Selasa, 28 April 2020

INI ALASAN UNTUK MELUPAKAN MANTAN KEKASIH


Hampir setiap orang pernah mengalami masa pacaran. Karena itu, bisa dibilang bahwa hamper setiap orang punya pacar. Pacaran merupakan bagian dari kehidupan manusia. Setiap manusia tentulah pernah merasakan dan menjalani masa pacaran. Pacaran bisa menjadi batu loncatan ke jenjang pertunangan atau bahkan pernikahan. Akan tetapi, tak sedikit juga mereka yang pacaran mengalami kegagalan.
Putus saat pacaran adalah wajar dan biasa. Setiap masa pacaran selalu terbuka peluang untuk putus. Tidak ada yang langgeng dalam berpacaran. Putus saat pacaran biasanya disebabkan karena tidak ada kecocokan hati. Adalah lebih baik putus saat pacaran, ketimbang putus setelah menikah, apalagi bila menikah dalam Gereja Katolik. 
Akan tetapi, ada yang merasa sulit untuk menerima kenyataan putus pacaran. Mungkin relasi pacarannya sudah terlanjur intim. Misalnya, sudah melakukan hubungan seks, atau bahkan sudah hamil. Karena itu, tak sedikit orang yang mengalami diputus-cinta oleh kekasih menempuh jalur nekat seperti bunuh diri.
Mantan kekasih terkadang sulit untuk dilupakan, mantan kekasih terkadang selalu membayangi hidup. Semakin kita ingin melupakan mantan kekasih maka akan semakin sulit kita untuk melupakannya. Ada banyak alasan kenapa kita sulit untuk melupakan mantan kekasih. Masa-masa indah bersama mantan kekasih biasa akan selalu terbayang dalam ingatan. Namun melupakan mantan kekasih mempunyai nilai positif.

Senin, 27 April 2020

INI CARA LATIH ANAK TEMUKAN SOLUSI


Kemampuan menemukan solusi atau problem solving, umumnya dimiliki oleh orang yang sudah memiliki kemampuan kognitif. Setidak-tidaknya anak usia 10 tahun sudah dapat melakukan hal tersebut. Akan tetapi, sebenarnya kemampuan menemukan solusi sudah dapat dilatih sejak usia balita. Kemampuan ini membuat anak terlihat lebih mandiri.
Karakter anak mandiri bisa dibentuk sejak anak balita. Masa balita adalah masa anak menangkap dan mengingat perlakuan yang dilihat dan diterimanya. Saat itu, kecerdasan dan kreativitas anak berkembang. Menurut psikolog Lucia R.M. Royanto, kemampuan memecahkan masalah pada anak sangat dipengaruhi faktor lingkungan berupa stimulasi-stimulasi psikologis melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan bersama anak. “Stimulasi psikologis yang diberikan oleh ibu berupa permainan dan latihan yang dapat mengembangkan kemampuan anak akan membantu perkembangan anak secara maksimal,” kata Lucia pada kesempatan yang sama.
Pengajar pada Fakultas Psikologi Universitas Indonesia ini menjelaskan rangkaian proses untuk sampai pada tahap pemecahan masalah dimulai dari adanya atensi, kemudian fokus, konsentrasi, mengingat, belajar, dan memecahkan masalah. Lucia mencontohkan dalam kehidupan sehari-hari saat anak melihat ibunya makan dengan sendok dan garpu. Di saat itu anak mengarahkan atensi dan fokusnya terhadap apa yang dilakukan ibunya ketika makan dengan menggunakan sendok dan garpu. Dengan konsentrasi, apa yang dilakukan ibunya akan masuk ke dalam ingatan anak dan di situ pula proses belajar terjadi. 

Jumat, 24 April 2020

HABIB BAHAR SMITH DAN WABAH KORONA

Di tengah pandemi virus korona atau covid-19, jagat media sosial dihebohkan dengan video ceramah keagamaan Habib Bahar Smith (lebih jauh isi videonya, langsung saja klik di sini). Hampir sepanjang ceramahnya, sang Habib meluapkan emosinya atas kebijakan penutupan masjid atau “pelarangan” shalat berjamaah di masjid. Karena masjid itu milik Allah SWT atau masjid itu rumah Allah SWT, kebijakan penutupan itu dinilai Habib sebagai menghalangi umat islam bertemu dengan Allah SWT.
Bukan hanya soal kebijakan penutupan masjid saja yang dipermasalahkan dalam ceramah keagamaannya. Habib Smith juga mempersoalkan pelarangan tabligh akbar. Sebagaimana diketahui, untuk mengurangi tingkat penyebaran virus korona, pemerintah melarang orang untuk berkumpul dalam kerumunan. Kebijakan ini dikenal dengan istilah social distancing atau physical distancing. Namun bagi Habib Smith, kebijakan tersebut membatasi hak umat islam untuk mengetahui risalah Nabi Muhammad SAW, karena dalam acara tabligh akbar, dimana orang banyak berkumpul, akan ada penyampaian risalah atau ajaran nabi. Melarang orang berkumpul sama saja artinya melarang orang mengetahui risalah atau ajaran nabi.
Setidaknya 2 poin inilah yang tampak dalam video tersebut. Dan sekali lagi, semuanya disampaikan dengan nada emosional. Bahkan sang Habib menantang “duel” satu lawan satu. Menyaksikan video tersebut, kita seakan langsung diingatkan akan pesan Ade Armando khususnya kepada umat islam, bahwa beriman itu perlu juga dengan akal budi, jangan hanya emosi (lebih lanjut mengenai pesan Ade Armando ini, silahkan kik di sini). Selain itu ceramah keagamaan Habib Bahar Smith menyadarkan kita bahwa umat islam memang masih hidup dalam abad ke-15, bukan abad ke-21. Jiwa dan raga ada di abad kini, namun otaknya masih di abad lampau.