SURAT TERBUKA BUAT JOKOWI
Kepada Yang Tercinta, Presiden
Republik Indonesia, Bapak Joko Widodo.
Waktu kampanye pilpres
dulu, salah satu titik lemah Bapak, yang selalu dipersoalkan lawan politik
Bapak, adalah soal ketegasan. Pada topik ini mereka langsung mengontraskannya
dengan pesaing Bapak, yaitu Prabowo. Dengan mengontraskan itu, satu harapan
mereka supaya rakyat sendiri langsung menilai.
Akan tetapi, saya dan
juga banyak rakyat sama sekali tidak terpengaruh akan siasat perbandingan itu. Kami
tetap memilih Bapak. Kami yakin Bapak mempunyai sikap tegas, meski
pengungkapannya berbeda dengan orang lain.
Ketika muncul persoalan
hukuman mati, saya benar-benar menyaksikan ketegasan Bapak. Sekalipun saya
tidak mendukung hukuman mati, namun terus terang saya bangga. Saya senang
dengan sikap tegas Bapak, terlebih menolak tawaran pertukaran tahanan dengan
pemerintah Australia. Wow, Bapak
sungguh tegas.
Dalam masalah hukuman
mati ini, Bapak sudah benar-benar menunjukkan bahwa sikap tegas seorang
pemimpin Negara. Saya yakin, mereka-mereka yang dulu meragukan Bapak dalam soal
ketegasan ini pasti akan berubah sikap. Penilaian mereka akan Bapak sudah
berubah. Bapak adalah pribadi yang tegas, sekalipun gaya Bapak lembut.
Saya memang menolak
hukuman mati. Namun saya memuji ketegasan Bapak. Jadi, bisa dikatakan bahwa
saya tidak setuju dengan keputusan Bapak memberlakukan hukuman mati, tapi saya
setuju dengan sikap tegas Bapak. Dan sikap tegas ini juga yang sekarang saya
harapkan.
Dalam kasus hukuman
mati terpidana narkoba, Bapak sudah menunjukkan ketegasan terhadap dunia luar
(Australia, Brasil, dll). Bisakah Bapak menunjukkan ketegasan ke dalam? Artinya,
Bapak jangan hanya bisa tegas terhadap pihak luar, tetapi tegaslah juga
terhadap pihak dalam sendiri.
Saya, bersama rakyat
Indonesia, menantikan sikap tegas Bapak ke dalam. Ada banyak masalah dalam
negeri kita yang membutuhkan ketegasan Bapak. Pertama, kami sangat menantikan ketegasan Bapak terhadap POLRI
untuk menghentikan kriminalisasi KPK. Kembalikan Abraham Samad dan Bambang
Widjoyanto ke posisinya; dan hentikan setiap usaha kriminalisasi personal KPK.
Jika POLRI mau mempermasalahkan status hukum personal KPK, biarkan mereka
selesai dengan tugasnya dulu. Misalnya, tunggu bila Abraham Samad tidak lagi
menjabat ketua KPK, silahkan polisi mempersoalkannya. Sekedar Bapak ketahui
saja, baik narkoba maupun korupsi sama-sama berstatus extraordinary. Saya tidak mengharapkan adanya keputusan hukuman
mati bagi pelaku korupsi, melainkan ketegasan Bapak.
Kedua,
saya
dan mereka yang setia memperjuangkan tegaknya HAM, menantikan ketegasan Bapak
perihal kasus penembakan, pembunuhan dan penghilangan aktivis HAM. Kasus mereka
sudah bertahun-tahun; presiden sudah silih berganti, tapi kasusnya masih gelap
gulita (sebenarnya bisa terang, jika ada kemauan). Mereka tak lelah menanti
kejelasan. Ketika Bapak terpilih jadi presiden, kami sangat berharap pada
Bapak. Perlu disadari bahwa di sini pun dibutuhkan ketegasan dan keberanian. Nah,
apakah Bapak bisa menunjukkan ketegasan itu, ataukah kami harus menunggu
presiden berikutnya?
Ketiga,
saya mewakili kaum minoritas negeri ini mengharapkan ketegasan Bapak soal
hak-hak kaum minoritas. Sebenarnya saya tidak suka menggunakan istilah
minoritas, karena mereka juga adalah warga Negara yang punya hak dan kewajiban
yang sama. Kami tidak mengharapkan keistimewaan atau perlakuan istimewa. Kami hanya
berharap agar kami juga mendapat hak yang sama dengan saudara-saudari kami
lainnya. Secara khusus dalam izin membangun rumah ibadat. Selamanya, kenapa
izin membangun gereja selalu dipersulit. Sekedar perbandingan saja, izin
membangun tempat karoke, panti pijat, hotel dan lain-lainnya begitu mudah,
sementara gedung gereja amat sangat menyelimet. Butuh waktu bertahun-tahun. Padahal,
ada begitu banyak masjid yang tidak memiliki IMB, namun bisa berdiri tegak
tanpa diutak-atik.
Masih ada banyak hal
lainnya. Bagi saya, cukuplah tiga hal ini dulu. Saya yakin, Bapak pun pasti
sudah mengetahui persoalan-persoalan negeri ini, yang membutuhkan sikap tegas
Bapak. Kami berharap kepada Bapak, karena Bapak adalah pemimpin di negeri ini. Bapaklah
penguasanya. Jika Bapak tegas, bawahan Bapak pasti akan ikut saja. apalagi
ketegasan itu demi kebaikan dan kebenaran, rakyat akan berada di belakang
Bapak.
Demikianlah surat kecil
dari rakyat Bapak. Saya bukan siapa-siapa dan juga bukan pula apa-apa. Saya hanya
ingin menyampaikan harapan kecil buat Bapak, karena dari harapan kecil ini bisa
lahir bonum commune bagi bangsa
Indonesia.
Salam.
Pangkalpinang, 9 Maret
2015
by:
adrian
Baca
juga tulisan lainnya:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar