Kamis, 26 Juni 2014

Orang Kudus 26 Juni: St. Maria Magdalena Fontaine

SANTA MARIA MAGDALENA FONTAINE, MARTIR
Maria Magdalena Fontaine dikenal sebagai pemimpin biara Suster-suster Karitas di Arras, Perancis. Bersama tiga orang kawannya, yakni Suster Frances Lanel (49 tahun), Teresa Fantou (47 tahun) dan Yoan Gerard (42 tahun), ia dipenggal kepalanya di Cambrai, Perancis.

Pada masa itu Revolusi Perancis sedang berkecamuk. Negara mengeluarkan suatu undang-undang yang ditujukan kepada rohaniwan, biarawan/biarawati. Isi undang-undang ini dinilai sangat bertentangan dengan ajaran agama. Para biarawan-wati diharuskan menaati dan mengucapkan sumpah setia kepada negara. Karena mereka menolaknya, maka banyak di antara mereka dibunuh.

Suster Maria Magdalena Fontaine bersama tiga orang kawannya dipanggil oleh para pejabat untuk mengucapkan janji setia kepada negara sebagaimana diwajibkan undang-undang itu. Mereka bersedia pergi namun tidak bersedia mengucapkan sumpah setia itu, karena bertentangan dengan suara hati mereka. Karena itu mereka dituduh sebagai aktifis anti revolusi, ditangkap dan dipenjarakan pada tanggal 14 Februari 1794.

Tanpa banyak pertimbangan, keempat suster itu digiring ke tempat pembantaian. Mereka kelihatan tidak gentar sedikitpun terhadap bahaya maut yang segera tiba. Mereka bahkan menyambut gembira hukuman mati itu. Sepanjang jalan mereka menyanyikan lagu “Ave Maris Stella”.

Di atas tempat pembantaian itu, kepala mereka satu per satu dipenggal dengan guilotine. Suster Magdalena mendapat giliran terakhir. Ketika mendekati guilotine, ia berpaling kepada orang banyak yang berkumpul dan berkata: “Dengarkanlah hai umat Kristen! Kami adalah korban terakhir. Penganiayaan akan segera berakhir, tiang gantungan akan segera roboh dan altar-altar Tuhan Yesus akan muncul lagi dengan semarak”. Ramalan ini ternyata benar-benar terjadi.

Liburan 2014: Gua Maria Sendang Sono








Renungan Hari Kamis Biasa XII - Thn II

Renungan Hari Kamis Biasa XII, Thn A/II
Bac I    2Raj 24: 8 – 17; Injil             Mat 7: 21 – 29;

Injil hari ini masih melanjutkan pengajaran Tuhan Yesus di bukit. Salah satu tema pengajaran Yesus kali ini adalah tentang pengadilan terakhir. Dikatakan bahwa tindakan lebih menentukan daripada ucapan. Tuhan Yesus mengatakan bahwa orang yang dalam hidupnya hanya selalu menyebut-nyebut nama Tuhan belum menjadi jaminan akan masuk ke dalam kehidupan kekal (ay. 21). Tuhan lebih melihat perbuatan-perbuatan selama hidup. Jika perbuatan-perbuatannya sesuai dengan kehendak Allah, maka ia akan masuk sorga (ay. 21), tapi jika sebaliknya maka orang itu tidak masuk sorga. “Enyalah dari pada-Ku, kalian semua pembuat kejahatan!” (ay. 23).

Sikap Allah yang tidak suka pada tindak kejahatan, sebagaimana dinyatakan Tuhan Yesus, tampak dalam bacaan pertama hari ini. Dikatakan bahwa Raja Yoyakhin melakukan apa yang jahat di mata Tuhan (ay. 9). Hidup Yoyakhin ini tentulah berdampak juga pada rakyatnya yang lain. Karena kejahatannya itulah akhirnya Tuhan Allah menyerahkan bangsa itu ke dalam penjajahan bangsa Babel. Mereka menjadi orang buangan di Babel (ay. 14 – 16), dijajah dan ditindas.

Sabda Tuhan hari ini menyadarkan kita bahwa Tuhan lebih berkenan pada tindakan nyata daripada ucapan bibir semata. Tindakan itulah yang akan menentukan kita untuk menikmati Kerajaan Sorga atau tidak. Jika tindakan kita sesuai dengan kehendak Allah, maka Kerajaan Sorga-lah ganjarannya, namun jika tidak maka kita akan disingkirkan dari hadapan Allah. Melalaui sabda-Nya ini, Tuhan menghendaki supaya kita senantiasa bertindak sesuai dengan kehendak Allah, karena Allah ingin kita ada bersama Dia di Sorga. Lebih dari itu, Tuhan juga menghendaki supaya kita jangan hanya menjadi manusia "pembicara" saja, melainkan manusia pelaksana.

by: adrian