Para orangtua perlu menilik kembali
perlakuan mereka terhadap buah hati. Penelitian dari University North Carolina
menemukan, anak-anak usia di bawah dua tahun yang diabaikan
orangtuanya menunjukkan tingkat perilaku agresif yang lebih tinggi
pada usia 4 hingga 8 tahun.
Dari hasil penelitian yang diterbitkan
jurnal Pediatrics itu, pengaruh pengabaian bayi di usia
dini bisa sama besarnya dengan kekerasan terhadap anak untuk
memprediksi perilaku agresif mereka. Pemerintah AS punya data yang mendukung.
Badan yang mengurus anak-anak dan keluarga di negeri Paman Sam itu menyebut
pengabaian berhubungan dengan hampir dua pertiga dari kasus perlakuan buruk
terhadap anak yang dilaporkan di AS setiap tahunnya.
Masalahnya, siapa peduli pengabaian
anak? “Kurangnya perhatian yang diberikan pada masalah pengabaian --hal ini
disebut 'mengabaikan pengabaian'-- adalah 'kepedulian dalam penantian' di
bidang kesejahteraan anak,” kata Jon Hussey, asisten riset tersebut.
Mengapa disebut demikian? Masalahnya, menurut Hussey, pengabaian sering
dianggap masalah lebih umum terjadi ketimbang kekerasan. Tambahan lagi, “Kita
tahu relatif sedikit tentang dampak pengabaian pada anak.”
Maka universitas yang terletak di
Chapel Hill itu pun melakukan penelitian yang langka. Dilakukan secara longitudinal,
penelitian ini melibatkan lebih dari 1.300 anak dari empat kota. Semua proses
penelitian dalam koordinasi UNC Injury Prevention Research Center (IPRC).
Anak-anak yang diteliti adalah semua yang diketahui mendapat perlakuan buruk
atau risiko mendapat perlakuan buruk. Anak-anak ini dipantau sejak lahir hingga
usia 8 tahun.
Seorang anak dianggap diabaikan bila
orangtua atau pengasuhnya tak memberikan pengawasan yang memadai atau tak
memenuhi kebutuhan fisik minimum anak untuk makan, pakaian, dan tempat
tinggal. Sementara, kekerasan terhadap anak dalam penelitian ini
didefinisikan sebagai kekerasan fisik atau seksual.
Sikap agresif anak dipantau ketika
mereka berusia lebih besar. Dalam penelitian ini, agresi --diwakili sikap
suka membantah, kejam terhadap orang lain, merusak barang, tidak patuh,
mengancam orang dan berkelahi atau menyerang orang lain secara fisik-- dicatat
berdasarkan persepsi pengasuh utama anak. Mereka diwawancarai ketika anak
berusia 4, 6, dan 8 tahun.
“Ini bukan yang pertama kami melihat
bukti menunjukkan bahwa dalam keadaan tertentu, pengabaian bisa jadi sama
bahayanya dengan kekerasan terhadap anak,” kata Hussey. Ia mengaitkan
pengabaian anak dengan kekerasaan, depresi, dan penggunaan obat terlarang pada
remaja. Kendati terlihat bertema sederhana, John Hussey dan kawan-kawan
menekankan pentingnya penelitian ini. “Memahami konsekuensi pengabaian
pada usia dini akan membantu kita merencanakan program dan intervensi lain demi
kepentingan anak-anak ini di usia selanjutnya.”
Dari seluruh
rangkai penelitian itu, dapat ditemukan beberapa ringkasan atau kesimpulan
sebagai berikut
·
anak-anak (0 – 2) yang diabaikan akan menunjukkan
tingkat perilaku agresif pada usia 4 hingga 8 tahun.
·
prilaku agresif: pengabaian anak usia dini
= kekerasan terhadap anak
·
diabaikan: tak memberikan pengawasan
yang memadai, kurang perhatian atau tak memenuhi kebutuhan fisik (makan-minum,
pakaian dan tempat tinggal)
·
Kekerasan: fisik, verbal dan seksual
·
agresi: sikap suka membantah, kejam
terhadap orang lain, merusak barang, tidak patuh, mengancam orang dan berkelahi
atau menyerang orang lain secara fisik
·
pengabaian anak usia dini sama
bahayanya dengan kekerasan terhadap anak
diolah kembali dari tulisan 7 tahun lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar