Senin, 02 Februari 2015

Orang Kudus 2 Februari: St. Theofanus Venard

BEATO THEOFANUS VENARD, MARTIR
Misionaris muda ini dijuluki Martir Gembira, sebab sepanjang kariernya yang penuh bahaya, bahkan sampai akhir hidupnya sebagai martir, ia tetap menghadapi semuanya dengan gembira dan lapang dada. Theofan lahir pada tahun 1829 di Perancis, di sebuah keluarga katolik yang saleh. Semenjak muda ia suka membaca majalah misi, terutama tanah misi di Tiongkok, sebagaimana yang dikisahkan pada majalah itu. Sejak itu, hasrat hatinya untuk menjadi misionaris mulai bersemi.

Suatu hari ia berkata kepada orangtuanya, “Saya juga ingin menjadi misionaris di Tonkin dan menjadi martir Kristus di sana.” Akan tetapi tidak ada yang sanggup menyekolahkannya hingga menjadi seorang imam. Orangtuanya miskin dan tak mampu menyekolahkannya. Tetapi rahmat Tuhan menyertainya. Pastor parokinya rela membantu menyekolahkan dia. Mula-mula ia belajar di pastoran dan kemudian pindah ke seminari. Dan akhirnya pada tahun 1852, dalam usia yang 23 tahun, ia ditahbiskan menjadi imam.

Renungan Pesta Yesus Dipersembahkan di Bait Allah - B

Renungan Pesta Yesus Dipersembahkan di Bait Allah, Thn B/I
Bac I    Ibr 2: 14 – 18; Injil                Luk 2: 22 – 40;

Hari ini Bunda Gereja mengajak kita untuk merayakan pesta Tuhan Yesus dipersembahkan di Bait Allah. Injil hari ini secara khusus menampilkan kisah tersebut. Dikatakan bahwa ketika genap waktu pentahiran Yosef dan Maria membawa bayi mereka ke Yerusalem untuk dipersembahkan kepada Tuhan. Hal ini sesuai dengan hokum Taurat Musa. Jadi, sekalipun Maria dan Yosef tahu bahwa anak mereka itu adalah Anak Allah yang Mahatinggi, tetap saja mereka membawa-Nya ke Bait Allah dan menyerahkan-Nya kepada Tuhan. Keistimewaan mereka tidak membuat mereka menjadi lain daripada yang lain.

Apa yang disampaikan Injil di atas sejalan dengan apa yang disampaikan penulis Surat kepada Orang Ibrani. Dalam bacaan pertama, penulis lebih fokus melihat pribadi Tuhan Yesus. Penulis sadar akan status Yesus Kristus. Akan tetapi, dia melihat bahwa Tuhan Yesus telah menyamakan diri-Nya dengan manusia lainnya. Yesus tidak melihat keistimewaan yang dimiliki-Nya sebagai sesuatu yang membuat Diri-Nya lain dari yang lain.

Dalam kehidupan, tak jarang kita mendapat keistimewaan. Mungkin karena status atau kedekatan relasi dengan kekuasaan. Misalnya, seorang imam atau awam, karena kedekatannya dengan uskup, membuat ia mempunyai keistimewaan. Tak jarang orang benar-benar memanfaatkan keistimewaan itu sehingga ia bisa tampil lain dari yang lain. Contohnya, ia dapat membaptis anaknya tanpa melalui prosedur yang berlaku bagi umat, karena ia punya relasi dekat dengan uskup; apalagi yang membaptis adalah uskup. Sabda Tuhan hari ini membuka mata hati kita. Tuhan Yesus, dan keluarga-Nya (Yosef dan Maria), sama sekali tidak memanfaatkan keistimewaan mereka. Justru mereka mau menyamakan dirinya dengan yang lainnya. Inilah yang dikehendaki Tuhan bagi kita.

by: adrian

Minggu, 01 Februari 2015

Ada Korupsi di Gereja

PAUS AKUI ADA KORUPSI DALAM GEREJA
Dalam perjalanan pulang kembali ke Roma, setelah lawatannya ke Filipina, Paus Fransiskus menyatakan bahwa ada orang-orang katolik dan lembaga-lembaga dalam Gereja katolik yang korup. Orang-orang ini bisa saja mengacu kepada kaum awam, bisa juga kepada imam atau kaum tertahbis; dan lembaga bisa mengacu pada paroki, yayasan atau perusahan yang dikelola orang katolik.

Sadar akan fakta ini, di hari terakhir kunjungannya di Filipina, Paus Fransiskus mendesak umat Filipina untuk “menolak segala bentuk korupsi.” Hal ini dapat dimaklumi mengingat korupsi di Filipina termasuk yang terburuk di Asia Tenggara. Filipina berada di peringkat 85 dari 175 negara di Transparency International’s Corruption Perceptions Index (CPI) tahun lalu.

Pernyataan Bapak Paus terkait korupsi yang melanda Gereja, bukanlah baru pertama kali ini saja. Di tahun-tahun pertama kepemimpinannya, salah satu gebrakan beliau adalah soal korupsi ini. Paus Fransiskus mengadakan transparansi di lembaga keuangan di Vatikan. Tuntutan transparansi ini mengisyaratkan adanya korupsi di dalam Gereja. (Tentang hal ini baca: Paus dan Korupsidi Gereja).

Oleh karena itu, ajakan Paus ke- 266 untuk menolak segala bentuk korupsi tidak hanya ditujukan kepada warga Filipina, melainkan juga kepada semua umat katolik di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Negara Indonesia tak jauh berbeda dengan Filipina, malah lebih buruk dari Filipina. Tingkat korupsi Indonesia ada di urutan 107.

Untuk mengatasi korupsi, Paus Fransiskus sudah memberi contoh, yaitu dengan transparansi. Tentu harapan Paus, yang bernama asli Jorge Mario Bergoglio, supaya tindakannya itu diikuti oleh umat katolik di belahan bumi lainnya. Mengingat Gereja katolik masih lekat dengan sistem hierarki, maka tindakan itu harus diawali dari pimpinan Gereja, seperti uskup dan pastor paroki. Uskup dapat membuat kebijakan transparasi keuangan di keuskupan, dan juga “memaksa” setiap paroki untuk membuka laporan keuangan paroki kepada umat.

Persoalannya, bersediakah pimpinan Gereja ini membuka laporan keuangannya bagi publik, khususnya umat. Menindak-lanjuti pesan Paus Fransiskus selama kunjungannya di Filipina, para uskup Filipina mengadakan pertemuan tertutup di Manila. Salah satu agenda yang mereka bahas adalah soal korupsi. Uskup Agung Ramon Arguelles dari Lipa mengatakan bahwa para uskup harus melakukan “beberapa pencarian jiwa karena korupsi telah memasuki Gereja.”
Batam, 23 Januari 2014
Baca juga artikel lainnya:
Ini Alasan Paroki WajibTransparansi