Renungan
Pesta Santa Maria Magdalena
Bac I Kid 3: 1 – 4a; Injil Yoh 20: 1, 11 – 18
Hari ini (22 Juli), Bunda
Gereja mengajak kita untuk merayakan pesta Santa Maria Magdalena. Bacaan pertama
hari ini terkesan sama sekali tidak ada kaitan dengan orang kudus yang kita
rayakan hari ini. Sepintas Kidung Agung ini menguraikan ungkapan perasaan orang
yang sangat merindukan kekasihnya. Dia pergi kemana-mana untuk mencarinya. Bertemu
dengan para peronda, ia bertanya, “Apakah kamu melihat jantung hatiku?” (ay.
3). Akan tetapi, baru saja dia meninggalkan para peronda itu, ia menemukan
kekasihnya itu, dan ia memegangnya (ay. 4). Karena kitab ini masuk dalam Kitab
Suci, maka kisah tersebut hendaknya dibaca dalam konteks rohani, bukan profan. Kisah
ini merupakan kisah pencarian manusia akan Tuhan. Ketika telah menemukan Tuhan,
hendaklah terus “kupegang dan tak kulepadkan dia.” (ay. 4).
Sangat menarik kalau kita
meletakkan kisah bacaan pertama ini berdampingan dengan Injil hari ini. Ada kemiripan
pola ceritanya. Subyek “aku” dalam bacaan pertama sejajar dengan tokoh Maria
Magdalena dalam kisah Injil. Dalam Injil dikisahkan Maria Magdalena berusaha
mencari-cari Yesus. Kata-kata Maria Magdalena, “Aku tidak tahu dimana Ia
diletakkan.” (ay. 13b) ini sejajar dengan “Kucari, tetapi tak kutemui dia.”
(ay. 1b dan 2b). Pertanyaan subyek “aku” dalam Kidung Agung kepada para peronda,
“Apakah kamu melihat jantung hatiku?” (ay. 3b) sejajar dengan pertanyaan Maria
Magdalena kepada Yesus, yang dikiranya penunggu taman, “Tuan, jika tuan yang
mengambil Dia, katakanlah kepadaku, dimana tuan meletakkan Dia, supaya aku
dapat mengambil-Nya.” (ay. 15b). Lalu, sama seperti subyek “aku” dalam Kidung
Agung, yang setelah bertemu memegang kekasihnya (ay. 4), demikian pula Maria
Magdalena, namun dicegah oleh Yesus (ay. 17).
Berangkat dari
kesejajaran warta Kidung Agung dalam bacaan pertama dengan kisah Maria
Magdalena dalam Injil, dapatlah dikatakan warta Kidung Agung itu memang hendak
menggambarkan peristiwa hidup orang kudus yang dirayakan pestanya hari ini. Akan
tetapi, penggambaran Kidung Agung itu tidak hanya ditujukan buat Maria Magdalena
saja, melainkan juga gambaran semua umat manusia yang memiliki kerinduan
mencari Tuhan. Dan karena ada kesejajaran kisah dua bacaan liturgi ini, maka
pesannya juga sama. Sejalan dengan perayaan pesta Santa Maria Magdalena, kita dapat
meneladani sikap dan cinta kasih orang kudus ini kepada Yesus Kristus.
Sekalipun para murid lari ketakutan, ia tetap setia hingga di kaki salib; meski
para murid pergi meninggalkan makam, ia tetap tinggal. Ia tetap mencari
Kristus. Kesetiaannya lahir dari kecintaannya kepada Tuhan Yesus. Teladan
inilah yang hendak ditawarkan Maria Magdalena kepada kita, agar kita tetap
mencintai dan tidak pernah meninggalkan Yesus Kristus.
by: adrian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar