Minggu, 28 Juli 2024

RENUNGAN PERINGATAN SANTA MARTA, MARIA DAN LAZARUS

Renungan Peringatan St. Marta, Maria, Lazarus

Bac I 1Yoh 4: 7 16; Injil  Yoh 11: 19 – 27

Hari ini Gereja Semesta memperingati orang kudusnya, yakni Marta, Maria dan Lazarus. Mereka bertiga bersaudara. Injil hari ini menceritakan kisah duka yang dialami Marta dan Maria. Lazarus saudara mereka meninggal. Mereka banyak mendapat simpati dari warga sekitar yang mengunjungi dan menghibur mereka (ay. 19). Di antara sekian banyak yang datang, hadir juga Tuhan Yesus bersama para murid-Nya. Sangat menarik jika memperhatikan dialog antara Tuhan Yesus dengan Marta. Di sana ada 3 keutamaan teologal, yaitu harapan, iman dan kasih. Marta mengutarakan harapannya terkait dengan saudaranya. Ia berharap saudaranya tetap hidup. Tuhan Yesus menjawabnya dengan pernyataan tentang kebangkitan (ay. 23). Kebangkitan tidak hanya dimaknai pada kebangkitan akhir zaman melainkan saat kini juga. Namun untuk itu dituntut iman kepercayaan kepada-Nya (ay. 25-27). Kisah selanjutnya tentulah kita sudah mengetahuinya: Lazarus hidup kembali. Dalam kisah kebangkitannya terdapat kasih, yaitu kasih Marta akan saudaranya, serta kasih Yesus kepada mereka bertiga. Kasih itulah yang menghidupkan Lazarus.

Kasih ini juga yang diwartakan Yohanes dalam suratnya yang pertama. Dalam bacaan pertama Yohanes meminta kita untuk hidup saling mengasihi (ay. 7). Yohanes menegaskan bahwa kasih itu berasal dari Allah (ay. 7) karena Allah sendiri adalah kasih (ay. 8). Selanjutnya Yohanes mengatakan bahwa kasih Allah itu menghidupkan. Dia telah mengutus Putra-Nya yang tunggal ke dalam dunia, supaya kita hidup oleh-Nya (ay. 9). Dengan kata lain, mau dikatakan di sini bahwa efek kasih adalah hidup atau kehidupan. Kasih selalu membawa kehidupan. Inilah yang terjadi pada Lazarus dalam bacaan Injil tadi. Lawan kasih adalah kebencian. Jika kasih mendatangkan kehidupan, maka benci mendatangkan kematian.

Sabda Tuhan hari ini mengajak kita untuk mengembangkan budaya kehidupan dengan mengamalkan perintah kasih. Agama Kristen sudah diidentikkan sebagai agama kasih, karena Tuhannya sudah memberi perintah kasih sebagai perintah utama dan Tuhannya sendiri adalah wujud kasih Allah. Karena itu, sangatlah miris jika ada orang Kristen, sebagai pengikut Kristus, justru mengembangkan budaya kematian dengan menebarkan kebencian dan permusuhan. Pengikut Kristus harus berani mengambil sikap melawan kebencian dan permusuhan, dan mulai mengamalkan kasih persaudaraan.

by: adrian

Jumat, 26 Juli 2024

TANGGAPAN ATAS PENJELASAN USTAD ADI HIDAYAT TENTANG PERKAWINAN MUHAMMAD-AISYAH


 Umumnya orang sudah tahu kalau saat dikawini Muhammad, usia Aisyah adalah 6 tahun. Meski terasa aneh, namun umat islam tetap saja membelanya. Salah satunya adalah Ustad Adi Hidayat LC MC. Videonya bisa dilihat di sini: https://www.youtube.com/watch?v=M86OlL3MjQs

Video berikut ini coba memberikan tanggapan kritis atas penjelasan ustad tersebut

Senin, 22 Juli 2024

RENUNGAN PESTA ST. MARIA MAGDALENA

Renungan Pesta Santa Maria Magdalena

Bac I Kid 3: 1 – 4a; Injil Yoh 20: 1, 11 – 18

Hari ini (22 Juli), Bunda Gereja mengajak kita untuk merayakan pesta Santa Maria Magdalena. Bacaan pertama hari ini terkesan sama sekali tidak ada kaitan dengan orang kudus yang kita rayakan hari ini. Sepintas Kidung Agung ini menguraikan ungkapan perasaan orang yang sangat merindukan kekasihnya. Dia pergi kemana-mana untuk mencarinya. Bertemu dengan para peronda, ia bertanya, “Apakah kamu melihat jantung hatiku?” (ay. 3). Akan tetapi, baru saja dia meninggalkan para peronda itu, ia menemukan kekasihnya itu, dan ia memegangnya (ay. 4). Karena kitab ini masuk dalam Kitab Suci, maka kisah tersebut hendaknya dibaca dalam konteks rohani, bukan profan. Kisah ini merupakan kisah pencarian manusia akan Tuhan. Ketika telah menemukan Tuhan, hendaklah terus “kupegang dan tak kulepadkan dia.” (ay. 4).

Sangat menarik kalau kita meletakkan kisah bacaan pertama ini berdampingan dengan Injil hari ini. Ada kemiripan pola ceritanya. Subyek “aku” dalam bacaan pertama sejajar dengan tokoh Maria Magdalena dalam kisah Injil. Dalam Injil dikisahkan Maria Magdalena berusaha mencari-cari Yesus. Kata-kata Maria Magdalena, “Aku tidak tahu dimana Ia diletakkan.” (ay. 13b) ini sejajar dengan “Kucari, tetapi tak kutemui dia.” (ay. 1b dan 2b). Pertanyaan subyek “aku” dalam Kidung Agung kepada para peronda, “Apakah kamu melihat jantung hatiku?” (ay. 3b) sejajar dengan pertanyaan Maria Magdalena kepada Yesus, yang dikiranya penunggu taman, “Tuan, jika tuan yang mengambil Dia, katakanlah kepadaku, dimana tuan meletakkan Dia, supaya aku dapat mengambil-Nya.” (ay. 15b). Lalu, sama seperti subyek “aku” dalam Kidung Agung, yang setelah bertemu memegang kekasihnya (ay. 4), demikian pula Maria Magdalena, namun dicegah oleh Yesus (ay. 17).

Berangkat dari kesejajaran warta Kidung Agung dalam bacaan pertama dengan kisah Maria Magdalena dalam Injil, dapatlah dikatakan warta Kidung Agung itu memang hendak menggambarkan peristiwa hidup orang kudus yang dirayakan pestanya hari ini. Akan tetapi, penggambaran Kidung Agung itu tidak hanya ditujukan buat Maria Magdalena saja, melainkan juga gambaran semua umat manusia yang memiliki kerinduan mencari Tuhan. Dan karena ada kesejajaran kisah dua bacaan liturgi ini, maka pesannya juga sama. Sejalan dengan perayaan pesta Santa Maria Magdalena, kita dapat meneladani sikap dan cinta kasih orang kudus ini kepada Yesus Kristus. Sekalipun para murid lari ketakutan, ia tetap setia hingga di kaki salib; meski para murid pergi meninggalkan makam, ia tetap tinggal. Ia tetap mencari Kristus. Kesetiaannya lahir dari kecintaannya kepada Tuhan Yesus. Teladan inilah yang hendak ditawarkan Maria Magdalena kepada kita, agar kita tetap mencintai dan tidak pernah meninggalkan Yesus Kristus.

by: adrian