Beberapa kali muncul di media sosial, salah satunya adalah facebook, pernyataan yang mengatakan
bahwa “Yesus ternyata pemeluk islam. Banyak umat kristen kecewa.” Setelah memahami
makna islam sebenarnya, patut diakui bahwa memang sebenarnya Yesus itu adalah
islam, bahkan lebih islam dari Muhammad sendiri. Lantas, siapa sebenarnya yang
dirugikan dengan pernyataan bahwa Yesus itu islam: islam atau kristen?
Muslim adalah orang yang menganut agama islam, agama yang diturunkan oleh
Muhammad SAW (meninggal 8 Juni 632). Salah satu syarat utama untuk menjadi
muslim adalah dengan mengucapkan syahadat "Assh Haduala
ilahailallah wa Assh Haduana muhammadur rasulullah", yang artinya: aku
bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan bahwa Muhammad adalah rasul Allah.
Tentu sebagian besar orang langsung kaget dengan judul tulisan ini. Bagi
orang kristiani dan bagi kebanyakan orang umumnya, Yesus adalah peletak dan
dasar bagi iman dan ajaran agama kristen. Bukankan Yesus sudah ada jauh sebelum
Muhammad lahir dan menjadi rasul Allah? Bagaimana mungkin Yesus disebut sebagai
seorang muslim tanpa menyebut wa Assh Haduana muhammadur rasulullah?
Agar kita tidak bingung dan dapat memahami judul di atas, maka kita
terlebih dahulu harus mengetahui arti dan makna kata "islam". Kata
ini tak bisa dipisahkan atau dilepaskan dari kata muslim. Keduanya berkaitan
erat. Muslim adalah orang yang memeluk agama islam. Karena itu, orang yang
benar-benar memeluk agama islam, artinya melaksanakan islam secara sempurna,
disebut sebagai muslim sejati. Dan itulah Yesus. Dan apa arti islam?
Secara etimologis kata “islam” berasal dari bahasa Arab, yang diambil dari kata salima dengan arti selamat. Dari kata salima itu terbentuk kata aslama yang artinya menyerahkan diri atau tunduk dan patuh/taat. Kata ini terdapat dalam QS al-Baqarah ayat 112: “Bahkan, barangsiapa menyerahkan diri (aslama) kepada Allah, sedang ia berbuat kebaikan, maka baginya pahala di sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula bersedih hati”
Selain dua kata itu, Al-Quran juga memakai kata kerja “islam” dengan
kata yuslim yang berarti tunduk atau menyerah/berserah
diri kepada Allah. Tentang makna penyerahan diri secara total, kita dapat
menemukan akar kata “islam” pada kata istalma mustaslima. Ini
seperti terdapat dalam QS Ash-Shaffat ayat 26: ”Bahkan mereka pada
hari itu menyerah diri.” Karena itu, menjadi muslim berarti beriman
kepada Allah dengan tunduk kepada kehendak-Nya dan melaksanakan perintah-Nya.
Mungkin dengan ketaatan ini maka datanglah selamat atau keselamatan.
Selain berarti berserah diri, tunduk/taat, akar kata “islam” juga memiliki
arti menyelamatkan orang lain. Ini dapat ditemukan pada kata sallama. Kata
ini tentu tak bisa dilepaskan dari kata salima yang berarti
selamat. Maka orang muslim berarti orang yang sallama, menyelamatkan
orang lain.
Sampai di sini kita menemukan dua makna besar dari kata “islam”, yaitu
berserah diri sebagai ungkapan ketaatan atau kepatuhan dan menyelamatkan. Oleh
karena itu, orang islam, atau seorang muslim harus berserah diri kepada Allah.
Sikap berserah diri ini terlihat dari membiarkan kehendak Allah yang terjadi
pada dirinya. Seorang muslim wajib taat pada kehendak Allah sekalipun kehendak
Allah itu bertentangan dengan keinginan dirinya. Selain itu juga, seorang
muslim terpanggil untuk menyelamatkan orang lain (umat manusia). Menyelamatkan
manusia ini tidak boleh mengikuti kehendak pribadi, melainkan kehendak Allah.
Jadi, ada kaitan erat antara menyelamatkan dengan sikap tunduk dan berserah
diri kepada Allah.
Gambaran muslim itu terlihat dalam diri Yesus. Hari Jumat Agung diperingati
sebagai hari kematian Yesus Kristus. Kematian Yesus di kayu salib, secara tidak
langsung, mengungkapkan dua hal tadi, yaitu menyelamatkan umat manusia yang
sesuai dengan kehendak Allah. Yesus menunjukkan ketaatan-Nya kepada kehendak
Allah dengan wafat di kayu salib. Di sanalah terlihat penyerahan diri-Nya
secara total. Karena itulah, sudah sepantasnya jika dikatakan bahwa Yesus itu
adalah orang islam sejati. Dia benar-benar melaksanakan apa yang ada di dalam
Al-Quran: dengan berserah diri dan taat pada perintah Allah.
Demikianlah alasan kenapa Yesus dikatakan seorang muslim sejati. Dia
berserah diri secara total dan patuh setia pada kehendak Allah hingga wafat di
kayu salib demi keselamatan umat manusia. Semua yang dilakukan Yesus adalah
gambaran dari kata “islam”. Akan tetapi, kenapa Al-Quran malah menolak kematian
Yesus di kayu salib? Di satu sisi Al-Quran menyarankan agar umat muslim
berserah diri dengan tunduk pada kehendak Allah, namun ketika ada orang yang
berserah diri dengan taat pada kehendak Allah (yaitu Yesus Kristus), malah
ditolak. Al-Quran, dalam surah al-Nisa’ ayat 157, tidak
mengakui bahwa yang tergantung di kayu salib itu adalah Yesus Kristus. Dan ini
menjadi kepercayaan orang islam hingga kini. Karena itu, berkaitan dengan
kematian Yesus ini, bisa dikatakan bahwa Al-Quran membantah pernyataannya
sendiri.
Ketidak-tegasan dan ketidak-jelasan ini tentu dapat berdampak pada
kebingungan orang yang beritikad baik. Karena, ketika ia hendak berserah diri
kepada Tuhan, patuh dan setia melaksanakan perintah Tuhan, ia akan dihadapkan
pada “penolakan” Al-Quran. Yesus sudah mengalaminya. Di satu sisi Yesus
terlihat sebagai seorang muslim sejati (menurut Al-Quran) dengan berserah diri
dan taat pada kehendak Allah sampai wafat di kayu salib, namun di sisi lain
Al-Quran sendiri menolak sikap dan tindakannya yang sudah sesuai dengan
Al-Quran.
diambil dari tulisan 7 tahun lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar