Senin, 30 Mei 2016

Renungan Hari Jumat Biasa XXIII - Thn II

Renungan Hari Jumat Biasa XXIII, Thn A/II
Bac I    1Kor 9: 16 – 19, 22b – 27; Injil                   Luk 6: 39 – 42;

Dalam Injil hari ini Tuhan Yesus mengajar para murid-Nya lewat perumpamaan yang singkat. “Dapatkah orang buta menuntun orang buat? Bukankah keduanya akan jatuh ke dalam lobang?” (ay. 39). Di sini Tuhan Yesus mau memberitahukan para murid-Nya bahwa untuk menyelamatkan orang lain, terlebih dahulu harus selamatkan diri sendiri. Jangan sibuk mengurus orang lain, sementara diri sendiri masih banyak yang harus diurus. Hal ini sejalan dengan pengajaran Yesus tentang selumbar dan balok (ay. 41 – 42). Yesus meminta untuk mengeluarkan terlebih dahulu balok yang ada di mata kita, baru kita dapat mengeluarkan selumbar di mata orang lain.

Senada dengan apa yang diajarkan Tuhan Yesus, Paulus kembali menekankannya dalam bacaan pertama. Dalam suratnya yang pertama kepada jemaat di Korintus, Paulus mengajak umat untuk membenahi diri sendiri dahulu sebelum terjun ke tengah masyarakat. Paulus membandingkannya dengan pertandingan. Agar dapat memenangkan pertandingan, maka tiap-tiap orang harus melatih dirinya sendiri. Untuk maksud ini, Paulus mengambil contoh dirinya. Paulus terpanggil untuk memberitakan Injil agar semakin banyak orang diselamatkan. Untuk tugas inilah, Paulus mempersiapkan dirinya, sehingga wartanya dapat diterima oleh jemaat. Warta Paulus tidak hanya sebatas lisan saja, melainkan juga nyata dalam hidup.

Adalah kecenderungan kita mengatur orang lain tanpa terlebih dahulu mengatur diri sendiri. Kita lebih mudah menemukan kesalahan pada pihak lain, sementara kesalahan sendiri disembunyikan atau malah tak diakui. Gereja sering mengkritik korupsi yang terjadi di pemerintahan, sementara korupsi di Gereja sendiri dibiarkan. Seorang pimpinan Gereja lihat mengkritik kinerja karyawan sebuah yayasan, sementara kinerja anak buahnya yang amburadul dibiarkan. Sabda Tuhan hari ini mengajak kita untuk mawas diri, melihat diri sendiri dulu sebelum melihat orang lain. Tuhan menghendaki kita supaya membenahi diri sendiri baru tampil membenahi dunia.

by: adrian

Renungan Hari Kamis Biasa XXIII - Thn II

Renungan Hari Kamis Biasa XXIII, Thn A/II
Bac I    1Kor 8: 1b – 7, 11 – 13; Injil                       Luk 6: 27 – 38;

Bacaan Injil hari ini berisi pengajaran Tuhan Yesus yang menjadi ciri khas orang Kristen dewasa kini. Tuhan Yesus meminta para murid-Nya untuk hidup penuh kasih, bukan saja kepada sesama anggota kelompok, melainkan juga kepada orang yang memusuhinya. Bentuk-bentuk kasih itu terlihat dalam “berbuat baik kepada orang yang membenci kamu” (ay. 27), “mendoakan mereka yang mencaci kamu” (ay. 28), tidak membalas dendam atau kejahatan (ay. 29 – 30), murah hati (ay. 36), dan mengampuni (ay. 37). Dapat dikatakan bahwa Tuhan Yesus lebih menekankan kasih kepada musuh. Di sini Tuhan Yesus mau mengajak para murid-Nya untuk menjadi seperti Bapa yang tidak memandang bulu dalam berbuat kasih. Allah mengasihi umat manusia, entah itu yang baik ataupun yang jahat.

Dasar pertimbangan ini kembali diungkapkan Paulus dalam bacaan pertama. Dalam suratnya yang pertama kepada jemaat di Korintus, Paulus mengajak umat untuk bersikap baik terhadap orang yang lemah. Orang lemah di sini tidak hanya merujuk pada orang secara sosial (tersingkir, minoritas atau diabaikan), melainkan juga secara moral (pendosa, musuh atau penjahat). Paulus tidak ingin ada umat bersikap kasar sehingga “melukai hati nurani mereka yang lemah” (ay. 12), karena bagi Paulus sikap seperti itu sama artinya melukai Kristus sendiri. Dasar pertimbangannya seperti yang diungkapkan Yesus dalam Injil, yaitu bahwa Yesus mati untuk keselamatan umat manusia, termasuk mereka yang lemah itu. Jadi, sama seperti Kristus yang berbaik hati kepada mereka yang lemah, hendaknya juga umat harus berbaik hati kepada mereka.

Kasih adalah ciri khas pengikut Kristus. Agama Kristen selalu diidentikkan dengan kasih. Karena itu, sekalipun orang Kristen ditindas, mereka tidak melawan. Sekalipun orang Kristen dihina, mereka tidak membalas. Banyak orang Kristen, yang karena Yesus Kristus dianiaya bahkan dibunuh, namun mereka hanya bisa berdoa dan memberkati. Sekalipun agama Kristen mendapat perlakukan tidak adil di negeri ini, umatnya hanya dapat berdoa dan mengampuni. Inilah terjadi karena ajaran Yesus. Melalui sabda-Nya hari ini, Tuhan menghendaki supaya kita senantiasa ingat akan ajaran-Nya itu. Tuhan menghendaki agar kita tetap hidup dalam kasih, baik itu terhadap sesama murid Kristus, maupun terhadap orang-orang yang memusuhi kita.

by: adrian

Renungan Hari Rabu Biasa XXIII - Thn II

Renungan Hari Rabu Biasa XXIII, Thn A/II
Bac I    1Kor 7: 25 – 31; Injil                        Luk 6: 20 – 26;

Dalam Injil hari ini, sabda Tuhan Yesus dapat dibagi ke dalam dua bagian, yaitu sabda bahagia dan sabda kecaman. Sabda kecaman merupakan kebalikan dari sabda bahagia. Tuhan Yesus menyebut orang-orang yang berbahagia, seperti: yang miskin, yang lapar, yang menangis (bersedih), dan yang menderita karena nama Yesus. Orang-orang seperti ini akan mendapat upah yang besar di sorga. Di sini Yesus mau mengatakan bahwa orang-orang yang berbahagia ini karena mereka tidak mengandalkan dunia, melainkan Allah. Karena itu, Tuhan Yesus mempertentangkan kelompok ini dengan kelompok orang yang dikecam karena mereka mengandalkan kekayaan, kepuasan dan kenikmatan duniawi tanpa peduli akan nasib orang lain.

Mempertentangkan dua hal kembali diungkapkan Paulus dalam bacaan pertama. Dalam suratnya yang pertama kepada jemaat di Korintus, Paulus mengungkapkan secara implisit ada umat yang hidup tergantung pada hal-hal duniawi. Mereka ini seakan terikat dan bergantung padanya. Sadar akan keterbatasan waktu, Paulus menghimbau mereka untuk bersikap bebas terhadap hal-hal duniawi itu dan lebih mengarahkan hati dan pikiran kepada Tuhan. Paulus mengajak umat yang menggunakan barang duniawi seolah-olah tidak menggunakannya.

Kita hidup di dunia. Hal-hal yang duniawi tentulah ada di sekitar kita. Setiap kita pasti tak bisa lepas dari hal-hal duniawi itu. Namun perlu disadari bahwa tujuan akhir kita bukanlah dunia ini. Dunia hanyalah tempat dan sarana kita menuju perjalanan akhir hidup kita. Sabda Tuhan hari ini menyadarkan kita bahwa hal-hal duniawi itu hanya bersifat sementara. Karena itu, hendaknya kita jangan terikat atau tergantung padanya. Kita harus bersikap lepas bebas serta memanfaatkan hal-hal duniawi itu demi kebahagiaan bersama. Tuhan menghendaki supaya kita tidak hanya memikirkan diri sendiri tanpa peduli orang lain, melainkan agar kita, dengan segala yang kita miliki, mau berbagi pada sesama.

by: adrian