Jumat, 14 Februari 2014

Pengalaman Mahasiswa Baru

Seorang mahasiswa baru BINUS University baru semalam tinggal di Jakarta, tepatnya di kawasan Kemanggisan. Dia berasal dari Flores. Karena perkuliahan masih dua hari lagi, dia ingin membeli beberapa potong pakaian. Teman-teman kosnya menyarankan untuk membeli di Pasar Tanah Abang. Dan kebetulan pula dia ingin melihat lokasi yang baru saja dibenahi Jokowi-Ahok.

Dari Kemanggisan dia naik Metromini 91. Ketika mendekati terminal Grogol, si kenek berteriak, “Terminal. Terminal!” Ada beberapa orang penumpang turun.

Si mahasiswa baru ini berpikir bahwa yang mau turun di terminal akan diteriaki.

Metromini terus melaju. Selang beberapa menit kemudian, si kenek berteriak lagi, “Ya.. waras. Waras! Yang waras!”

Mahasiswa itu melihat ada 3 orang penumpang berdiri. Bersiap-siap mau turun. Sisa penumpang ada 6 orang termasuk dirinya.

Si mahasiswa baru ini berpikir, mungkin yang turun ini adalah orang-orang yang waras. Sedangkan yang tidak waras masih lanjut. Ketika penumpang sudah turun dan mobil hendak jalan, spontan dia pun berteriak, “Bang, saya juga waras!”

“Abang mau ke mana?” Tanya si kenek.

“Saya mau ke Tanah Abang.”

“Yah uda, naik ini ada dulu. Ntar di sana baru ganti naik 93.”

“Tapi saya waras, Bang.”

“Kami juga waras,” ujar penumpang yang lain. “Waras itu berarti orang yang turun di Sumber Waras.”

“Ooo, gitu toh,” katanya sambil menahan rasa malu.
Jakarta, 9 Nov 2013

Orang Kudus 14 Februari: St. Maro

SANTO MARO, ABBAS
Maro dikenal sebagai pertapa. Ia mendirikan beberapa biara pertapaan di Cyrrhus (dekat Kilis, Turki), Syria. Sebagai seorang pertapa, Maro lebih suka menggunakan waktunya untuk berdoa dan menyendiri dalam kesunyian. Meskipun demikian, ia juga dengan senang hati menerima semua orang yang datang kepadanya untuk mendapatkan bimbingan Rohani.

Bimbingannya sangat menghibur. Kepada orang-orang yang datang meminta bimbingan, Maro selalu memberi banyak keterangan tentang cara hidup membiara, mendorong mereka untuk menjalani hidup membiara agar hidup lebih dekat dengan Allah. Para rahib yang dipimpinnnya mendapat peneguhan iman yang sungguh berharga. Ketika Maro meningga dunia, ia dikuburkan dekat sebuah sumber air di Orontes, tak jauh dari Apamea, Syria. Sebuah gereja dan biara, yaitu biara Bait Marun, didirikan di sana untuk menghormati Maro. Kaum Maronit, orang Katolik dari dunia Timur yang sekarang lebih banyak berdiam di Lebanon, menghormati Santo Maro sebagai Patriakh mereka.

Renungan Hari Jumat Biasa V - Thn II

Renungan Hari Jumat Biasa V, Thn A/II

Hari ini sabda Tuhan melanjutkan kisah kerajaan Israel pasca Raja Salomo. Kemarin sudah dikatakan bahwa akibat dosa dan kesalahan Salomo, Allah memecahkan kerajaaan itu menjadi dua bagian. Dan inilah yang terjadi. Melalui Nabi Ahia, yang sebelumnya datang dengan berselubung kain, Allah menyatakan pemecahan kerajaan itu. Hal ini tampak dari tindakan Ahia yang mengoyakkan kain itu. Jadi, perpecahan itu terjadi karena kesalahan manusia, ketertutupan hati manusia pada Allah. Sebenarnya orang tak ingin perpecahan, karena hal itu membuat kerajaan menjadi lemah.

Gambaran dalam bacaan pertama hari ini, tertolak belakang dengan Injil hari ini. Dalam Injil dikisahkan bahwa Yesus memberi “pemecahan” atas masalah yang dihadapi oleh orang tuli yang gagap. Yesus berkata, “Terbukalah!” maka terpecahkanlah masalah orang itu. Ia dapat mendengar dan berbicara normal. Permintaan untuk terbuka, selain dimengerti akan terlepasnya sesuatu yang menutupi telinga orang tuli itu, bisa juga dipahami sebagai ajakan untuk membuka diri bagi karya Allah. Orang tuli itu membuka dirinya bagi Allah sehingga rahmat kesembuhan Allah itu bekerja pada dirinya.

Kita pasti pernah mendengar pepatah ini: “Malu bertanya, sesat di jalan.” Ketertutupan diri dapat membawa bencana bagi kehidupan. Banyak kasus bunuh diri terjadi karena yang bersangkutan bersikap tertutup, tidak membiarkan diri dibantu sesamanya. Sabda Tuhan hari ini mau berbicara akan hal ini. Ketertutupan Raja Salomo akan bimbingan Allah, menyebabkan terpecahnya Kerajaan Israel. Situasi kontras terjadi dengan orang tuli yang gagap. Dia mau terbuka bagi karya Allah. Karena keterbukaan itulah dia mengalami kesembuhan. Tuhan menghendaki agar kita mau membuka diri kepada siapa pun, secara khusus kepada Tuhan.

by: adrian