Renungan Hari Senin
Biasa XXIV, Thn A/II
Bac I 1Kor 12: 31 – 13: 13; Injil Luk 2: 33 – 35;
Hari ini adalah peringatan Santa Perawan Maria Berdukacita. Gereja
Universal mengajak umatnya untuk bercermin pada dukacita Bunda Maria. Injil hari
ini memuat ramalan Simeon akan dukacita Maria. “Suatu pedang akan menembus
jiwamu sendiri.” (ay. 35) demikian ungkap Simeon tentang Maria. Pusat dukacita
Maria ada pada Yesus, Puteranya. Dukacita Maria menampilkan sisi keibuannya
atas perilaku tak adil terhadap Yesus, Puteranya. Perlakuan tak adil yang
diterima Yesus terjadi sepanjang hidup-Nya dan berpuncak pada salib. Karena itu,
peringatan ini masih berkaitan dengan pesta Salib Suci kemarin.
Surat Paulus yang pertama kepada jemaat di Korintus, yang
menjadi bacaan pertama ini, memang sama sekali tidak menyinggung secara
eksplisit Maria yang berdukacita. Tema surat Paulus ini adalah kasih. Paulus mengajak
jemaat untuk mewujudkan kasih di antara sesama. Salah satu ungkapan kasih
adalah bersukacita akan kebenaran, bukan atas ketidak-adilan (ay. 6). Dengan kata
lain, terhadap peristiwa ketidak-adilan, umat hendaknya tidak bersukacita,
tetapi berdukacita. Di sini umat menunjukkan kasih solidaritas atas mereka yang
menderita ketidak-adilan. Hal ini mirip seperti yang dialami oleh Bunda Maria.
Dewasa ini banyak orang tua tidak lagi bisa membedakan mana
yang baik dan tidak baik; mana yang benar dan salah, berkaitan dengan anaknya. Kasih
orang tua akan anaknya sering ditampilkan dengan sikap membela sang anak,
sekalipun anak berbuat salah. Bahkan ada orang tua yang bangga akan perilaku
anak yang demikian. Hari ini kita diajak untuk berkaca pada Bunda Maria. Sabda Tuhan
menghendaki supaya kita berdukacita pada ketidak-adilan dan bersukacita pada
kebenaran. Artinya, kita bisa membedakan benar dan salah. Jika ada orang lain
berbuat salah, entah itu anak atau siapa saja, hendaknya kita prihatin atas hal
itu dan berusaha untuk membenahinya.
by: adrian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar