Selasa, 30 April 2013

Dokumen Konsili Vatikan II: Lumen Gentium (24)

Sambungan sebelumnya....
KONSTITUSI DOGMATIS TENTANG GEREJA
V. MARIA, TANDA HARAPAN YANG PASTI DAN
PENGHIBURAN BAGI UMAT ALLAH YANG MENGEMBARA DI DUNIA

68. Sementara itu Bunda Yesus telah dimuliakan di sorga dengan badan dan jiwanya dan menjadi citra serta awal Gereja yang harus mencapai kepenuhannya di masa yang akan datang. Begitu pula di dunia ini ia menyinari Umat Allah yang sedang mengembara sebagai tanda harapan yang pasti dan penghiburan, sampai tibalah hari Tuhan (lih. 2Ptr 3:10).

69. Bagi Konsili suci ini merupakan kegembiraan dan penghiburan yang besar, bahwa juga di kalangan para saudara yang terpisah ada yang menghormati Bunda Tuhan dan Penyelamat sebagaimana harusnya, khususnya dalam Gereja-Gereja Timur, yang dengan semangat berkobar dan jiwa bakti yang tulus merayakan ibadat kepada Bunda Allah yang tetap Perawan.[196] Hendaklah segenap Umat kristiani sepenuh hati menyampaikan doa-permohonan kepada Bunda Allah dan Bunda umat manusia, supaya dia, yang dengan doa-doanya menyertai Gereja pada awal mula, sekarang pun di sorga – dalam kemuliaannya melampaui semua para suci dan para malaikat, dalam persekutuan para kudus – menjadi pengantara pada Puteranya, sampai semua keluarga bangsa-bangsa, entah yang ditandai nama kristiani, entah yang belum mengenal Penyelamat mereka dalam damai dan kerukunan di himpun dalam kebahagiaan menjadi satu Umat Allah, demi kemuliaan Tritunggal yang Mahakudus dan Esa tak terbagi.

Semua dan masing-masing pokok yang telah diuraikan dalam Konstitusi dogmatis ini berkenan kepada para Bapa. Dan Kami, atas kuasa Rasuli yang oleh Kristus diserahkan kepada Kami, dalam Roh Kudus menyetujui, memutuskan dan menetapkan itu semua bersama dengan para Bapa yang terhormat, lagi pula memerintahkan, agar segala sesuatu yang dengan demikian telah ditetapkan dalam Konsili, di maklumkan secara resmi demi kemuliaan Allah.

Roma, di gereja Santo Petrus, tanggal 21 bulan November tahun 1964.

Saya PAULUS
Uskup Gereja Katolik

(Menyusul tanda tangan para Bapa Konsili)


[196] Lih. PIUS XI, Ensiklik Ecclesiam Dei, 12 November 1923: AAS 15 (1923) hlm. 581. PIUS XII, Ensiklik Fulgens corona, 8 September 1953: AAS 45 (1953) hlm. 590-591.

(Pencerahan) Keserakahan Rohani

Serangan jantung rohani
Paman Tom mengidap penyakit jantung. Para dokter telah memperingatkannya supaya hati-hati. Oleh karena itu ketika sanak-keluarganya mendengar bahwa ia mendapat warisan satu miliyar dollar dari salah seorang saudaranya yang telah meninggal, mereka takut menyampaikan kabar itu kepadanya. Jangan-jangan ia nanti mendapat serangan jantung.

Maka mereka minta bantuan kepada pastor setempat, yang menyakinkan mereka, bahwa ia pasti menemukan jalan keluar.

“Begini Tom,” kata pastor paroki kepada orang yang sakit jantung itu, “Seandainya Tuhan bermurah hati menghadiahkan satu miliyar dollar kepadamu, akan kau apakan uang sebanyak itu?”

Paman Tom berpikir sebentar, lalu tanpa ragu berkata, “Setengahnya akan kuberikan kepada Gereja, Pastor!”

Ketika mendengar perkataan itu, pastor paroki mendapat serangan jantung!

Waktu pengusaha mendapat serangan jantung karena terus berusaha memperbesar perusahaannya, gampang orang menuduhnya serakah dan mementingkan dirinya sendiri. Waktu pastor paroki mendapat serangan jantung karena berusaha memperbesar Kerajaan Allah, tidak mudah orang menuduh bahwa ia juga serakah dan mementingkan diri sendiri, biarpun dalam bentuk uang yang lebih halal tampaknya. Sungguhkah ia memperkembangkan Kerajaan Allah ataukah dirinya sendiri? Kerajaan Allah dapat berkembang sendiri tanpa usaha dan kecemasan kita. Waspadalah terhadap kecemasanmu! Itu menunjukkan kepentingan sendiri, bukan?

by: Anthony de Mello, Burung Berkicau
Baca juga refleksi lainnya:

Senin, 29 April 2013

Dokumen Konsili Vatikan II: Lumen Gentium (23)

Sambungan sebelumnya....
KONSTITUSI DOGMATIS TENTANG GEREJA
IV. KEBAKTIAN KEPADA SANTA PERAWAN DALAM GEREJA

66. (Makna dan dasar bakti kepada Santa Perawan)
Berkat rahmat Allah Maria diangkat di bawah Puteranya, di atas semua malaikat dan manusia sebagai Bunda Allah yang tersuci, yang hadir pada misteri-misteri Kristus; dan tepatlah bahwa ia dihormati oleh Gereja dengan kebaktian yang istimewa. Memang sejak zaman kuno Santa Perawan dihormati dengan gelar “Bunda Allah”; dan dalam segala bahaya serta kebutuhan mereka Umat beriman sambil berdoa mencari perlindungannya.[1] Terutama sejak Konsili di Efesus kebaktian Umat Allah terhadap Maria meningkat secara mengagumkan, dalam penghormatan serta cinta kasih, dengan menyerukan namanya dan mencontoh teladannya, menurut ungkapan profetisnya sendiri: “Segala keturunan akan menyebutku berbahagia, karena Yang Mahakuasa telah melakukan karya-karya besar padaku” (Luk 1:48). Meskipun kebaktian itu, seperti selalu dijalankan dalam Gereja, memang bersifat istimewa, namun secara hakiki berbeda dengan bakti sembah sujud, yang dipersembahkan kepada Sabda yang menjelma seperti juga kepada Bapa dan Roh Kudus, lagi pula sangat mendukungnya. Sebab ada pelbagai ungkapan sikap bakti terhadap Bunda Allah, yang dalam batas-batas ajaran yang sehat serta benar, menurut situasi semasa dan setempat serta sesuai dengan tabiat dan watak-perangai kaum beriman, telah disetujui oleh Gereja. Dengan ungkapan-ungkapan itu, bila Bunda dihormati, Puteranya pun – segala sesuatu diciptakan untuk Dia (lih. Kol 1:15-16), dan Bapa yang kekal menghendaki agar seluruh kepenuhan-Nya diam dalam Dia (Kol :19), - dikenal, dicintai dan dimuliakan sebagaimana harusnya, serta perintah-perintah-Nya dilaksanakan.

67. (Semangat mewartakan sabda & kebangkitan kepada S. Perawan)
Ajaran Katolik itu oleh Konsili suci disampaikan sungguh-sungguh. Serta-merta Konsili suci mendorong semua putera Gereja, supaya mereka dengan rela hati mendukung kebaktian kepada Santa Perawan, terutama yang bersifat liturgis. Juga supaya mereka sungguh menghargai praktik-praktik dan pengamalan bakti kepadanya, yang disepanjang zaman oleh dianjurkan oleh wewenang mengajar Gereja; pun juga supaya mereka dengan khidmat mempertahankan apa yang di masa lampau telah ditetapkan mengenai penghormatan patung-patung Kristus, Santa Perawan dan para Kudus.[2] Kepada para teolog serta pewarta sabda Allah Gereja menganjurkan dengan sangat, supaya dalam memandang martabat Bunda Allah yang istimewa mereka pun, dengan sungguh-sungguh mencegah segala ungkapan berlebihan yang palsu seperti juga kepicikan sikap batin.[3] Hendaklah mereka mempelajari Kitab suci, ajaran para Bapa dan Pujangga suci serta liturgi-liturgi Gereja di bawah bimbingan Wewenang mengajar Gereja dan dengan cermat menjelaskan tugas-tugas serta kurnia-kurnia istimewa Santa Perawan, yang senantiasa tertujukan pada Kristus, sumber segala kebenaran, kesucian dan kesalehan. Hendaknya mereka dengan sungguh-sungguh mencegah apa-apa saja, yang dalam kata-kata atau perbuatan dapat menyesatkan para saudara terpisah atau siapa saja selain mereka mengenai ajaran Gereja yang benar. Selanjutnya hendaklah kaum beriman mengingat, bahwa bakti yang sejati tidak terdiri dari perasaan yang mandul dan bersifat sementara, tidak pula dalam sikap mudah percaya tanpa dasar. Bakti itu bersumber pada iman yang sejati, yang mengajak kita untuk mengakui keunggulan Bunda Allah dan mendorong kita untuk sebagai putera-puteranya mencintai Bunda kita dan meneladan keutamaan-keutamaannya.

[1] Doa Di bawah perlindunganmu.
[2] KONSILI NISEA II, tahun 787: MANSI 13,378-379; DENZ. 302 (600-601). KONSILI TRENTE, Sidang 25:
MANSI 33,171-172.
[3] Lih. PIUS XII, Amanat radio, 24 Oktober 1954: AAS 46 (1954), hlm. 679. Ensiklik Ad coeli Reginam, 11
Oktober 1954: AAS 46 (1954) hlm. 637.

(Inspirasi Hidup) Komitmen dlm Relasi

Komitmen: usaha, waktu & kejujuran
Agar sebuah hubungan bisa berjalan dengan lancar maka dibutuhkan sebuah komitmen yang besar. Bukan sekedar sebuah pernyataan bahwa Anda menyukai hubungan ini dan ingin menjalaninya. Pernyataan terkadang hanya ucapan manis di bibir saja, sedangkan komitmen merupakan aksi nyata.

Sangat mudah untuk berkomitmen dalam hubungan ketika hubungan itu berjalan lancar, menyenangkan atau memabukkan. Namun ketika hubungan itu mulai menemui masalah, tantangan, ganjalan, tidak sedikit yang berucap, "aku serius dengan hubungan kita, sayangnya hubungan ini tidak berjalan lancar seperti yang diharapkan."

Komitmen sejati dalam sebuah hubungan adalah ketika Anda mau berkorban di dalamnya. Sangat mudah untuk meminta pasangan untuk berubah, namun apakah Anda bisa berubah juga? Cobalah untuk berubah terlebih dahulu, lalu lihatlah bagaimana hal tersebut membawa perbedaan.

Untuk membangun komitmen dalam sebuah hubungan diperlukan 3 hal yang sederhana namun tidak mudah dilakukan, yaitu: kerja keras, waktu, dan kejujuran. Dengan ketiga hal ini, maka relasi yang kita bina akan langgeng dan bahagia.

by: adrian, diolah dari email Anne Ahira
Baca juga refleksi lainnya:

Minggu, 28 April 2013

Dokumen Konsili Vatikan II: Lumen Gentium (22)

Sambungan sebelumnya....
KONSTITUSI DOGMATIS TENTANG GEREJA

63. (Maria pola Gereja)
Karena kurnia serta peran keibuannya yang ilahi, yang menyatukannya dengan Puteranya Sang penebus, pun pula karena segala rahmat serta tugas-tugasnya, Santa Perawan juga erat berhubungan dengan Gereja. Seperti telah diajarkan oleh St. Ambrosius, Bunda Allah itu pola Gereja, yakni dalam hal iman, cinta kasih dan persatuan sempurna dengan Kristus.[190] Sebab dalam misteri Gereja, yang tepat juga disebut bunda dan perawan, Santa Perawan Maria mempunyai tempat utama, serta secara ulung dan istimewa memberi teladan perawan maupun ibu.[191] Sebab dalam iman dan ketaatan ia melahirkan Putera Bapa sendiri di dunia dan itu tanpa mengenal pria, dalam naungan Roh Kudus, sebagai Hawa yang baru, bukan karena mempercayai ular yang kuno itu, melainkan karena percaya akan utusan Allah, dengan iman yang tak tercemar oleh kebimbangan. Ia telah melahirkan Putera, yang oleh Allah dijadikan yang sulung di antara banyak saudara (Rom 8:29), yakni Umat Beriman. Maria bekerja sama dengan cinta kasih keibuannya untuk melahirkan dan mendidik mereka.

64. Adapun Gereja sendiri – dengan merenungkan kesucian Santa Perawan yang penuh rahasia serta meneladan cinta kasihnya, dengan melaksanakan kehendak Bapa dengan patuh, dengan menerima sabda Allah dengan setia pula – menjadi ibu juga. Sebab melalui pewartaan dan baptis, Gereja melahirkan bagi hidup baru yang kekal-abadi putera-puteri yang dikandungnya dari Roh Kudus dan lahir dari Allah. Gereja pun perawan, yang dengan utuh murni menjaga kesetiaan yang dijanjikannya kepada Sang Mempelai. Dan sambil mencontoh Bunda Tuhannya, Gereja dengan kekuatan Roh Kudus secara perawan mempertahankan keutuhan imannya, keteguhan harapannya dan ketulusan cinta kasihnya.[192]

65. (Keutamaan-keutamaan Maria, pola bagi Gereja)
Namun sementara dalam diri Santa Perawan Gereja telah mencapai kesempurnaannya yang tanpa cacat atau kerut (lih. Ef 5:27), kaum beriman kristiani sedang berusaha mengalahkan dosa dan mengembangkan kesuciannya. Maka mereka mengangkat pandangannya ke arah Maria, yang bercahaya sebagai pola keutamaan, menyinari segenap jemaat para terpilih. Penuh khidmat Gereja mengenangkan Maria, serta merenungkannya dalam terang Sabda yang menjadi manusia dan dengan demikian ia penuh hormat makin mendalam memasuki sejarah keselamatan dan dengan cara tertentu merangkum serta memantulkan pokok-pokok iman yang terluhur dalam dirinya. Sementara ia diwartakan dan dihormati, ia mengundang Umat Beriman untuk mendekati Puteranya serta korban-Nya, pun cinta kasih Bapa. Sedangkan Gereja sambil mencari kemuliaan Kristus makin menyerupai polanya yang amat mulia. Gereja terus menerus maju dalam iman, harapan dan cinta kasih, serta dalam segalanya mencari dan melaksanakan kehendak Allah. Maka tepatlah, bahwa juga dalam karya kerasulannya Gereja memandang Maria yang melahirkan Kristus; Dia yang dikandung dari Roh Kudus serta lahir dari Perawan, supaya melalui Gereja lahir dan berkembang juga dalam hati kaum beriman. Dalam hidupnya Santa Perawan menjadi teladan cinta kasih keibuan, yang juga harus menjiwai siapa saja yang tergabung dalam misi kerasulan Gereja demi kelahiran baru sesama mereka.


[190] S. AMBROSIUS, Penjelasan tantang Lukas II, 7: PL 15,1555.
[191] Lih. Pseudo-PETRUS DAMIANUS, Kotbah 63: PL 144,861AB. GODEFRIDUS dari S. VIKTOR, pada hari
kelahiran Santa Maria, manuskrip Paris, Mazarine, 1002, lembar 109 r. GERHOHUS REICH, De gloria et
honore filii hominis (tentang kemuliaan dan kehormatan Putera manusia), 10: PL 194,1105AB.
[192] S. AMBROSIUS, di tempat yang sama, dan dalam penjelasan Luk X, 24-25: PL 15,1810. S. AGUSTINUS,
tentang Yoh. Traktat 13,12: PL 35,1499. Lih. Kotbah 191,2,3: PL 38, 1010, dan lain-lain. Lih. juga BEDA
terhormat, Tentang Luk Penjelasan I, bab 2: PL 92,330. ISAAK DE STELLA, Kotbah 51: PL 194,1863A.

(Sharing Hidup) Kesibukan Hidup


KURANG BERSERAH DIRI
Selasa pagi, pukul 09.30 WIB, seperti biasa jalan Imam Bonjol dilewati sebagian besar warga Jakarta. Saya menyetir tergesa-gesa, dan sudah hampir terlambat rapat penting di pusat Jakarta. Saat itu, waktu menunjukkan “3 in 1”. Saya menggerutu kecil. “Jamnya nanggung. 30 menit lagi sudah selesai, tapi jika menunggu 30 menit, saya bisa terlambat satu jam.”

Terpaksa saya memberhentikan mobil dan menaikkan seorang ibu yang menggendong anak kecil. “Pagi Mbak, sudah lama tidak lewat sini?” tegurnya ceria. “Iya, biasa lewat tol,” saya menjawab pendek. Wajah saya berkerut-kerut tegang. Sambil memasuki kawasan Sudirman, pikiran saya melayang pada rapat berikutnya. Dalam kondisi seperti itu, hal terakhir yang ingin saya lakukan adalah mengobrol. Sama halnya yang ingin dilakukan ibu joki untuk memulai perbincangan.

“Mbak sedang sibuk ya?” tanyanya enteng.

“Iya,” saya menjawab seadanya.

“Sibuk dengan kerjaan?” tanyanya lagi.

“Iya, biasa,” jawab saya lagi, mulai terganggu.

“Memang kerjaan belum selesai?”

“Sudah semaksimal mungkin saya kerjakan sampai malam, tapi tidak tidak tahu mengapa, rasanya ada saja yang membuat tidak beres,” keluh saya.

Tiba-tiba, saya menyimak perkataan ibu ini lebih lanjut. “Bagaimana saya tidak berkeluh kesah, karena kerjaan saya sekarang sedang menumpuk,” dalam hati saya protes.

“Mbak tahu tidak, kemarin saya hanya punya uang seribu perak. Anak saya dua. Satu lagi kena demam berdarah. Saya berpikir, bagaimana caranya anak saya bisa makan?” ujar ibu joki itu.

“Mbak Katolik, bukan?” tanyanya lagi. Saya mengiyakan.

“Kalau Mbak Katolik, tahu kan Firman Tuhan yang menyatakan, burung pipit yang kecil saja dikasihi Tuhan. Rumput saja tidak ada yang memberi makan bisa hidup. Apalagi saya dan apalagi Mbak?”

Tangan saya mulai berkeringat mendengar perkataan ibu itu. Ia melanjutkan perkataannya, “Kemarin sore, saya naik mobil, yang punya mobil memiliki makanan sisa, daripada basi diberikan kepada saya. Anak saya makan, padahal saya tetap punya uang seribu perak, tambah hasil ngejoki.”

“Saya hanya punya seribu, yang penting saya selalu usaha cari uang, sisanya Tuhan yang mengatur. Jika sudah bekerja sebaik-baiknya, ya sudah. Jika belum diberi jalannya pagi ini, nanti sore juga diberi. Pokoknya waktunya pas.”

Sesaat kemudian ibu joki tersebut turun dari mobil saya, namun perkataannya masih terasa pedas menggampar saya seharian penuh. Kurang pasrah, begitu saya berkesimpulan akan penyakit saya. Dengan kemajuan teknologi dan segala alat bantu pekerjaan, hampir seluruh area pekerjaan dapat direncanakan dan diprediksi. Nyaris tidak ada informasi yang tidak bisa didapat lewat internet. Nyaris tidak ada komunikasi yang bisa terputus dengan gadget yang dimiliki.

Berkata ‘tidak tahu’ adalah sebuah hal yang haram disebut sebagai alasan akan sesuatu. Jika sekarang tidak tahu, bisa lewat mesin pencari atau bertanya pada orang. Jika orangnya tidak ada di dekat kita bisa telepon, sms, email, atau chatting. Hanya jika berada di daerah terpencil kita bisa punya lebih banyak alasan. Hal ini menyebabkan tingginya tingkat anxiety masyarakat perkotaan. Banjir informasi serta tidak ada putusnya waktu kerja dan istirahat seperti menuntut segala hal untuk dikontrol hasilnya.

Padahal, seperti dalam hidup manusia, tidak semua hal bisa dikontrol. Ketika ada hal yang tidak bisa diprediksi hasilnya, manusia perkotaan menjadi lebih mudah frustrasi. Lalu, frustrasi tersebut membawa manusia untuk lebih lagi mengandalkan gadget dan kemampuan kerjanya untuk mengatasi anomali hasil tersebut. Jika dipikir-pikir, masalah ibu joki tadi jelas lebih berat daripada masalah saya. Seribu perak untuk makan itu sulit. Tetapi, saya terlihat lebih sengsara dan rendah diri.

by: Margareta Astaman, “Kurang Berpasrah Diri”, HIDUP, No 18, Thn ke-66, 29 April 2012
Baca juga sharing lainnya:

Sabtu, 27 April 2013

Dokumen Konsili Vatikan II: Lumen Gentium (21)

Sambungan sebelumnya....
KONSTITUSI DOGMATIS TENTANG GEREJA

III. SANTA PERAWAN DAN GEREJA

60. (Maria hamba Tuhan)
Pengantara kita hanya ada satu, menurut sabda Rasul: “Sebab Allah itu esa, dan esa pula pengantara antara Allah dan manusia, yakni manusia Kristus Yesus, yang telah menyerahkan diri-Nya sebagai tebusan bagi semua orang” (1Tim 2:5-6). Adapun peran keibuan Maria terhadap umat manusia sedikit pun tidak menyuramkan atau mengurangi pengantaraan Kritus yang tunggal itu, melainkan justru menunjukkan kekuatannya. Sebab segala pengaruh Santa Perawan yang menyelamatkan manusia tidak berasal dari suatu keharusan objektif, melainkan dari kebaikan ilahi, pun dari kelimpahan pahala Kristus. Pengaruh itu bertumpu pada pengantaraan-Nya, sama sekali tergantung dari padanya dan menimba segala kekuatannya dari padanya. Pengaruh itu sama sekali tidak merintangi persatuan langsung kaum beriman dengan Kristus, melainkan justru mendukungnya.

61. Sehubungan dengan penjelmaan Sabda ilahi Santa Perawan sejak kekal telah ditetapkan untuk menjadi Bunda Allah. Berdasarkan rencana penyelenggaraan ilahi ia di dunia ini menjadi Bunda Penebus ilahi yang mulia, secara sangat istimewa mendampingi-Nya dengan murah hati dan menjadi Hamba Tuhan yang rendah hati. Dengan mengandung Kristus, melahirkan-Nya, membesarkan-Nya, menghadapkan-Nya kepada Bapa di kenisah serta dengan ikut menderita dengan Puteranya yang wafat di kayu salib, ia secara sungguh istimewa bekerja sama dengan karya juru selamat, dengan ketaatannya, iman, pengharapan serta cinta kasihnya yang berkobar, untuk membaharui hidup adikodrati jiwa-jiwa. Oleh karena itu dalam tata rahmat ia menjadi Bunda kita.

62. Ada pun dalam tata rahmat itu peran Maria sebagai Bunda tiada hentinya terus berlangsung, sejak persetujuan yang dengan setia diberikannya pada saat Warta Gembira dan yang tanpa ragu-ragu dipertahankan di bawah salib, hingga penyempurnaan kekal semua para terpilih. Sebab sesudah diangkat ke sorga ia tidak meninggalkan peran yang membawa keselamatan itu, melainkan dengan aneka perantaraannya ia terus-menerus memperolehkan bagi kita kurnia-kurnia yang menghantar kepada keselamatan kekal.[187] Dengan cinta kasih keibuannya ia memperhatikan saudara-saudara Puteranya, yang masih dalam peziarahan dan menghadapi bahaya-bahaya serta kesukaran-kesukaran, sampai mereka mencapai tanah air yang penuh kebahagiaan. Oleh karena itu dalam Gereja Santa Perawan disapa dengan gelar Pembela, Pembantu, Penolong, Perantara.[188] Akan tetapi itu diartikan sedemikian rupa, sehingga tidak mengurangi pun tidak menambah martabat serta dayaguna Kristus satu-satunya Pengantara.[189]

Sebab tiada makhluk satu pun yang pernah dapat disejajarkan dengan Sabda yang menjelma dan Penebus kita. Namun seperti imamat Kristus secara berbeda-beda ikut dihayati oleh para pelayan (imam) maupun oleh Umat beriman dan untuk satu kebaikan Allah dengan cara yang berbeda-beda pula terpancarkan secara nyata dalam makhluk-makhluk, begitu pula satu-satunya pengantaraan Penebus tidak meniadakan, melainkan membangkitkan pada makhluk-makhluk aneka bentuk kerja sama yang berasal dari satu-satunya sumber.

Adapun Gereja tanpa ragu-ragu mengakui bahwa Maria memainkan peran yang terbawah kepada Kristus seperti itu. Gereja tiada hentinya mengalaminya dan menganjurkan kepada kaum beriman supaya mereka ditopang oleh perlindungan Bunda itu lebih erat menyatukan diri dengan Sang pengantara dan penyelamat.


[187] Lih. KLUTGEN, Naskah yang diperbaharui tentang Misteri Sabda ilahi, bab IV, MANSI 53,290. Lih juga S.
ANDREAS dari Kreta, Pda hari kelahiran Maria, Kotbah 4: PG 97,865A. S. GERMANIUS dari Konstantinopel,
Pada Warta gembira Bunda Allah: PG 98, 321BC; Pada meninggalnya Bunda Allah, III: kolom 361D. S.
YOHANES dari Damsyik, Pada hari meninggalnya Santa Perawan Maria, Homili 1,8: PG 96,712BC-713A.
[188] Lih. LEO XIII, Ensiklik Adiutricem populi, 5 September 1895: AAS 15 (1895-96) hlm. 303. S. PIUS X, Ensiklik Ed diem illum, 2 Februari 1904: Acta, I, hlm. 154: DENZ. 1978A (3370). PIUS XI, Ensiklik Miserentissimus, 8 Mei 1928: AAS 20 (1928) hlm. 178. PIUS XII, Amanat radio, 13 Mei 1946: AAS 38 (1946) hlm. 266
[189] S. AMBROSIUS, Surat 63: PL 16,1218.

Jumat, 26 April 2013

Lampu Mati

Belum lama memejamkan mata, tak lama kemudian listrik mati. Sontak kamar jadi gulita. Udara pun panas karena AC kamar tidak berfungsi. Dan nyamuk bergembira berterbangan seputar telingaku.

Karena tak tahan dengan semuanya itu, akhirnya aku memutuskan keluar dari kamar. Ternyata di ruang tengah, sudah kumpul anggota lain dengan berpenerangan lilin. Aku pura-pura tidak tahu kalau listrik mati.

Saya               : Koq listrik di kamarku tidak berfungsi? Jadi kepanasan di kamar.
Teman           : Lampu mati, Romo!
Saya               : Tadi, waktu mau tidur lampu aku matikan, AC tetap jalan, koq.
Teman           : @#$%^&$#@????

(Inspirasi Hidup) Hidup Sekarang dan Dulu

HIDUP SEKARANG & DULU
Seorang tukang bangunan yang sudah tua berniat untuk pensiun dari profesi yang sudah ia geluti selama puluhan tahun. Ia ingin menikmati masa tua bersama istri dan anak cucunya. Ia tahu ia akan kehilangan penghasilan rutinnya namun bagaimanapun tubuh tuanya butuh istirahat. Ia pun menyampaikan rencana tersebut kepada mandornya.

Sang Mandor merasa sedih, sebab ia akan kehilangan salah satu tukang kayu terbaiknya, ahli bangunan yang handal yang ia miliki dalam timnya. Namun ia juga tidak bisa memaksa.

Sebagai permintaan terakhir sebelum tukang kayu tua ini berhenti, sang mandor memintanya untuk sekali lagi membangun sebuah rumah untuk terakhir kalinya. Dengan berat hati si tukang kayu menyanggupi namun ia berkata karena ia sudah berniat untuk pensiun maka ia akan mengerjakannya tidak dengan segenap hati.

Sang mandor hanya tersenyum dan berkata, "Kerjakanlah dengan yang terbaik yang kamu bisa. Kamu bebas membangun dengan semua bahan terbaik yang ada."

Tukang kayu lalu memulai pekerjaan terakhirnya. Ia begitu malas-malasan. Ia asal-asalan membuat rangka bangunan, ia malas mencari, maka ia gunakan bahan-bahan berkualitas rendah. Sayang sekali, ia memilih cara yang buruk untuk mengakhiri karirnya.

Saat rumah itu selesai. Sang mandor datang untuk memeriksa. Saat sang mandor memegang daun pintu depan, ia berbalik dan berkata, "Ini adalah rumahmu, hadiah dariku untukmu!"

Betapa terkejutnya si tukang kayu. Ia sangat menyesal. Kalau saja sejak awal ia tahu bahwa ia sedang membangun rumahnya, ia akan mengerjakannya dengan sungguh-sungguh. Sekarang akibatnya, ia harus tinggal di rumah yang ia bangun dengan asal-asalan.

Inilah refleksi hidup kita!

Pikirkanlah kisah si tukang kayu ini. Anggaplah rumah itu sama dengan kehidupan Anda. Setiap kali Anda memalu paku, memasang rangka, memasang keramik, lakukanlah dengan segenap hati dan bijaksana.

Sebab kehidupanmu saat ini adalah akibat dari pilihanmu di masa lalu. Masa depanmu adalalah hasil dari keputusanmu saat ini.

by: adrian, diolah dari email Anne Ahira
Baca juga refleksi lainnya:

Kamis, 25 April 2013

Remaja & Ekaristi

Ekaristi Kaum Muda Komunitas Life Teen
Paroki MBK Jakarta
HIDUPKATOLIK.com, TOMANG, JAKARTA - Life Teen Paroki Maria Bunda Karmel (MBK), Tomang, Jakarta Barat menyelenggarakan perayaan Ekaristi bagi Orang Muda Katolik (OMK) dan Life Night di Auditorium Gereja MBK, Sabtu, 13/4. Acara bertajuk “Single, Sexy, and Smart” ini dimulai dengan Misa yang dipimpin Pastor Lirman Jaya Sastra OCarm.

Dalam homilinya, Pastor Jaya mengajak OMK untuk menjadi pribadi luar biasa, tangguh dan smart. Hal tersebut salah satunya dapat dicapai dengan mengikuti perayaan Ekaristi, membaca Kitab Suci, dan mengaku dosa.

Humas Life Teen MBK, Anastasia Supatra mengungkapkan bahwa Life Teen MBK adalah yang pertama di Keuskupan Agung Jakarta (KAJ). Life Teen MBK terbentuk pada 11 Agustus 2012. Kelompok ini rutin mengadakan Misa dan Life Night satu bulan sekali, setiap Sabtu kedua. “Kita selalu berpusat pada Ekaristi. Acara diawali dengan Ekaristi. Kemudian dilanjutkan dengan Life Night; pengajaran, sharing kelompok, dan pujian,” ujarnya.

Life Teen MBK berada di bawah Life Teen KAJ dan bernaungan di bawah Seksi Kepemudaan MBK serta berkoordinasi dengan pastor moderator OMK MBK, Pastor Gregorius Jeffrey OCarm. Leading teens closer to Christ menjadi motto kelompok ini.

Kegiatan Life Teen menjadi salah satu cara menjawab kebutuhan akan Misa OMK dan menjawab keprihatinan banyaknya OMK yang menjauh dari Gereja. “Ini sebagai sarana bagaimana kita mengajak OMK untuk Ekaristi serta mendekatkan diri pada Tuhan lewat pengajaran dan sharing,” ujar Anastasia.

Peserta Life Teen MBK adalah para siswa usia SMP, SMA, mahasiswa, dan karyawan muda. Mayoritas mereka berasal dari sekolah-sekolah yang ada di paroki MBK: Sekolah Sang Timur, Sekolah Abdi Siswa, dan Sekolah Tarsisius.

Selain Misa dan Life Night, juga diadakan kegiatan sharing atau keakraban di luar acara rutin untuk menjalin relasi yang lebih dekat. Misalnya mengikuti Ekaristi mingguan bersama dan sharing berdasarkan kelompok yang telah dibagi sesuai usia peserta. Beberapa panitia (disebut core member) juga mengisi pengajaran di sekolah-sekolah, seperti sekolah Sang Timur Tomang sebagai pengisi pengembangan kepribadian para siswa selama satu jam.

by: Maria Pertiwi, http://www.hidupkatolik.com/2013/04/25/ekaristi-kaum-muda-komunitas-life-teen-paroki-mbk-jakarta