolada orang mabukada ekses: tindak kejahatan yang menggangu kenyamanan masyarakat, dan masalah gangguan kesehatan.

Akan tetapi, sepertinya jalan pikiran pembuat RUU ini terbalik. Pembuat RUU ini memulai dari ekses yang ada di tengah masyarakat, dan langsung menuju kepada mikol sebagai biangnya. Dengan cara berpikir seperti ini akhirnya pembuat RUU langsung melompat kepada kesimpulan untuk melarang mikol. Inilah lompatan pikiran, yang menyebabkan mikol berada pada pihak yang disalahkan. Karena lompatan ini ada beberapa alur pikir yang terlewati. Salah satu alur pikir yang terlewati adalah penyalah-gunaan mikol.

Harus jujur diakui bahwa mikol tidak salah dan tidak jahat. Mikol bukan penyebab langsung tindak kriminal di tengah masyarakat dan juga gangguan kesehatan. Keberadaan mikol justru bisa berdampak langsung bagi kehidupan ekonomi masyarakat. Karena itu, dalam islam Allah SWT mengizinkan umat islam untuk membuat miras dan menjualnya sehingga mendatangkan rezeki (QS 16: 67). Di sini tampak bahwa Al-Qur’an menyatakan mikol tidak dilarang sama sekali, malah dianjurkan. (Lebih lanjut baca: Ajaran Islam tentang Miras dan Apa Kata Allah SWT dan Muhammad SAW tentang Miras)

Kebijakan langsung melarang mikol, sebagaimana alur pikir pembuat RUU ini justru malah berdampak pada dimensi kehidupan lainnya. Sepertinya pembuat RUU ini menutup mata terhadap dimensi-dimensi ini. Perlu diketahui, ada beberapa daerah di Indonesia yang dikenal sebagai daerah penghasil mikol. Ada banyak orang mendapatkan kehidupan yang layak dari hasil menjual mikol. Bagi sebagian masyarakat, itulah sumber ekonomi mereka. Pelarangan mikol jelas-jelas bertentangan dengan hak atas penghidupan yang layak dan memilih pekerjaan, sebagaimana tertuang dalam pasal ayat [2] dan pasal 28E ayat [1] UUD 1945.

Selasa, 17 November 2020

MEMBACA KARAKTER DARI GAMBAR PERTAMA YANG DILIHAT


Setiap orang mempunyai pandangannya sendiri-sendiri. Sekalipun sama-sama melakukan aktivitas yang sama, tiap-tiap orang punya pendapatnya sendiri. Misalnya, sekalipun sama-sama menonton film yang sama, dua orang yang duduk berdekatan pasti mempunyai tanggapan yang berbeda atas film tersebut, sekalipun tak tertutup kemungkinan ada juga persamaannya.
Sama halnya ketika orang melihat gambar di bawah ini. Gambar ini merupakan satu kesatuan, meski dalam kesatuan itu terdapat 4 unsur gambar. Setiap orang tentu berbeda dalam penilaiannya. Masing-masing pribadi punya fokusnya sendiri. Karena itu, gambar yang pertama yang dilihat tentu akan berbeda dari satu orang ke orang yang lain. Dan hal tersebut hendak menampilkan karakter kepribadiannya.

Senin, 16 November 2020

TIDUR SEPERTI DITINDIH MAKHLUK HALUS, INI PENJELASANNYA

 

Mungkin kita pernah mengalami tidur kaku atau saat tidur seperti ditindih oleh makhluk halus. Pada saat mengalami ini biasanya kita akan sulit sekali bergerak dan kemudian ada sedikit rasa dingin menjalar dari ujung kaki ke seluruh tubuh. Biasanya disertai dengan munculnya bayangan kegelapan. Dari sinilah kemudian sebagian orang mengatakan ketindihan makhluk halus. Padahal ini biasa diterangkan secara ilmiah. istilah medis hal ini adalah Sleep Paralysis.

Sleep paralysis merupakan keadaan dimana ketika orang akan tidur atau bangun tidur merasa sesak napas seperti dicekik, dada sesak, badan sulit bergerak dan sulit berteriak (karena tubuh tak bisa bergerak dan serasa lumpuh). Kejadian itu bisa berlangsung dalam hitungan detik hingga menit. Untuk bisa bangun, satu-satunya cara adalah menggerakkan ujung kaki, ujung tangan atau kepala sekencang-kencangnya hingga seluruh tubuh bisa digerakkan kembali. Atau kalau tidak, ini pengalaman pribadi, kita tidak perlu berusaha bergerak tapi kita berusaha untuk menenangkan pikiran. Singkirkan halusinasi keberadaan makhluk halus itu lalu otak berusaha memerintahkan tubuh untuk bergerak.

Sleep paralysis bisa terjadi pada siapa saja, lelaki atau perempuan. Menurut Al Cheyne, peneliti dari Universitas Waterloo, Kanada, sleep paralysis adalah sejenis halusinasi karena adanya malfungsi tidur di tahap rapid eye movement (REM). Berdasarkan gelombang otak, tidur terbagi dalam 4 tahapan yaitu tahap tidur paling ringan (kita masih setengah sadar), tahap tidur yang lebih dalam, tidur paling dalam dan tahap REM. Ketika kita tidur, 80 menit pertama, kita memasuki kondisi Non Rem, lalu diikuti 10 menit REM. Siklus 90 menit ini berulang sekitar 3 sampai 6 kali semalam. Selama Non REM, tubuh kita menghasilkan beberapa gerakan minor dan mata kita bergerak-gerak kecil. Ketika kita masuk ke kondisi REM, detak jantung bertambah cepat, hembusan nafas menjadi cepat dan pendek dan mata kita bergerak dengan cepat (Rapid eye movement - REM). Pada tahap REM inilah mimpi terjadi. Saat kondisi tubuh terlalu lelah atau kurang tidur, gelombang otak tidak mengikuti tahapan tidur yang seharusnya. Jadi, dari keadaan sadar (saat hendak tidur) ke tahap tidur paling ringan, lalu langsung melompat ke mimpi (REM), di sinilah sleep paralysis terjadi. Kita merasa sangat sadar, tapi tubuh tak bisa bergerak. Ditambah lagi adanya halusinasi muncul sosok lain yang sebenarnya ini merupakan ciri khas dari mimpi.

Jumat, 13 November 2020

MENGENAL KEWAJIBAN-KEWAJIBAN UMAT ISLAM

Segala sesuatu yang harus dilakukan oleh seseorang dengan tanggung jawab dipahami sebagai kewajiban. Ada dua sumber kewajiban, yaitu dari dalam (internal) dan dari luar (eksternal). Kewajiban internal sengaja ditumbuhkan oleh diri sendiri karena ada sesuatu yang hendak diraih, sedangkan kewajiban eksternal dikenakan oleh otoritas yang lebih tinggi. Setiap orang yang telah melaksanakan kewajibannya akan mendapatkan ganjaran. Umumnya orang memahami ganjaran sebagai hak. Karena itulah, hak dipahami sebagai seperangkat hal yang diperoleh seseorang sebagai akibat dari penyelesaian kewajibannya. Hak ini selalu dikaitkan dengan kewajibannya.
Dalam kehidupan beragama, setiap agama mempunyai kewajiban bagi umatnya. Kewajiban dalam agama dapat dibagi ke dalam dua jenis, yaitu kewajiban positif dan kewajiban negatif. Kewajiban positif berarti sesuatu yang mengharuskan untuk dilakukan, sedangkan sesuatu yang mengharuskan untuk tidak dilakukan dikenal sebagai kewajiban negatif. Umumnya kewajiban itu bersifat internal, yaitu berasal dari Tuhan. Selain Tuhan, kewajiban juga dikenakan kepada umat oleh otoritas agama. Dalam agama, umat yang telah menjalankan kewajibannya akan diganjar pahala, yang bisa dipahami sebagai “kredit poin” untuk masuk sorga. Semakin banyak pahala, maka semakin besar peluang untuk dapat masuk sorga. Beberapa agama masih menjanjikan “pahala” lain lagi di sorga.
Umumnya orang mengenal bahwa islam mempunyai 5 kewajiban, yang dikenal sebagai rukun islam. Kelima kewajiban itu adalah mengucapkan dua kalimat syahadat, mendirikan sholat, berpuasa pada bulan ramadhan, menunaikan zakat dan pergi haji. Bisa dikatakan bahwa 5 kewajiban ini merupakan jenis kewajiban positif. Akan tetapi, dalam islam di antara 5 kewajiban tersebut ada yang bersifat mutlak, ada juga yang relatif. Kewajiban menunaikan zakat dan pergi haji merupakan kewajiban yang bersifat relatif, artinya umat tidak mutlak melakukannya. Dua kewajiban itu dikenakan hanya kepada yang mampu saja. Demikian pula kewajiban berpuasa dalam bulan ramadhan.
Selain 5 kewajiban tersebut, masih ada beberapa kewajiban lainnya, yang nilainya tak jauh beda dengan 5 kewajiban tadi. Artinya, umat islam terpanggil untuk melaksanakannya. Kewajiban-kewajiban islam lainnya yang harus dilakukan adalah sebagai berikut: