Jumat, 09 Juli 2021

PERBANDINGAN AYAT CINTA DAN AYAT PERANG DALAM AL-QUR'AN

 


Ketika terjadi aksi teroris yang melibatkan umat islam, biasanya umat islam lainnya akan mengatakan bahwa “islam adalah agama kasih” sambil mengecam aksi teroris tersebut. Umumnya mereka membela diri dengan berkata “Agama islam telah dibajak oleh pelaku terorisme”. Orang yang punya akal sehat, pastilah hanya bisa tersenyum mendengar rasionalisasi atau pembenaran itu. Mereka hanya bisa diam, karena takut kena amuk massa islam bila mengatakan “Tidak benar islam itu agama kasih.”

Benarkah islam itu agama kasih? Pertanyaan ini sering dilontarkan oleh umat non muslim, yang tentunya hanya sebatas dalam hati. Artinya, di sini ada 2 pendapat yang berbeda tentang agama islam. Umat islam berpendapat islam adalah agama kasih, sementara umat lain mengatakan islam agama perang. Jika kita menghormati pendapat umat islam yang mengatakan agamanya adalah agama kasih, maka umat islam juga harus menghormati pendapat yang berbeda dengannya. Yang penting, setiap pendapat harus mempunyai data atau dasar, bukan hanya sekedar berpendapat.

Untuk mengupas pernyataan “islam adalah agama kasih” atau “islam adalah agama perang”, pertama-tama kita harus merujuk langsung ke sumber ajaran agama itu. Salah satu sumber ajaran islam adalah Al-Qur’an. Sejauh mana ajaran kasih itu terlihat jelas dalam Al-Qur’an, dan sejauh mana ayat yang bertentangan dengannya (ayat perang misalnya) ada di sana?

Berangkat dari Al-Qur’an inilah, kita mencoba menelusuri “ayat cinta”´dan “ayat perang” yang ada dalam Al-Qur’an. Demi menjaga konsistensi, kita harus membatasi jumlah kata yang ditelusuri. Untuk “ayat cinta” kita hanya fokus pada 2 kata dasar, yaitu cinta dan kasih, dan untuk “ayat perang” juga pada 2 kata dasar, yaitu perang dan jihad. Memang, pencarian tidak hanya terbatas pada 2 kata dasar itu saja, melainkan juga kata turunannya seperti mencintai, kekasih, memerangi, berjihad, dll.

Jika kita melakukan pencarian terhadap kata-kata tersebut dalam Al-Qur’an, maka kita akan melihat perbedaan yang mencengangkan antara “ayat cinta” dan “ayat perang”. Lebih jelas perbandingannya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Jenis Ayat

Jumlah Surah

Jumlah Ayat

Tampilan kata

Ayat Cinta

49 surah

120 ayat

131 kali

Ayat Perang

24 surah

124 ayat

174 kali

Tabel – 1: Perbandingan ayat cinta dan ayat perang

Dari tabel di atas terlihat jelas bahwa “ayat perang” begitu mendominasi dalam Al-Qur’an. Memang ia kalah jumlah dalam surah, yaitu hanya 24 surah (dibandingkan “ayat cinta” yang terdapat dalam 49 surah), akan tetapi “ayat perang” menguasai jumlah ayat dan tampilan. Malah “ayat perang” ini jauh lebih sering muncul dalam wahyu-wahyu Allah.

Dari segi waktu, baik “ayat cinta” maupun “ayat perang” mempunyai 2 jenis waktu, yaitu waktu lampau dan waktu kini. Yang dimaksud dengan waktu lampau adalah wahyu Allah yang menampilkan “ayat cinta” atau “ayat perang” pada masa sebelum nabi Muhammad. Misalnya, tentang cinta atau kasih yang terjadi pada masa nabi Yusuf, Adam dan nabi-nabi lainnya, atau tentang perang yang terjadi pada masa Daud, Musa atau lainnya. Sementara waktu kini adalah wahyu Allah yang menampilkan “ayat cinta” atau “ayat perang” pada masa nabi Muhammad.

Tabel berikut memperlihatkan perbedaan atau perbandingan antara “ayat cinta” dan “ayat perang” dalam konteks waktu.

Konteks Waktu

Ayat Cinta

Ayat Perang

Lampau

19 ayat

5 ayat

Kini

101 ayat

119 ayat

Tabel – 2: Konteks waktu ayat cinta dan ayat perang

Dari perbandingan di atas terlihat jelas kalau jumlah “ayat perang” yang dikumandangkan pada masa nabi Muhammad lebih banyak dari “ayat cinta”. Akan tetapi, tampilan jumlah ayat ini belum dapat dijadikan dasar untuk penilaian apakah islam itu agama kasih atau agama perang. Karena tidak semua ayat yang menyebut soal cinta dan perang ini merupakan perintah, yang dapat dijadikan ajaran. Wahyu Allah dengan nada perintah atau ajakan dapat dilihat sebagai ajaran dalam islam yang wajib dilaksanakan oleh umat islam. Satu contoh misalnya tampak dalam QS al-Baqarah: 43. Di sini Allah berkata, “Laksanakanlah shalat, tunaikanlah zakat dan rukuklah beserta orang yang rukuk.” Ayat ini merupakan perintah kepada umat islam untuk menjalankan shalat, zakat dan rukuk. Dan ini menjadi salah satu ajaran islam. Karena itu, umat islam yang menjalankan ajarannya, pastilah dia akan shalat, melakukan zakat dan juga rukuk.

Bagaimana perintah yang ada dalam “ayat cinta” dan “ayat perang”? Dari penelusuran atas kata-kata yang masuk kategori “ayat cinta” dan “ayat perang” dengan nada perintah, kita menemukan fakta yang cukup mencengangkan. Tabel di bawah ini memberikan gambaran perbandingan antara “ayat cinta” dan “ayat perang”.

Perbandingan Wahyu Perintah

Ayat Cinta

5 ayat

Ayat Perang

21 ayat

Tabel – 3: Wahyu nada perintah

Ada 21 ayat yang berisi perintah untuk berperang. Artinya, dalam ayat tersebut, Allah memerintahkan atau mengajak umat islam untuk berperang. Dari 21 ayat itu, hanya satu ayat masuk dalam kategori masa lampau, yaitu perintah perang pada masa Musa. Sementara “ayat cinta” dengan nada perintah hanya terdapat 5 ayat. Duapuluh satu berbanding lima. Lima ayat perintah kasih dalam “ayat cinta” tidaklah terlalu jelas dan tegas. Dari 5 ayat itu, 3 ayat perintah dengan nada negatif, yaitu larangan, sedangkan 2 lainnya merupakan ajakan untuk mencintai orangtua dan harapan agar Allah menumbuhkan cinta kasih itu dalam diri kaum muslim. Berikut ini akan ditampilkan kutipan “ayat cinta” dengan nada perintah.

Ayat

Sumber

Rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang.

QS 17: 24

Janganlah rasa belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah.

QS 24: 2

Mudah-mudahan Allah menimbulkan kasih sayang di antara kamu dengan orang-orang yang pernah kamu musuhi di antara mereka.

QS 60: 7

Janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung.

QS 4: 129

Janganlah kamu menjadikan musuh-Ku dan musuhmu sebagai teman-teman setia sehingga kamu sampaikan kepada mereka karena rasa kasih sayang.

QS 60: 1

Tabel – 4: Kutipan ayat cinta nada perintah

Dari gambaran ini tampak jelas tidak ada wahyu Allah yang mengajak umat islam untuk mengasihi sesama manusia, malah Allah meminta umat islam untuk tidak berteman dengan orang non muslim (baca: musuh Allah). Akan terlihat jauh berbeda bila dibandingkan dengan “ayat perang”. Tabel di bawah ini menampilkan sebagian “ayat perang” dengan nada perintah. Di sini tidak akan ditampilkan keduapuluh ayat itu. Demi keseimbangannya, akan ditampilkan juga 5 ayat.

Ayat

Sumber

Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian, mereka yang tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan Allah dan rasul-Nya dan mereka yang tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah)

QS 9: 29

Berperanglah engkau (Muhammad) di jalan Allah, engkau tidaklah dibebani melainkan atas dirimu sendiri. Kobarkanlah (semangat) orang-orang beriman (untuk berperang).

QS 4: 84

Berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik, dan bersikap keraslah terhadap mereka.

QS 9: 73

Wahai orang yang beriman! Perangilah orang-orang kafir yang di sekitar kamu, dan hendaklah mereka merasakan sikap tegas darimu

QS 9: 123

Perangilah orang-orang kafir dan orang-orang munafik dan bersikap keraslah terhadap mereka.

QS 66: 9

Tabel – 5: Lima kutipan ayat perang nada perintah

Demikianlah 5 kutipan “ayat perang” dengan nada perintah. Sebenarnya masih banyak lagi, namun kami membatasi hanya 5 ayat saja. Tabel di bawah menapilkan “ayat perang” dengan nada perintah. Kelima “ayat perang” di atas sangat jelas dan tegas perintahnya, tidak seperti perintah pada “ayat cinta”. Jika mencermati “ayat perang” dengan nada perintah, maka kita dapat mengetahui bahwa perang yang diwahyukan Allah ditujukan kepada orang kafir, orang musyrik, orang zalim dan orang munafik. Dalam QS at-Taubah: 29 disebutkan kriteria orang yang harus diperangi, yaitu orang yang tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah). Agama yang benar atau agama Allah selalu dipahami dengan islam. Karena itu, orang yang bukan islam harus diperangi. Ini sebenarnya bentuk lain dari pernyataan Allah tentang orang kafir yang harus diperangi, karena orang kafir adalah orang yang bukan islam.

Ayat Perang dgn Nada Perintah

Surah

Ayat

Al-Baqarah

190, 191, 193, 216, 244,

An-Nisa

76, 84,

Al-Maidah

24, 35,

At-Taubah

5, 12, 14, 29, 36, 41, 73, 86, 123

Al-Hajj

78

Al-Hujurat

9

At-Tahrim

9

Tabel – 6: Kutipan ayat perang nada perintah

“Ayat-ayat perang” dengan nada perintah inilah yang kemudian dipakai oleh kaum muslim untuk melaksanakan aksi terorisme. Atau dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa ayat-ayat tersebut menjadi salah satu ideologi terorisme, selain ayat-ayat surga yang menjanjikan kenikmatan seksual. Ini berarti, para teroris melaksanakan ajaran agama islam, ketika mereka melakukan aksi teror. Bagaimana mungkin mereka kemudian dikatakan telah membajak agama islam?

Dari uraian di atas, setelah melihat perbandingan antara “ayat cinta” dan “ayat perang”, dapatlah disimpulkan bahwa “ayat perang” lebih unggul daripada “ayat cinta”. Keunggulan itu meliputi segala bidang, seperti jumlah ayat, jumlah tampilan, konteks waktu dan juga nada perintah. Bahkan, terkait dengan nada perintah, pesan yang disampaikan Allah dalam “ayat perang” jauh lebih tegas dan jelas daripada “ayat cinta”.

Berangkat dari kesimpulan di atas, kita bisa mengatakan bahwa ajaran kasih dalam islam, yang ditujukan kepada sesama, khususnya non muslim, sangatlah lemah, atau malah tidak ada. Justru ajaran perang jauh lebih kuat daripada ajaran kasih. Perintah Allah untuk berperang sangatlah jelas dan tegas, sejelas dan setegas perintah-Nya untuk shalat dan menjalankan zakat. Karena itu, argumentasi bahwa “islam adalah agama kasih” sama sekali tidak mempunyai dasarnya. Bisa dikatakan itu hanya sebatas risalah yang dibuat manusia, bukan risalah Allah, karena Allah sama sekali tidak menunjukkan itu dalam kitab-Nya. Adalah pantas bila mengatakan “islam adalah agama perang”, karena itulah yang disampaikan Allah.

Mungkin ada umat islam menolak agamanya dibilang sebagai agama perang dengan mengatakan nilai kasih dalam agamanya tidak hanya dibatasi pada kata “cinta” dan “kasih” saja. Masih banyak kata lain dalam wahyu Allah yang hendak menggambarkan islam sebagai agama kasih. Argumentasi ini sangat lemah, karena dengan cara pikir demikian kita juga dapat mengajukan kata-kata lain yang mempunyai makna yang sama seperti “perang”, yang juga ada dalam wahyu Allah. Misalnya kata “serang” atau kata “tempur”.

Selain itu, berhadapan dengan tudingan bahwa agamanya adalah agama perang, umat islam membela dengan mengungkapkan pembenaran atau rasionalisasi. Setidaknya ada 2 pembenaran yang biasa dilontarkan, yaitu perang yang ada dalam “ayat perang” harus dipahami dalam konteksnya; dan perang yang dimaksud dalam “ayat perang” adalah perang melawan kemungkaran seperti kemaksiatan, korupsi, narkoba, dll. Benarkah rasionalisasi ini?

Pertama-tama harus disadari bahwa pembenaran tidak sama dengan kebenaran. Pembenaran adalah usaha membuat seolah-olah benar atas apa yang sebenarnya tidak benar.

Pada rasionalisasi pertama, biasanya umat islam mengatakan bahwa perang itu adalah perang yang terjadi pada masa Muhammad, tidak bisa diterapkan pada masa sekarang. Lantas bagaimana dengan perintah Allah yang terdapat dalam QS al-Baqarah: 43, “Laksanakanlah shalat, tunaikanlah zakat dan rukuklah beserta orang yang rukuk.” Jika wahyu Allah ini harus dipahami dalam konteksnya seperti wahyu perang, maka shalat dan zakat yang dimaksud adalah shalat dan zakat pada masa nabi, dan tidak bisa diterapkan pada masa sekarang. Tentulah tidak demikian. Jika umat islam menjalankan shalat dan zakat berdasarkan perintah Allah ini, maka mereka juga harus melaksanakan perang sesuai perintah Allah.

Pada rasionalisasi kedua juga terdapat kelemahan. Pembenaran demikian jelas-jelas bertentangan dengan wahyu Allah sendiri. Setidaknya ada 2 pertentangan itu, pertama, dalam wahyu perang-Nya, Allah jelas-jelas menyebut sasaran atau target yang diperangi, yaitu orang yang bukan islam. Sama sekali Allah tidak menyebut jenis lain sebagai target perang-Nya. Kedua, rasionalisasi itu bertentangan dengan wahyu Allah dalam QS al-Baqarah: 216., 246 dan QS an-Nisa: 77.

Jadi, bisa dikatakan rasionalisasi umat islam ini bertentangan dengan kehendak Allah. Dengan perkataan lain, rasionalisasi itu merupakan risalah manusia, bukanlah risalah Allah. Berangkat dari perbandingan ini, sudah saatnya umat islam berhenti berasionalisasi dan berusaha untuk berefleksi dengan menjawab pertanyaan ini. Kenapa Allah tidak memberikan perintah kasih yang jelas dan tegas serta banyak dalam wahyu-Nya kepada umat islam? Kenapa Allah justru lebih banyak memberikan perintah berperang dalam wahyu-Nya, dan perintah itu sungguh jelas dan tegas?

Lingga, 19 Mei 2021

by: adrian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar