SANTA YOHANA DE ARC, PENGAKU IMAN
Yohana lahir pada sekitar
tahun 1412 di Domreni, Perancis. Ia adalah puteri dari Yakobus Arc, seorang
petani biasa, dan Elisabeth. Kedua orangtuanya mendidik dan membesarkan Yohana
menjadi seorang wanita petani yang rajin, peramah dan periang. Tetapi sebagaimana
wanita desa lainnya, Yohana tidak tahu membaca dan menulis.
Ketika berusia 13 tahun, Yohana
merasakan adanya suatu dorongan batin yang kuat untuk melibatkan diri dalam
perjuangan menyelamatkan negerinya Perancis dari pendudukan tentara-tentara
Inggris. Setahun kemudian, tatkala ia sedang menjaga domba-domba di padang, Yohana
mengalami suatu cahaya penglihatan ajaib. Dari dalam cahaya itu terdengar olehnya
suatu suara orang yang berkata, “Yohana, anakku. Jadilah anak yang baik-baik!
Tuhan akan melindungi dan menaungi engkau dengan kekuatan Roh Kudus. Ingatlah,
pada suatu saat engkau akan menolong raja untuk menyelamatkan Perancis dari
bahaya peperangan dan dari pendudukan tentara Inggris.”
Dengan gentar Yohana
berlutut dan berkata, “Ah, Tuhan, aku hanya seorang wanita petani yang miskin
dan tak berdaya. Bagaimana harus berperang.”
Suara itu menjawab, “Jangan
takut Yohana! Tuhan akan menolong engkau asal engkau percaya kepada-Nya.”
Waktu terus beredar. Ketika Yohana
berusia 16 tahun, suara ajaib itu didengarnya lagi. Kali ini lebih tegas dan
mendesak. “Waktunya sudah tiba. Dauphin, putra mahkota itu membutuhkan engkau. Pergilah
ke istana dan mohonlah kepada panglima Robert agar mengizinkan engkau pergi
menemui Dauphin.”
Situasi Perancis saat itu
sedang kacau oleh amukan perang dan pendudukan tentara Inggris. Sementara itu
putra mahkota belum dinobatkan menjadi raja. Yohana, dengan iman yang kuat
kepada Tuhan, segera melaksanakan perintah ajaib itu. Ia pergi ke istana untuk
menemui Robert.
“Aku membawa berita kepada
Dauphin dari Tuhanku,” ungkap Yohana kepada Robert.
“Raja alam semesta,” jawab Yohana
tegas. Mendengar jawaban itu para serdadu menertawai dia. Tetapi Yohana dengan
tegas berkata, “Bawalah aku segera kepada Dauphin, karena aku akan membantunya
meraih kemenangan atas tentara Inggris.”
Panglima Robert akhirnya
mengabulkan permohonannya. Ia memberikan sepucuk surat pengantar buat Yohana
agar dapat bertemu dengan Dauphin. Dengan kawalan enam orang serdadu, Yohana
berangkat ke Chinon, tempat Dauphin berada. Perjalanan ke Chinon harus melewati
suatu daerah yang dikuasai musuh. Namun Yohana tidak gentar karena dia yakin
bahwa Tuhan akan melindungi dia.
Ketika bertemu dengan
Dauphin Yohana berkata, “Aku, Yohana d’Arc. Raja semesta alam mengutus aku
kepadamu untuk menyampaikan pesan ini: ‘dalam waktu singkat tuan dinobatkan
menjadi Raja Perancis di Rheims’. Aku diutusnya untuk membantumu dalam
peperangan melawan tentara Inggris.” Dauphin bersama pengawalnya percaya. Lalu mereka
mulai merencanakan siasat peperangan.
Yohana diperlengkapi dengan
pakaian perang dan seekor kuda putih. Yohana sendiri memendekkan rambutnya agar
terlihat seperti seorang pria. Ia maju berperang dengan menunggangi seekor kuda
putih sambil memegang bendera yang bertuliskan semboyan: “Yesus – Maria".
Bersama para serdadu Perancis Yohana berhasil memporakporandakan pasukan
Inggris di Orleans. Kemenangan itu memberikan peluang emas untuk
menyelenggarakan pesta penobatan Dauphin menjadi raja. Di Katedral Rheims,
Dauphin akhirnya dinobatkan sebagai Raja Perancis dengan gelar Charles VII.
Setelah penobatan itu, Yohana
memimpin lagi sepasukan tentara Perancis untuk merebut Paris dari tangan
tentara Inggris. Tetapi mereka dipukul mundur dan menderita kekalahan besar. Yohana
sendiri ditangkap dan dibawa ke Inggris. Di sana ia dipenjarakan di istana
Rouen selama 9 bulan. Kemudian Yohana dihadapkan ke pengadilan Uskup Beauvis
dengan tuduhan melakukan praktek sihir dan tahayul.
Dalam persidangan yang
berlangsung sebanyak 15 kali, Yohana dengan teguh membela diri dan dengan
cemerlang membantah tuduhan palsu yang dikatakan tentang dirinya. Ia menolak
tuntutan untuk mengungkapkan ‘suara-suara ajaib dari sorga’ yang didengarnya
dahulu. Kepada para hakim, Yohana dengan tegas berkata, “Aku bukan tukang
sihir. Panggilanku sungguh berasal dari Tuhan. Dalam semua tindakanku, aku selalu
mengikuti perintah Tuhan dan petunjuk-Nya. Aku bersedia mati demi nama Tuhanku.”
Mendengar kata-kata itu,
para hakim semakin marah dan memerintahkan para serdadu untuk menjalankan
hukuman bakar hidup-hidup atas diri Yohana di hadapan umum. Yohana menemui
ajalnya karena keputusan tidak adil dari pengadilan pada tahun 1431 di Rouen.
Ia digelari kudus oleh Gereja bukan karena patriotismenya atau keberaniannya
berperang, melainkan karena kesalehan hidupnya dan kesetiaannya dalam memenuhi
kehendak Tuhan atas dirinya. Ia dihormati sebagai pelindung negeri Perancis.
sumber:
Iman Katolik
Baca
juga orang kudus hari ini:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar