Dalam Kitab Suci Perjanjian Baru, ada 68 ayat dengan kata syukur, 4
di antaranya bersyukur. Dua orang yang paling sering
menggunakan kata ini adalah Tuhan Yesus dan Paulus. Satu peristiwa dalam hidup
Yesus saat menggunaan kata ini adalah ketika Ia harus memberi makan empat ribu
orang dengan bermodalkan 7 roti dan beberapa ekor ikan (Mat 15: 32 – 39). Tuhan
Yesus mengambil ketujuh roti dan ikan-ikan itu, mengucap syukur…. (ay. 36).
Sekalipun menghadapi situasi sulit, Tuhan Yesus tetap menghaturkan syukur atas
apa yang ada (7 roti dan beberapa potong ikan).
Paulus dalam surat-suratnya selalu menggunakan kata ini. Kata syukur dipakai
Paulus bukan sebagai ungkapan pribadinya. Paulus senantiasa menghaturkan syukur
atas apa yang dialaminya. Pengalaman Paulus bersyukur ini hendak ditanamkannya
kepada umat. Oleh karena itu, Paulus selalu juga mengajak umat untuk senantiasa
bersyukur (Misalnya, Efesus 5: 20; Filipi 4: 6; Kolose 3: 15; 4: 2; 1Tesalonika
5: 18, dll).
Dalam suratnya yang pertama kepada jemaat di Tesalonika, Paulus mengajak umat
untuk bersyukur dalam segala hal, karena hal itu merupakan kehendak Allah (1Tes
5: 18). Saran Paulus ini sebaiknya tidak dianggap angin lalu begitu saja,
karena ada alasan baik di balik itu semua. Bersyukur bukan hanya bermakna
rohani, tetapi juga memiliki efek pada kesehatan fisik.
Mereka dengan perasaan penuh syukur atau terima kasih mengalami tidur serta suasana hati yang lebih baik. Tambahan lainnya perasaan tersebut membantu menurunkan tingkat inflamasi pada pasien gagal jantung.