Jumat, 23 Oktober 2020

BEDA PANDANGAN ALLAH SWT DAN MUHAMMAD SAW SOAL MIRAS


Ada dualisme atau ambivalensi pandangan islam tentang miras. Di satu sisi miras dianggap sebagai perbuatan setan (QS al-Maidah: 90), namun di sisi lain Allah sendiri menyediakan miras di sorga, khusus bagi umat-Nya yang takwa (QS. As-Saffat: 45; QS Muhammad: 15 dan QS al-Buruj: 25). Di satu pihak Allah melarang miras (QS al-Maidah: 90), tetapi di lain pihak Allah membolehkan umat-Nya memproduksi dan menjual miras (QS an-Nahl: 67) demi razeki. Dengan membolehkan memproduksi dan menjual miras, secara tidak langsung Allah mengizinkan perbuatan setan dilakukan umat-Nya. Aneh dan lucu!
Dualisme miras juga terdapat dalam pandangan Allah SWT (Al-Qur’an) dan nabi Muhammad SAW (hadis). Umat islam percaya bahwa Al-Qur’an merupakan perkataan Allah yang langsung diucapkan. Karena merupakan perkataan langsung Allah, maka apa yang tertulis dalam Al-Qur’an tidak boleh diubah seenak manusia. Allah sengaja membuat Al-Qur’an jelas dan mudah dipelajari oleh umat-Nya (QS al-Qamar: 17). Dengan demikian Al-Qur’an menjadi pedoman atau petunjuk yang jelas bagi umat islam, dan setiap umat islam diminta untuk taat pada apa yang dikatakan oleh Allah. Bagaimana pebedaan pandangan Allah dan Muhammad terkait masalah miras?
Dalam surah an-Nahl Allah berfirman, “Dan dari buah kurma dan anggur, kamu membuat minuman yang memabukkan dan rezeki yang baik.” Wahyu Allah SWT dalam surah di atas bisa ditafsirkan demikian: “Dan dari buah kurma dan anggur, kamu membuat minuman yang memabukkan dan kamu membuat rezeki yang baik.” Frase minuman yang memabukkan dalam surah ini, itulah miras. Dan miras ini dibuat dari bahan buah kurma dan anggur. Dengan lain perkataan, Allah meminta umat membuat miras dari buah kurma dan anggur. Sedangkan frase (kamu membuat) rezeki yang baik terkait dengan hasil penjualan miras yang dibuat. Dengan menjual miras yang telah dibuat itulah maka datang rezeki yang baik. Dapatlah dikatakan bahwa rezeki itu dikehendaki oleh Allah SWT.

Kamis, 22 Oktober 2020

MARI MEMAKNAI WAKTU DALAM HIDUP


Hidup manusia dapat dibagi ke dalam tiga masa: lalu, kini dan depan. Perjalanan hidup manusia berawal dari masa lalu dan terarah ke masa depan. Manusia berada pada masa kini. Masa lalu sudah lewat. Masa lalu tidak dapat diubah.  Itu sebabnya waktu begitu amat bernilai. Renungkanlah, di umur kita saat ini, apa saja yang sudah dilakukan dan hasilkan?

Charles Spezzano, dalam bukunya 'What to Do Between Birth and Death', mengatakan bahwa sebenarnya orang tidak membayar barang dan jasa dengan uang mereka, tetapi mereka membayarnya dengan waktu. Ini mau menunjukkan betapa penting dan berharganya waktu dalam hidup.

Jika kita berkata pada diri sendiri, dalam lima tahun, saya akan memiliki cukup uang untuk membeli rumah itu, sebenarnya kita sedang mengatakan bahwa harga rumah itu adalah sebanyak lima tahun, yaitu seperdua belas usia dewasa kita. Ungkapan menghabiskan waktu bukanlah kiasan. Itulah cara kehidupan berputar.

Bagi seseorang di industri tertentu, waktu 1 atau 5 menit saja bisa sangat berarti. Sudah banyak pebisnis yang kehilangan proyek karena terlambat datang ke sebuah pertemuan bisnis akibat pesawat yang tertunda keberangkatannya. Kemacetan yang sering melanda kota Jakarta mendatangan kerugian miliaran rupiah.

Jadi daripada kita memikirkan apa yang dapat kita lakukan dengan ukuran uang, pikirkan dalam ukuran waktu. Memandang pekerjaan dari sudut pandang ini dapat mengubah cara kita dalam mengatur waktu. Ingat, harus kita yang mengatar waktu, bukan waktu yang mengatur kita.

diambil dari tulisan 7 tahun lalu

KISAH SEORANG ANAK MEMBELI KEAJAIBAN


Tess baru berumur delapan tahun ketika dia mendengar ibu dan ayahnya sedang berbicara mengenai adik lelakinya, Andrew. Ia sedang menderita sakit yang parah dan mereka telah melakukan apapun yang bisa mereka lakukan untuk menyelamatkan jiwanya. Hanya operasi yang sangat mahal yang sekarang bisa menyelamatkan jiwa Andrew, tapi mereka tidak punya biaya untuk itu. Tess mendengar ayahnya berbisik, "Hanya keajaiban yang bisa menyelamatkannya sekarang."

Tess pergi ke tempat tidur dan mengambil celengan dari tempat persembunyiannya. Lalu dikeluarkannya semua isi celengan tersebut ke lantai dan menghitung secara cermat. Dengan membawa uang tersebut, Tess menyelinap keluar dan pergi ke toko obat di dekat rumah. Ia menunggu dengan sabar sampai sang apoteker memberi perhatian, tapi dia terlalu sibuk dengan orang lain untuk diganggu oleh seorang anak berusia delapan tahun. Tess berusaha menarik perhatian dengan menggoyang-goyangkan kakinya, tapi gagal. Akhirnya dia mengambil uang koin dan melemparkannya ke kaca etalase. Berhasil!

"Apa yang kamu perlukan?" Tanya apoteker tersebut dengan suara marah.

"Adikku sakit, aku ingin membeli keajaiban."

"Apa kamu bilang?" Tanya si apoteker lagi.

"Ayahku bilang hanya sebuah keajaiban yang dapat menyelamatkan adikku sekarang dari penyakitnya. Jadi berapa harga sebuah keajaiban?"

"Kita tidak menjual keajaiban di sini, nak. Aku tidak bisa menolongmu."

"Dengar, aku mempunyai uang untuk membelinya. Katakan saja berapa harganya." Ia memaksa.