Selasa, 04 Februari 2014

Perjalananku Ke Sungai Linggih (2011)




Ada yang serius membaca menghilangkan kejenuhan




Pak Edy menjelaskan sesuatu kepada saya




 Franky, anak metal





Yanto, anak paten




Turun di Selat Bingah, lalu berjalan




Di depan memimpin




Om Yosef (alm) tetap mengikuti





Meski letih, tetap tersenyum






Memasuki hutan rimba




Menyusuri jalan setapak




Istirahat sejenak mengumpulkan tenaga





Bergaya dengan Novita, tetap semangat




Turun gunung




Selalu ceriah dan semangat




Narsis dulu





 Keluar hutan, masuk kebun




Pak Edy, Ketua Stasi Moro, penjaga belakang





Awas, jangan injak bibit orang!!!

 Kembali ke Moro
Menuju Kampung Kang, Pompong sudah menanti

Orang Kudus 4 Februari: St. Isodorus


SANTO ISODORUS dari MESIR, PENGAKU IMAN
Semenjak masa mudanya, Isodorus menjalani suatu cara hidup tapa yang keras di gurun pasir Mesir. Di mata rekan-rekannya, ia dikenal sebagai pertapa yang saleh dan ramah kepada siapa saja yang datang kepadanya meminta bimbingannya. Ia rajin berdoa dan bekerja. Doa-doa Mazmur senantiasa didengungkan sepanjang ia bekerja. Apabila rekan-rekannya menyuruh dia beristirahat, ia menjawab: Hidup Yesus penuh dengan kerja keras dan doa. Karena itupun kita hendaknya berbuat yang sama seperti Yesus. Sekalipun saya dibunuh, dibakar dan abu jenazahku ditebarkan di udara, semuanya itu belumlah cukup sebagai balasan kepada Yesus, Guruku.

Suatu ketika, tatkala ia kembali dari kunjungannya kepada Uskup Theofilus di kota Aleksandria, rekan-rekannya menanyai dia tentang segala sesuatu yang dilihatnya di kota. Pertanyaan itu dijawabnya dengan mengatakan: Saya tidak melihat apa-apa selain Uskup Theofilus. Maksudnya dengan jawaban ini ialah untuk menyadarkan rekan-rekannya akan pentingnya hal pengendalian diri bagi seorang pertapa di tengah-tengah kegermelapan dunia dan berbagai kesenangan duniawi, agar tidak mengganggu persatuannya dengan Kristus. Ia meninggal dunia pada tahun 390.

Renungan Hari Selasa Biasa IV - Thn II


Renungan Hari Selasa Biasa IV, Thn A/II
Bac I   : 2Sam 18: 9–10, 14b, 24–25, 30–19: 3; Injil           : Mrk 5: 21–43

Sabda Tuhan hari ini merupakan antiklimaks dari cerita pertentangan antara Daud dengan Absalom. Dikisahkan bahwa pada akhirnya Absalom, yang berusaha membunuh Daud, mati di tangan pengikut Raja Daud. Sebagai pengikut, yang turut terancam nasibnya akibat pertikaian ini, tentulah akan merasa senang mendengar berita kematian Absalom ini. Kematian itu dilihat sebagai keadilan dari Allah (ay. 31). Namun sedikit aneh dengan reaksi Daud. Bukannya senang, Daud malah berduka. Hal ini membuat “kemenangan menjadi perkabungan bagi seluruh tentara.” (ay. 2). Di sini Daud menunjukkan solidaritasnya pada peristiwa kemalangan.

Solidaritas kepada kemalangan juga ditunjukkan Yesus dalam Injil. Hari ini Injil mengisahkan dua mujizat yang dilakukan Yesus. Mujizat ini hendak memperlihatkan solidaritas Yesus kepada penderita. Secara khusus, dalam peristiwa kematian putri Yairus, solidaritas Yesus terlihat bukan hanya lewat kehadiran-Nya, melainkan juga dalam penyembuhan itu. Lewat solidaritas-Nya, Yesus hendak berbagi sukacita.

Lewat sabda-Nya hari ini, Tuhan mau mengajak kita untuk membangun sikap solider dengan sesama. Sekalipun sesama kita itu memusuhi kita, bukanlah lantas kita bersukacita atas penderitaannya. Tuhan menghendaki kita supaya kita tetap solider dengannya. Paus Benediktus XVI, atas peristiwa kematian Moamar Khadafy, pernah berkata, “Janganlah bersukacita di atas kematian seseorang.” Siapapun orangnya, jika dia mengalami penderitaan, hendaklah kita menunjukkan rasa simpati dan empati terhadapnya. Kita jangan bersolider hanya dengan orang yang kita sukai atau orang dari golongan kita saja, melainkan orang dari mana saja.

by: adrian