Minyak
sudah menjadi kebutuhan pokok manusia. Dengan minyak manusia dapat menggerakkan
mesin sehingga ia bisa bepergian atau melakukan aktifitas lainnya. Di saat
listrik mati, orang masih bisa memperoleh penerangan dengan menggunakan minyak.
Selama
ini manusia hanya mengandalkan minyal berbahan baku fosil. Manusia tidak tahu
bahwa ketersediaan minyak berbahan baku fosil ini sudah kian menyusut. Cepat
atau lambat ketersediaan bahan itu akan habis. Di samping itu penggunaan minyak
berbahan baku fosil dapat berdampak buruk bagi lingkungan, salah satunya adalah
efek gas rumah kaca.
Oleh
karena itu, sudah saatnya manusia beralih kepada penggunaan minyak berbahan
baku non-fosil. Ada banyak bahan dapat dijadikan minyak yang dapat menunjang
kehidupan manusia. Misalnya, plastik. Dengan menggunakan plastik sebagai bahan
baku minyak, kita secara tidak langsung sudah turut membantu mengurangi tingkat
pencemaran lingkungan.
Berikut
ini akan disajikan dua bahan baku minyak yang berasal dari biji
tumbuh-tumbuhan, yaitu biji jarak dan biji karet.
1. Biji
Jarak Pagar
Caranya:
siapkan biji jarak pagar yang sudah dikeringkan. Proses pengeringan ini dapat
dilakukan dengan menjemur biji tersebut di bawah matahari selama kurang lebih 2
– 3 hari. Setelah itu pecahkan biji itu untuk memisahkan antara daging dan
cangkangnya. Kemudian daging biji jarak digiling dan diperas. (Kalau malas
memisahkan daging dari cangkang, biji jarak dapat langsung digiling dan
diperas). Hasil perasan ini dapat digunakan sebagai bahan pengganti solar; bisa
juga untuk keperluan kompor. Sekedar diketahui, 3 kg biji jarak pagar dapat
menghasilkan 1 liter minyak jarak.
Di
atas merupakan cara tradisional. Bisa dikatakan bahwa minyak di atas masih
bersifat kotor, karena masih tercampur dengan getah dan senyawa lainnya. Untuk
mendapat hasil yang lebih baik, minyak olahan pertama diendapkan semalam, lalu
dilakukan proses degumming, yaitu proses pemisahan getah atau
lendir tanpa mengurangi jumlah asam lemak dalam minyak. Dari
sinilah akhirnya menghasilkan minyak murni.
2. Biji
Karet
Pengolahan
minyak dari biji karet tak jauh berbeda dengan biji jarak pagar. Yang sedikit
membedakannya adalah bahwa biji karet tidak perlu dijemur. Bila perlu biji
karet tidak perlu tertahan lama hingga 2 – 3 hari. Hal ini justru dapat
mengurangi kadar minyaknya. Caranya sama seperti mengolah biji jarak pagar.
Ambil daging biji karet (kernel) lalu diperas dalam ekspeler hingga
menghasilkan minyak biji karet. Untuk mendapatkan minyak biji karet yang murni,
hasil pertama harus melalui proses degumming.
Demikianlah
dua biji yang dapat diolah menjadi minyak. Sebenarnya masih ada beberapa biji
lain lagi yang juga dapat diolah menjadi minyak biodiesel. Misalnya seperti
biji alpukat.
Jika
diperhatikan, ternyata Tuhan menyediakan banyak sarana dan cara bagi manusia.
Semuanya tinggal bagaimana manusia mau memanfaatkannya. Sarana ini sebenarnya
mudah didapat, namun niat baik manusia untuk memanfaatkannya masih lemah.
Apakah kita menunggu minyak berbahan dasar fosil habis dulu baru kita sibuk
mencari alternatif?