Jumat, 27 September 2013

Kolekte yang Terpaksa

Seorang pemuda sedang mengikuti perayaan ekaristi di sebuah gereja. Setelah mengungkapkan Sahadat Para Rasul, acaranya adalah persembahan. Petugas kolekte segera mengedarkan kantong kolekte. Ketika kantong kolekte hampir tiba padanya ia pun merogoh sakunya, membuka dompet dan mengeluarkan uang Rp 1.000 untuk nanti dimasukkan ke kantong kolekte.

Ketika kantong kolekte itu tiba di hadapannya, tiba-tiba seorang bapak di belakangnya menyodorkan uang Rp 50 ribu kepadanya. Setelah memasukkan uang seribu-nya ke dalam kantong kolekte, ia pun memasukkan uang itu ke kantong kolekte dengàn perasaan kagum pada Bapak yang murah hati itu. Setelah kantong kolekte berlalu, si Bapak menepuk pundaknya dan berkata,

"Itu tadi jatuh dari kantongmu..."

edited by: adrian
Baca juga humor lainnya:

Orang Kudus 27 September: St. Vincensius a Paulo

Santo Vinsensius a Paulo, 
Pengaku Iman
Vinsensius a Paulo terkenal sebagai rasul cinta kasih bagi kaum miskin dan penghibur orang-orang sakit. Pendiri Kongregasi Misi dan Kongregasi Puteri-puteri Cintakasih ini lahir di Pouy, Gascony, Perancis pada 24 April 1581.Ayahnya Jean de Paul dan ibunya Bertrande de Moras dikenal sebagai petani miskin di Pouy dengan enam orang anak. Meskipun demikian, mereka orang beriman dan saleh hidupnya. Mereka mendidik anak-anaknya dalam kerja dan hidup doa sehingga semuanya berkembang dewasa menjadi orang beriman yang saleh dan disenangi banyak orang.

Vinsensius dikenal cerdas, namun tidak bisa bersekolah karena ketidakmampuan orang tuanya membiayai sekolah. Untunglah Tuan Comet, seorang dermawan, bersedia menyekolahkan dia. Pada umur 15 tahun Vinsensius mengikuti panggilan nuraninya untuk menjadi imam. Ia masuk seminari. Orang tuanya bingung dengan cita-citanya itu. Tetapi akhirnya merekapun meluluskan permintaannya. Mula-mula Vinsensius belajar di sebuah kolese Fransiskan di kota Dax, lalu melanjutkan pendidikannya di Universitas Toulouse. Karena kecerdasannya ia dapat menyelesaikan studinya dalam waktu singkat. Pada tahun 1600, ketika berusia 20 tahun, ia ditahbiskan menjadi imam, sambil melanjutkan studi hingga meraih gelar sarjana teologi di Universitas Toulouse, pada tahun 1604.

Pada tahun 1605, dalam perjalanan pulang seusai studinya, kapal yang ditumpanginya disergap bajak-bajak laut dari Turki di Laut Tengah. Vinsensius ditangkap dan digiring ke pasar budak Tunisia. Di sana dia dibeli oleh seorang saudagar dari Afrika Utara. Selama dua tahun, Vinsensius mengalami banyak penderitaan karena perlakuan kasar majikannya. Namun ia sabar dan rendah hati menanggung semuanya itu. Teladan hidupnya ini akhirnya berhasil mematahkan kekerasan hati tuannya sehingga dia tidak disiksa dengan pekerjaan-pekerjaan berat. Pada tahun 1607, Vinsensius berhasil meloloskan diri dari cengkeraman tuannya dan lari ke Roma. Di Roma ia belajar lagi teologi selama dua tahun sebelum kembali ke Perancis.

Di Perancis ia bekerja di paroki Clichy di pinggiran kota Paris. Di bawah bimbngan Pater Pierre de Berulle, seorang teolog terkenal yang kemudian menjadi kardinal, ia menjadi seorang imam yang disukai umat. Atas permintaan Pater de Berulle, ia menjadi pengajar pribadi putera tertua Philippe Gondi, seoang bangsawan terkemuka dari Perancis. Dalam keluarga bangsawan ini Vinsensius mulai mencurahkan seluruh kemampuannya. Ia tidak hanya mengajar tetapi juga memberikan bimbingan rohani kepada para petani yang bekerja di perkebunan-perkebunan keluarga Gondi di Champagne dan Picardy. Kepada mereka Vinsensius mengajarkan kebajikan-kebajikan iman kristen dan mendorong mereka untuk selalu menerima sakramen terutama komuni kudus serta kembali kepada praktek iman kristen yang benar dalam hidup sehari-hari.

Pada tahun 1617 Vinsensius diangkat sebagai pastor paroki Chatillon-Les-Dombes. Paroki ini tergolong sulit dan berat karena sarat dengan masalah kemerosotan moral dan praktek kekafiran. Vinsensius ternyata orang hebat. Ia berhasil mempertobatkan umat paroki itu hanya dalam waktu satu tahun. Kesalehan hidupnya dan caranya melayani umat sanggup mematahkan kedegilan hati umat. DI paroki itulah Vinsensius mulai merintis pendirian tarekat Persaudaraan Cinta Kasih. Ia berhasil menarik 20 orang wanita yang dengan suka rela mengunjungi orang-orang sakit dan para fakir miskin di seluruh wilayah paroki.

Menyaksikan prestasi Vinsensius, Jean Francois de Gondi, Uskup Agung Paris dan saudara kandung Philippe Gondi, meminta Vinsensius mendirikan sebuah tarekat misioner untuk mewartakan Injil dan melayani sakramen-sakramen di sluruh wilayah keuskupannya. Tarekat misioner ini kemudian dikenal luas dengan nama "Kongregasi Iman untuk Karya Misi" atau Kongregasi Misi. Imam-imam dalam kongregasi ini lazimnya disebut "imam-imam Lazaris." Pada mulanya mereka bermarkas di kolese des Bos-Enfants, yang dipercayakan kepada Vinsensius oleh Uskup Agung Jean Francois de Gondi.

Masalah besar yang dihadapi Vinsensius ialah kurangnya persiapan imam-imam diosesan Perancis untuk tugas-tugas pastoral. Untuk mengatasinya Vinsensius mulai melancarkan program pembinaan rohani khusus untuk para calon imam yang akan ditahbiskan. Untuk itu ia memindahkan pusat karyanya ke biara Santo Lazarus di Paris atas dukungan kepala biara itu. Di biara itu Vinsensius memprakarsai pertemuan mingguan untuk imam-imam diosesan dan kegiatan pemeliharaan anak-anak yatim piatu dan para fakir miskin. Melalui pertemuan mingguan ini ia berhasil mendidik sejumlah orang saleh dari Perancis, seperti Jacques Benigne Bossuet dan Jean Jaques Olier, pendiri Serikat Santo Sulpice.

Bagi para miskin dan orang sakit Vinsensius mendirikan banyak Yayasan Persaudaraan Cinta Kasih, yang telah dimulainya di paroki Chatillon-Les-Dombes. Louise de Marillac, janda Antoine Le Gras yang kemudian digelari kudus, ditugaskan untuk mengurus yayasan-yayasan itu. Orang-orang kaya dimintanya menyumbangkan sejumlah kekayaannya bagi orang-orang miskin. Beberapa wanita di bawah pimpinan Louise de Marillac dibimbingnya untuk menangani karya itu. Kelompok kecil ini terus bertambah jumlahnya dan akhirnya menjadi satu kongregasi tersendiri, Kongregasi Suster Puteri-puteri Cinta Kasih. Kelompok suster ini merupakan kelompok religius terbesar dalam Gereja dewasa ini. Semangat dua kongregasi religius yang didirikan Vinsensius diilhami oleh pandangannya tentang cinta kepada Tuhan yang bersifat praktis: "Cintailah Tuhan dengan kedua tanganmu sampai kecapaian dan dengan butir-butir peluh yang mengucur dari wajahmu!"

Vinsensius a Paulo meninggal dunia di Paris pada 27 September 1660. Oleh Paus Klemens XII ia digelari "kudus" pada tahun 1737 dan oleh Paus Leo XIII dia diangkat sebagai pelindung semua karya dan perkumpulan cinta kasih.


sumber: Orang Kudus Sepanjang Tahun

Renungan Hari Jumat Biasa XXV-C

Renungan Hari Jumat Biasa XXV, Thn C/I
Bac I   : Hag 2: 19; Injil : Luk 9: 18 22

Dalam bacaan pertama hari ini, melalui Nabi Hagai, Allah memperkenalkan diri-Nya. Perkenalan ini berkaitan dengan Rumah-Nya yang dibangun umat Israel. Dari warta Nabi Hagai ini dapatlah disimpulkan bahwa Allah Israel itu maha hebat. Demi kemegahan Rumah-Nya, Dia dapat “menggoncangkan segala bangsa, sehingga barang yang indah-indah kepunyaan segala bangsa datang mengalir.” (ay. 7).

Dalam Injil hari ini juga Yesus, yang adalah Allah, memperkenalkan diri. Mewakili para rasul, Petrus berkata bahwa Yesus adalah “Mesias dari Allah.” (ay. 20). Akan tetapi, gambaran Allah dalam Injil berbeda dengan gambaran Allah bacaan pertama. Dalam Injil gambaran Allah dalam diri Yesus adalah Allah menderita, bukan Allah maha hebat dengan segala kemegahannya.

Melalui sabda Tuhan hari ini, kita dapat mengetahui bahwa Allah kita memiliki dimensi kuat dan lemah. Kuat dengan segala kemegahannya, dan lemah dengan penderitaannya. Karena itu, sabda Tuhan mengajarkan kita untuk tidak lari dari penderitaan. Allah saja memeluk penderitaan, kenapa kita harus takut. Gambaran Allah penderita mau menunjukkan solidaritas Allah pada manusia yang mengalami penderitaan.

by: adrian