Selasa, 24 September 2019

PAUS FRANSISKUS: MESKI KITA BERDOSA, KARYA ALLAH TETAP HIDUP


Gereja Katolik akan tetap hidup, terlepas dari kelemahan dan dosa para anggotanya karena itu adalah rencana Tuhan, demikian ungkap Paus Fransiskus. Melanjutkan serangkaian kotbah tentang Kisah Para Rasul dan komunitas kristen awal pada 18 September, Paus Fransiskus melihat kisah Gamaliel, seorang farisi yang mencoba mengajari para anggota Sanhedrin tentang discerment, yaitu proses mengambil keputusan dengan mendengarkan suara Tuhan.
Seperti yang diceritakan dalam Kisah Para Rasul 5, Gamaliel mengatakan kepada Sanhedrin untuk tidak menghakimi para rasul karena memberitakan Kristus. “Karena jika usaha atau kegiatan itu berasal dari manusia maka akan binasa. Tetapi jika itu berasal dari Tuhan, tidak satu pun yang dapat menghancurkannya. Kamu bahkan mungkin mendapati dirimu berperang melawan Allah.”
“Setiap usaha manusia pada awalnya mendapatkan konsensus, tetapi kemudian lenyap,” kata Paus Fransiskus. “Tetapi segala sesuatu yang datang dari tempat tinggi, dari Tuhan ditakdirkan untuk bertahan. Proyek manusia seringkali gagal, karena mereka mempunyai waktu yang terbatas.”
“Pikirkanlah kekaisaran besar. Pikirkan kediktatoran abad yang lalu. Mereka berpikir mereka begitu kuat dan mendominasi dunia, namun kemudian mereka semua hancur,” jelas Paus Fransiskus.

MODUL PERTEMUAN KBG BULAN OKTOBER

Bapak Uskup Pangkalpinang, pada awal masa adven 2018 lalu, telah mencanangkan tahun 2019 sebagai Tahun Berpusat pada Kristus bagi seluruh umat di Keuskupan Pangkalpinang. Setidaknya ada 3 kriteria berpusat pada Kristus, yakni mengenal Yesus, memahami ajaran-Nya dan menjadikan hidup, ajaran dan karya-Nya sebagai model hidup umat. Jadi, sepanjang tahun 2019 ini umat diajak untuk berusaha semakin mengenal dan memahami ajaran Yesus serta menjadikan hidup, ajaran dan karya-Nya sebagai bagian hidupnya.
Bagi orang katolik, Yesus Kristus tak dapat dipisahkan dari Bunda Maria. Per Mariam ad Jesum, yang artinya melalui Bunda Maria orang bisa sampai kepada Yesus. Dengan kata lain, Bunda Maria merupakan salah satu sarana mengenal pribadi Yesus dan ajaran-Nya.
Bulan Oktober, dalam Gereja Katolik, dikenal sebagai Bulan Rosario. Ada dasar historis kenapa bulan Oktober dikenal sebagai bulan Rosario (untuk mengetahui hal ini, silahkan baca Bulan Oktober sebagai Bulan Rosario dan Sejarah Doa Rosario). Pada bulan ini umat katolik diajak untuk secara intens, baik dalam kelompok, keluarga maupun secara pribadi, medasarkan doa Rosario. Doa ini sendiri merupakan bentuk penghormatan Gereja kepada Bunda Maria.
Sejalan dengan adagium di atas tadi, dalam bulan Oktober ini umat akan berkumpul dalam KBG, tidak hanya sebatas mendaraskan doa Rosario tetapi juga berusaha untuk semakin mengenal Yesus dan ajaran-Nya. Modul pertemuan bulan Oktober ini hanya dikhususkan buat umat Paroki St. Carolus Boromeus Ujung Beting. Untuk melihat dan men-download bahan modul pertemuan KBG itu, silahkan klik di sini.

Selasa, 17 September 2019

KASUS USTADZ ABDUL SOMAD: INI YANG HARUS DIKETAHUI UMAT ISLAM


Kajian islam Ustadz Abdul Somad (UAS) tentang salib orang Kristen, secara khusus katolik, dimana videonya menjadi viral di jagat media sosial, berbuntut tuntutan dari segelintir umat kristiani, baik katolik maupun protestan. Orang-orang ini menilai bahwa UAS telah melakukan penistaan agama Kristen. Karena itu, mereka meminta supaya kasus ini segera diselesaikan di pengadilan, sama seperti dahulu ketika umat islam memperkarakan Basuki Tjahaya Purnama (BTP). Namun bukan lantas berarti tuntutan mereka ini sebagai aksi balas dendam atas apa yang dialami BTP. Aksi tersebut hendak membuktikan apakah benar negara Indonesia ini adalah negara hukum, dimana semua orang sama di muka hukum.
Tak sedikit orang memandang aneh terhadap sikap Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang membela UAS. Bukankah UAS telah mencoreng aib agama islam sebagai agama rahmatan lil alamin? Dengan kasus UAS ini banyak orang menilai bahwa agama islam membolehkan menghina agama lain. Padahal semua orang, termasuk umat islam sendiri, sepakat bahwa agama itu mengajarkan kebaikan. Tentu saja, pandangan ini berdampak buruk pada agama islam sendiri. Tapi, kenapa malah dibela?
Dengan mengangkat tema aqidah islam, baik UAS maupun MUI, berargumen kajian islam tentang salib itu sesuai dengan aqidah islam. Dan setiap orang islam terpanggil untuk mewartakan dan menjalankan aqidah islam. Menjadi persoalannya, ketika menjelaskan tentang aqidah islam itu, justru malah di kantor MUI sendiri ada yang dilarang oleh aqidah, yang menjadi topik kajian islam UAS 3 tahun lalu. Bukan tidak mustahil, di kantor-kantor MUI di tingkat provinsi juga ada. Di sinilah orang akhirnya melihat ketidak-konsistenan ajaran islam itu sendiri; dan ini secara tidak langsung merusak citra agama islam. Tapi, kenapa masih tetap dibela?

INI AGAMA YANG MENGHALALKAN MENGHINA AGAMA LAIN

Tiga tahun lalu, persisnya pada 18 Juli 2016, kami pernah memuat tulisan dengan judul “Ketika Agama Menghalalkan Menghina Agama Lain.” Tulisan tersebut merupakan pengolahan kembali dari tulisan di tahun 2012, jauh sebelum ceramah keagamaan Ustadz Abdul Somad di Pekanbaru, yang videonya viral sekarang ini. Tulisan tahun 2012 itu berjudul, “Penghinaan Agama”.
Baik tulisan tahun 2012 maupun tahun 2016, sama-sama berangkat dari refleksi kritis Raymond Ibrahim atas maraknya peristiwa penghinaan terhadap agama islam di dunia. Peristiwa ini menimbulkan reaksi keras dari Organisasi Kerjasama Islam (OKI). Reaksi OKI itu memang wajar. Tentulah, sebagai umat beragama akan marah jika agamanya dihina, apalagi agama islam, yang punya perintah untuk membela agamanya.
Akan tetapi, saudara Ibrahim seakan membuka mata umat islam di seluruh dunia tentang penghinaan agama. Mungkin maksud Ibrahim supaya umat islam sadar dan berusaha untuk berpikir bagaimana agar masalah penghinaan agama ini dapat diselesaikan dengan bijaksana. Secara tidak langsung saudara Ibrahim hendak mengajak umat islam, entah itu kaum cerdik pandai, ulama, kyai atau bahkan umat awam sekalipun untuk berefleksi diri.

KASUS USTADZ ABDUL SOMAD: PUNCAK GUNUNG ES PENISTAAN AGAMA

Pada tahun 2016, Ustadz Abdul Somad (UAS) mengadakan ceramah keagamaan (tausiyah) di Masjid Annur di Pekanbaru. Saat itu ada seorang wanita mengungkapkan perasaannya ketika melihat salib. Menyikapi persoalan yang diungkapkan wanita itu Sang Ustadz memberikan jawaban, dan dalam jawaban itu terlontar pernyataan “di salib itu ada jin kafir” dan “di dalam patung itu ada jin kafir.” Tanpa disangka, ternyata ada orang yang mem-video-kan acara itu, dan mem-posting-nya di media sosial tahun ini sehingga menjadi viral.
Video viral itu memantik emosi umat kristiani, baik protestan maupun katolik. Sekalipun pimpinan kedua Gereja, Persekutuan Gereja-gereja Indonesia (PGI) dan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), sudah menghimbau agar umat kristiani tetap tenang dan tak perlu membawa masalah ini ke ranah hukum, tetap saja ada sekelompok umat membawa kasus UAS ke polisi.
UAS sendiri sudah memberikan klarifikasi terkait video viral itu. Bertempat di kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI) pusat, Sang Ustadz memberikan pembelaannya. Ada 4 poin penting dalam klarifikasi itu, yaitu:

Senin, 16 September 2019

INI ALASAN KENAPA INTERAKSI ANAK DENGAN GADGET DAN TV HARUS DIBATASI


Blog budak-bangka, pada 4 tahun lalu, persisnya pada 16 September 2015, menurunkan sebuah tulisan yang patut diperhatikan baik-baik oleh para orangtua yang sayang pada anaknya. Judul tulisan itu adalah, “Jangan Biarkan Anak Berlama-lama dengan TV atau Gadget.” Tulisan tersebut merupakan kopian dari dari tulisan yang ada di kompas.com khusus bagian kehesehatan. Dalam tulisan tersebut penulis hendak mengatakan bahwa interaksi anak dengan gadget dan TV harus dibatasi.
Ada begitu banyak dampak buruk yang akan diderita oleh anak ketika interaksi mereka dengan dua benda tersebut sulit dilepaskan. Sebenarnya, blog ini sudah banyak menampilkan tulisan yang senada, misalnya:
     ·        Bahaya Gadget bagi Anak
     ·        Gadget Mengancam Anak Kita
     ·        MatikanTelevisimu
     ·        Bahaya Facebook bagi Anak
     ·        dll
Apa saja dampak buruk gadget dan televisi bagi anak? Untuk mengetahui jawabannya, langsung saja klik di sini. Selamat membaca!!!

PAUS FRANSISKUS: CIPTAAN TUHAN ADALAH HADIAH TERINDAH, JANGAN MERUSAKNYA


“Sekaranglah saatnya untuk meninggalkan ketergantungan kita pada bahan bakar fosil dan beralih dengan cepat dan tegas ke bentuk energi bersih,” kata Paus Fransiskus saat ia merayakan Hari Doa Sedunia untuk Perawatan Ciptaan. “Kita telah menyebabkan darurat iklim yang dengan serius mengancam alam dan kehidupan itu sendiri, termasuk kehidupan kita sendiri,” tambah Paus Fransiskus dalam pesannya untuk hari doa ekumenis 1 September lalu.
Paus Fransiskus mendesak umat katolik untuk menemukan suatu tempat yang indah secara alami dan merenungkan tentang bagaimana Tuhan menciptakan alam semesta dan menyatakannya baik; kemudian dia menciptakan manusia dan menyerahkan ciptaan kepada mereka “sebagai hadiah yang berharga” untuk dijaga. “Tragisnya, respons manusia terhadap anugerah ini ditandai oleh dosa,” ujar Paus Fransiskus.
“Keegoisan dan kepentingan diri sendiri telah mengubah ciptaan, yang dimaksudkan sebagai tempat pertemuan dan berbagi, menjadi area persaingan dan konflik.” Manusia telah lupa bahwa mereka juga adalah ciptaan Tuhan dan bukan penguasa alam semesta yang seenaknya mengeksploitasi apa saja yang mereka inginkan, jelas Paus Fransiskus.

Selasa, 10 September 2019

INI ALASAN MUI AGAR KASUS USTADZ ABDUL SOMAD TIDAK SAMPAI KE RANAH HUKUM


Ada yang menarik di dalam pusaran permasalahan yang dihadapi oleh Ustadz Abdul Somad (UAS), yang sedang menghadapi tuntutan penghinaan agama atas ceramah keagamaan yang diberikannya 3 tahun lalu di sebuah masjid di Pekanbaru. Yang menarik di sana adalah kehadiran Majelis Ulama Indonesia (MUI), sebagai otoritas islam di Indonesia. MUI tidak hanya terkesan membela UAS, tetapi berusaha agar kasus yang menimpa UAS tidak sampai ke ranah hukum.
Beberapa kali MUI meminta publik supaya tidak memperkarakan UAS. MUI menganggap bahwa klarifikasi yang telah disampaikan UAS sudah cukup dan tidak perlu dilanjutkan. Belum puas dengan upayanya itu, Rabu (28 Agustus 2019) MUI mengadakan pertemuan dengan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) dan Persekutuan Gereja Indonesia (PGI) di kantor PGI. Salah satu topik yang dibicarakan dalam pertemuan itu adalah agar kasus UAS tidak dilanjutkan ke ranah hukum.
Begitu gigihnya perjuangan MUI ini untuk sosok UAS. Apakah UAS merupakan sosok yang sangat penting di MUI sehingga harus dibela ‘mati-matian’? Siapa yang sebenarnya hendak dibela MUI: UAS atau aqidah? Kami tidak mau menjawab pertanyaan pertama, namun kami tertarik pada pertanyaan kedua. Pertanyaan kedua ini mengarahkan kita kepada pertanyaan utama, kenapa MUI berusaha supaya kasus UAS tidak sampai ke ranah hukum.
Namun sebelum menjawab pertanyaan itu, kami hendak memutar memori kita pada kasus penistaan agama yang menimpa Basuki Tjahaya Purnama (BTP). Pada kasus ini BTP menghadapi sendiri masalahnya, tanpa kehadiran PGI (BTP masuk anggota PGI). Sama sekali tak terlihat di permukaan peran PGI dalam membela BTP atau meloby ke MUI. Sementara itu MUI langsung tanggap dengan mengeluarkan fatwa penistaan agama dan ulama, sehingga memunculkan aksi bela islam (aksi kawal fatwa MUI). Dua situasi ini, kasus BTP dan UAS, sungguh bertolak belakang, sekalipun kita sadar ada perbedaan di sana. Akan tetapi, inti persoalannya sama, yaitu penistaan agama.

DOKUMEN ABU DHABI DAN KASUS USTADZ ABDUL SOMAD


Pada tanggal 4 Februari 2019 lalu, Paus Fransiskus, pimpinan Gereja Katolik se-dunia, bertemu dengan Imam Besar Al-Azhar, Ahmed el-Tayeb, di Abu Dhabi. Pertemuan itu menghasilkan dokumen persaudaraan sejati demi hidup bersama yang damai. Nama dokumen, yang ditanda-tangani dua tokoh itu adalah Dokumen tentang Persaudaraan Insani demi Perdamaian Dunia dan Hidup Bersama. Untuk singkatnya, dalam tulisan ini kami menggunakan nama Dokumen Abu Dhabi.
Isi dokumen itu tidak hanya ditujukan kepada umat islam dan katolik saja, tetapi kepada semua umat manusia lintas batas (agama, suku, bangsa, jabatan dan golongan). Sekalipun demikian, arah kepada umat islam dan katolik memang sangat kental, melihat 2 sosok yang menanda-tangani dokumen tersebut. Memang masih ada persoalan yang menganjal; jika Paus Fransiskus mewakili seluruh umat Katolik dimana saja, apakah Ahmed el-Tayeb mewakili seluruh umat islam.
Seperti yang sudah dikatakan, Dokumen Abu Dhabi bertujuan untuk menciptakan dunia yang damai dalam hidup bersama. Untuk dapat mewujudkan hal itu, lewat dokumen itu, Paus Fransiskus dan Ahmed el-Tayeb menyerukan kepada semua pihak agar bekerja keras untuk menyebarkan budaya toleransi dan hidup bersama dalam damai. Toleransi merupakan sikap saling menghormati dan menghargai perbedaan. Ketika orang sampai pada sikap menghormati dan menghargai perbedaan (toleransi), maka perbedaan bukan menjadi biang konflik melainkan kekayaan.

ADA JIN KAFIR DI KANTOR MUI

Dalam ceramah keagamaan di salah satu masjid di Pekanbaru, yang membuat heboh, Ustadz Abdul Somad mengatakan bahwa malaikat tidak masuk ke dalam rumah jika di dalamnya ada simbol patung. Lebih lanjut UAS mengatakan ada jin kafir di patung. Pernyataan ini dikatakan sebagai aqidah islam. Apa dasarnya?
Aqidah itu ada dalam hadis sahih Muslim. Sebenarnya bukan hanya patung yang menghalangi malaikat masuk ke dalam rumah, tetapi juga gambar atau foto. Berikut ini kita tampilkan kutipan hadis tersebut (diambil dari spoken Islamic center).
HS Muslim 24: 5246, “…. for we (angels) do not enter a house in which there is a dog or a picture.” Perkataan ini berasal dari Malaikat Gabriel dan ditujukan kepada Nabi Muhammad.
HS Muslim 24: 5248“He said: Yes, but we do not enter a house in which there is a dog or a picture.” Kata “He” di sini merujuk pada malaikat Gabriel.
HS Muslim 24: 5249, “Angels do not enter a house in which there is a dog or a picture.” Ini merupakan kutipan kata-kata Nabi Muhammad yang dilaporkan Abu Talha.
HS Muslim 24: 5250, “Angels do not enter a house in which there is a dog or a statue.” Ini merupakan perkataan Nabi Muhammad yang dilaporkan oleh Abu Talha. Mungkin inilah yang dijadikan dasar aqidah islam dalam ceramah keagamaan UAS.
HS Muslim 24: 5254, “Angel do not enter a house in which there is a picture or a portraits.” Ini merupakan perkataan Nabi Muhammad sebagaimana dilaporkan Abu Talha Ansari.
HS Muslim 24: 5266, “He then said: Angels do not enter a house in which there is a picture.” Kata “He” di sini merujuk pada Nabi Muhammad.