Dalam 2 tulisan kami, yakni "Telaah atas Ayat-ayat Perang dalam Al-Qur'an" dan juga "Perbandingan Ayat Cinta dan Ayat Perang" kami membuat satu kesimpulan sebagai konsekuensi logis bahwa islam adalah agama perang. Dasarnya adalah Al-Qur'an, dan Al-Qur'an sendiri dipercaya sebagai wahyu yang langsung dari Allah. Dengan kata lain, perang merupakan kehendak Allah, dan umat islam wajib menjalankannya. Akan tetapi, ketika menelaah surah an-Nisa ayat 102, kami menemukan juga kesimpulan yang sama sebagai bentuk penegasan kesimpulan awal. Video berikut coba menjelaskannya. Langsung saja simak videonya. Jika tak bisa diputar, coba klik di sini.
Minggu, 03 April 2022
Jumat, 01 April 2022
KAJIAN ISLAM ATAS SURAH AL-ANFAL AYAT 71
Tetapi jika (tawanan itu) hendak mengkhianatimu (Muhammad) maka sesungguhnya sebelum itu pun mereka telah berkhianat kepada Allah, maka Dia memberikan kekuasaan kepadamu atas mereka. Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana. (QS 8: 71)
Dasar
keyakinan umat islam bahwa Al-Qur’an merupakan wahyu Allah yang langsung
disampaikan kepada Muhammad adalah perkataan Allah sendiri. Allah sudah
mengatakan bahwa Al-Qur’an itu berasal dari diri-Nya. Berhubung Allah itu
mahabenar, maka apa yang dikatakannya juga adalah benar. Mana mungkin Allah
yang mahabenar itu berbohong? Tak mungkin
Al-Qur’an itu ciptaan manusia, karena manusia bisa berbohong. Logika pikir
orang islam kira-kira begini: Al-Qur’an itu wahyu Allah karena Allah sendiri
yang mengatakannya adalah benar, sebab Allah itu mahabenar yang tak bisa
berbohong.
Kutipan ayat di atas diambil dari surah al-Anfal ayat 71. Berangkat dari premis di atas, maka haruslah dikatakan bahwa apa yang tertulis dalam ayat 71 itu adalah merupakan kata-kata Allah sendiri. Berhubung surah al-Anfal masuk kelompok surah madaniyyah, maka dapat dipastikan wahyu Allah ini disampaikan kepada Muhammad saat berada di Madinah. Dalam kutipan ayat di atas ada dua tanda kurung, yaitu yang berisi tawanan itu dan Muhammad. Seperti ayat-ayat Al-Qur’an lainnya, apa yang tertulis di dalam tanda kurung bukanlah merupakan kata-kata Allah, melainkan tambahan kemudian yang berasal dari manusia. Tambahan tersebut berguna memudahkan orang memahami isi dari wahyu Allah, atau dengan kata lain tambahan itu membuat wahyu Allah menjadi jelas. Jadi, sebenarnya wahyu Allah kurang jelas, sekalipun Allah sendiri sudah mengatakan bahwa Al-Qur’an adalah keterangan yang jelas.
Kamis, 31 Maret 2022
JABATAN TIDAK MENENTUKAN KEBAIKAN
Selama ini kita tahu bahwa nabi itu adalah utusan Tuhan. Mereka selalu
membawa pesan dari Tuhan. Hal ini membuat kita berpikir bahwa hidup mereka
sangatlah dekat Tuhan, karena mereka mempunyai relasi istimewa dengan Tuhan.
Dari gambaran ini tak salah jika kita berkesimpulan bahwa nabi itu adalah orang
yang baik.
Akan tetapi, Yeremia membuka mata kita bahwa tidak selamanya nabi itu baik.
Dalam Yeremia 28: 1 –
17 dikisahkan ada nabi bernama Hananya bin Azur yang berasal
dari Gibeon. Dengan mengatasnamakan Tuhan, ia menyampaikan kabar gembira kepada
seluruh umat, “Aku telah mematahkan kuk raja Babel itu. Dalam dua tahun ini Aku
akan mengembalikan ke tempat ini segala perkakas rumah TUHAN yang telah diambil
dari tempat ini oleh Nebukadnezar, raja Babel, dan yang diangkutnya ke Babel.”
(ay. 2 – 3).
Ketika mendapat tantangan dari Nabi Yeremia, Nabi Hananya memberi semacam
perumpamaan tentang pembebasan itu dengan mengambil gandar dari tengkuk Yeremia
dan mematahkannya. Hananya berkata di hadapan umat, "Beginilah firman
TUHAN: Dalam dua tahun ini begitu jugalah Aku akan mematahkan kuk Nebukadnezar,
raja Babel itu, dari pada tengkuk segala bangsa!" (ay. 11).
Menghadapi perumpamaan Hananya ini, Yeremia menggantikan gandarnya sesuai perintah Tuhan. Kini gandarnya bukan lagi dari kayu melainkan berbahan besi. Tentulah Hananya akan mengalami kesulitan untuk mematahkan gadar itu. Yeremia berkata, “Kuk besi akan Kutaruh ke atas tengkuk segala bangsa ini, sehingga mereka takluk kepada Nebukadnezar, raja Babel; sungguh, mereka akan takluk kepadanya! Malahan binatang-binatang di padang telah Kuserahkan kepadanya." (ay. 14). Di sini Yeremia mau mengatakan bahwa penderitaan umat masih akan berlangsung, malah semakin berat. Kuk penindasan akan semakin keras dan berat seperti besi.