Minggu, 27 Oktober 2013

Orang Kudus 27 Oktober: St. Frumensius

Santo frumensius, uskup & pengaku iman
Orang tuanya berdiam di Kota Tyrus, Asia Kecil. Dari orang tuanya, Frumensius bersama adiknya Edesius, mendapat pendidikan yang baik. Keluarga Kristen ini tergolong keluarga kaya di kota itu. Frumensius bersama Edesius mempunyai seorang guru pribadi bernama Meropius. Di bawah bimbingan Meropius, kedua bersaudara ini berkembang dewasa menjadi pemuda-pemuda yang berhati mulia dan saleh. Ketika Meropius berlayar ke India, kedua bersaudara ini diizinkan turut serta ke sana, guna menambah dan memperdalam ilmunya di negeri itu.

Dalam perjalanan pulang ke negerinya, kapal yang mereka tumpangi singgah di pelabuhan Adulius, Etiopia, untuk mengambil perbekalan. Malang nasib mereka. Tak terduga terjadilah perkelahian seru antara awak-awak kapal itu dengan penduduk setempat. Peristiwa itu menyebabkan kematian banyak penumpang kapal itu. Untunglah bahwa pada waktu itu Frumensius dan adiknya Edesius berada di darat. Mereka bermaksud untuk beristirahat sebentar di bawah pohon sambil belajar. Tetapi mereka pun kemudian ditangkap lalu dihadapkan kepada raja. Raja Aksum tidak menindak dan membunuh mereka karena mereka terdidik dan berpengetahuan luas. Sebaliknya mereka dipekerjakan sebagai pegawai raja. Frumensius bahkan diangkat sebagai sekretaris Raja Aksum, dan diminta mendidik puteranya.

Kesempatan emas itu mereka manfaatkan untuk mewartakan Injil kepada orang-orang Etiopia. Konon Frumensius bersama Edesius berhasil menobatkan banyak orang dan membangun sebuah kapela di sana. Sepeninggal Raja Aksum, Frumensius bersama Edesius diizinkan pulang ke tanah airnya. Edesius pergi ke Tyrus dan di sana ditahbiskan menjadi imam. Sedangkan Frumensius memutuskan untuk menemui Santo Atanasius, Uskup dan Patriark kota Aleksandria. Ia bermaksud meminta bantuan tenaga imam untuk melayani umat Etiopia yang sudah dipermandikannya sambil melanjutkan pewartaan Injil di sana. Supaya umat Etiopia mempunyai seorang gembala maka Santo Atanasius menahbiskan Frumensius menjadi uskup. Ketika itu bidaah Arianisme sedang berkembang pesat di sana. Oleh karena itu karya kerasulannya mendapat hambatan dari orang-orang Arian yang sesat itu. Meskipun demikian ia terus melanjutkan karyanya: mengajar dan mempermandikan banyak orang, menerjemahkan doa-doa liturgis ke dalam bahasa setempat dan mendidik imam-imam pribumi untuk melanjutkan pewartaan Injil di Etiopia. Frumensius meninggal dunia pada tahun 380 dan dijuluki ‘Rasul Etiopia’.

sumber: Orang Kudus Sepanjang Tahun

Renungan Hari Minggu Biasa XXX-C

Renungan Hari Minggu Biasa XXX, Thn C/I
Injil     : Luk 18: 9 14

Bacaan pertama dan kedua hari ini mau menampilkan Allah sebagai Hakim yang adil. Dalam Kitab Sirakh, penulis melihat Allah sebagai Hakim dalam pengadilan dunia. Sedangkan dalam Surat Paulus yang Kedua kepada Timotius, Paulus melihat Allah sebagai Hakim dalam usaha dan perjuangannya. Dalam dua kitab ini diungkapkan bahwa Allah berkenan kepada mereka “yang dengan sebulat hati berbakti kepada-Nya.” (Sir 35: 16). Dan Paulus melihat dirinya sudah melakukan hal itu. Dia sudah “mengakhiri pertandingan yang baik, telah mencapai garis akhir dan memelihara iman.” (2Tim 4: 7).

Injil kembali menegaskan apa yang disampaikan dalam dua bacaan sebelumnya. Lewat sebuah perumpamaan, Yesus menampilkan Allah sebagai Hakim yang adil. “Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak,” (ay. 14) mau menunjukkan keadilan Allah. Memang yang ditekankan secara eksplisit adalah soal kerendahan hati. Namun di balik semua itu adalah melakukan kehendak-Nya. Allah berkenan kepada umat yang melakukan kehendak-Nya.

Dewasa ini sering kita melihat keputusan-keputusan pengadilan yang melukai rasa keadilan masyarakat. Di pengadilan orang bukannya mendapatkan keadilan, tetapi ketidakadilan. Hal ini disebabkan karena hakimnya gampang disuap. Siapa yang bayar banyak, kepada dialah hakim berkenan.

Pengadilan Allah tidaklah seperti itu. Allah adalah Hakim yang mahaadil. Dia tidak mudah dipengaruhi oleh kekayaan yang kita miliki. Allah tidak dapat disuap dengan mudah. Inilah yang mau disampaikan Tuhan lewat sabda-Nya. Tuhan menghendaki agar kita senantiasa melakukan kehendak-Nya, sehingga bila tiba waktunya, Dia akan berkenan pada kita.


by: adrian