Rabu, 05 Desember 2018

KETIKA KEBENARAN MELAWAN KEBIASAAN


Suatu pola hidup atau sikap perilaku yang dihayati secara rutin bertahun-tahun akan menjadi suatu kebiasaan. Baik diri sendiri maupun orang lain sudah terbiasa dengan pola, gaya atau sikap hidup tersebut. Dan tak jarang kebiasaan itu menciptakan kenyamanan. Ketika  orang sudah nyaman dengan kebiasaan, maka perubahan akan sulit terjadi. Inilah yang dikenal dengan istilah stagnan. Maka, sekalipun ada sesuatu yang tidak benar dalam kebiasaan itu, tetap saja orang tidak mau berubah.
Tulisan “Bertahan demi Kebiasaan” merupakan sebuah refleksi bagus soal pertentangan antara kebenaran versus kebiasaan. Penulis mengungkapkan refleksinya dalam bentuk cerita fiktif sehingga sangat menarik untuk dibaca. Dalam cerita tersebut ditampilkan sosok Ibu Yulia yang menghadapi orang-orang yang sudah bertahan dalam kebiasaan. Memang penulis tidak memberikan penilaian secara tegas mana yang baik dan benar. Semuanya diserahkan kepada penilaian para pembaca.
Tentang melawan kebiasaan ini, sangat menarik juga untuk membaca tulisan di blog ini: Paus Fransiskus, Manusia yang Tak Mau Terikat Kebiasaan. Sepertinya tulisan tentang Paus Fransiskus ini dapat menjadi penunjang refleksi orang dalam membaca tulisan “Bertahan demi Kebiasaan”. Lebih lanjut mengenao tulisan ini, silahkan klik dan baca di sini. Selamat membaca!

Senin, 03 Desember 2018

PAUS FRANSISKUS: POLITIK YANG BAIK SEBAGAI PELAYAN AKAN PERDAMAIAN

Dunia tidak akan memiliki perdamaian jika manusia tidak mempercayai satu sama lain dan tidak menghormati ucapan satu sama lain, demikian menurut Vatikan. Hal ini disampaikan oleh Vatikan ketika mengumumkan secara resmi bahwa pesan Hari Perdamaian Internasional 2019 dari Paus Fransiskus akan berfokus pada “politik yang baik”.
“Politik yang Baik sebagai Pelayan akan Perdamaian” akan menjadi tema untuk peringatan Hari Perdamaian Internasional yang diperingati setiap tahun pada 1 Januari, dan untuk pesan Paus Fransiskus yang akan ditulis untuk perayaan tersebut, demikian pengumuman Vatikan yang dipublikasikan pada Selasa, 06 November.
Pesan lengkap Paus Fransiskus untuk Hari Perdamaian Internasional yang biasanya dirilis oleh Vatikan pada pertengahan Desember sudah dikirim melalui para diplomat Vatikan kepada para pemimpin bangsa di seluruh dunia. Vatikan mengatakan pesan Paus Fransiskus akan mengaris-bawahi bagaimana politik menjadi tanggung-jawab semua warga khususnya mereka yang diberi mandat “untuk melindungi dan memerintah.”
“Misi ini mencakup perlindungan hukum dan dorongan untuk melakukan dialog antara semua pemangku publik dalam masyarakat, antara generasi dan budaya, demikian pengumuman Vatikan. “Tidak ada perdamaian tanpa saling percaya. Dan syarat pertama untuk memiliki kepercayaan adalah menghormati ucapan orang lain,” lanjut pengumuman itu.
Menurut pengumuman itu, keterlibatan dalam politik merupakan salah satu ungkapan yang paling mulia akan amal kasih dan hal ini memberi keprihatinan akan “masa depan kehidupan dan planet serta anak muda dan kelompok minoritas dalam kehausan mereka akan kepenuhan.”
Jika hak orang dihormati, maka mereka akan mulai merasakan “tanggung-jawab mereka untuk menghormati hak orang lain,” demikian pengumuman Vatikan. Hak dan tanggung-jawab setiap individu ikut menyadarkan orang bahwa mereka berasal dari komunitas yang sama dimana mereka dan Allah berada. “Untuk itu kita dipanggil untuk membawa dan mewartakan perdamaian sebagai kabar gembira akan masa depan dimana martabat dan hak setiap orang akan dihormati.”