Itulah ayat-ayat Allah yang
Kami bacakan kepada kamu dengan benar, dan Allah tidak berkehendak menzalimi
(siapa pun) di seluruh alam. (QS 3: 108)
Umat islam percaya bahwa Al-Qur’an yang sekarang ini
merupakan kumpulan wahyu Allah, yang secara langsung disampaikan kepada nabi
Muhammad. Dasar keyakinan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang berasal dari Allah
terdapat dalam Al-Qur’an sendiri. Artinya, Allah sendiri sudah mengatakan bahwa
kitab itu datang dari-Nya; bahwa Dia menyampaikan langsung kepada Muhammad.
Kurang lebih prosesnya sebagai berikut: Allah berfirman dan Muhammad
mendengarkan, lalu meminta orang untuk menuliskan kembali apa yang didengarnya.
Tulisan-tulisan wahyu Allah itu tersebar di banyak benda seperti kulit hewan,
kayu atau daun. Setelah sekian lama, tulisan-tulisan itu dikumpulkan, dan
jadilah Al-Qur’an seperti sekarang ini. Jadi, apa yang tertulis di
dalam Al-Qur’an diyakini sebagai kata-kata Allah sendiri, sehingga pelecehan
terhadapnya akan dilihat sebagai penistaan terhadap Allah. Terhadap orang yang
melakukan hal ini, Allah telah memberi perintah untuk dibunuh (QS al-Maidah:
33).
Berangkat
dari premis ini, haruslah dikatakan bahwa kutipan ayat di atas merupakan
perkataan Allah sendiri. Memang harus diakui juga tidak seluruhnya merupakan
kata-kata Allah. Kata yang ada dalam tanda kurung, “siapa pun” dipastikan
merupakan tambahan kemudian dari manusia. Dengan kata lain, kata tersebut bukan
dari Allah. Artinya, sesuai dengan konteksnya waktu itu Allah berkata kepada
Muhammad, “Itulah ayat-ayat Allah yang Kami bacakan kepada kamu dengan benar,
dan Allah tidak berkehendak menzalimi di seluruh alam.”
Apabila
dicermati sekilas, terlihat kalimat Allah di atas terdiri dari 2 kalimat yang
disatukan. Kalimat pertama, “Itulah ayat-ayat-Ku yang Kami bacakan kepada kamu
dengan benar.” dan kalimat kedua adalah “Allah tidak berkehendak menzalimi di
seluruh alam.” Tanpa penalaran dengan akal sehat, tentulah kalimat Allah ini
tidak bermasalah. Kalimatnya sederhana, jelas dan mudah, sesuai wahyu Allah.
Namun jika dicermati dengan akal sehat akan ditemukan keanehan. Apa yang aneh
dalam wahyu Allah ini?
Pertama, jika kutipan asli kalimat Allah ini ditempatkan pada konteksnya, yaitu Allah berbicara dan Muhammad mendengarkan, langsung terlihat ada DUA Allah. Allah yang pertama adalah Allah yang berbicara. Allah ini seakan memberi laporan kepada Muhammad soal ayat-ayat Allah yang dibacakannya dan bahwa Allah tidak akan menzalimi siapa pun. Ayat-ayat yang dibacakan Allah yang berbicara kepada Muhammad, bukanlah ayat-ayat miliknya, tetapi milik Allah yang lain. Karena itulah, harus dikatakan ada Dua Allah. Jika hanya SATU, seharusnya waktu itu Allah berkata, “Itulah ayat-ayat-Ku yang Kami bacakan kepada kamu dengan benar, dan Aku tidak berkehendak menzalimi di seluruh alam.