Sabtu, 17 Juni 2023

RENUNGAN MINGGU BIASA XI, THN A

 

Renungan Hari Minggu Biasa XI, Thn A

Bac I Kel 19: 2 – 6;        Bac II           Rom 5: 6 – 11

Injil    Matius 9: 36 – 10: 8

Dalam bacaan liturgi hari ini kita bisa menemukan adanya pergerakan atau sumber dari belas kasih. Sumber pergerakan belas kasih itu datang dari Allah. Dalam bacaan pertama, yang diambil dari Kitab Keluaran, diceritakan bagaimana Allah yang telah mengasihi umat Israel. Salah satu memori belas kasih Allah itu adalah peristiwa pembebasan dari Mesir. Dan umat Israel menjadi bangsa pilihan, umat kesayangan Allah.

Rasul Paulus dan suratnya kepada jemaat di Roma, sebagaimana terbaca dalam bacaan kedua, juga menjelaskan sumber pergerakan belas kasih itu datang dari Allah dalam diri Yesus Kristus. Paulus menyadarkan umat Roma bahwa Allah telah mengasihi kita di saat kita masih lemah (ay. 6) atau “ketika kita masih berdosa.” (ay. 8). Sama seperti umat Israel yang menjadi bangsa kesayangan, belas kasih Allah dalam Yesus Kristus membuat kita “bermegah dalam Allah” (ay. 11).

Injil hari ini juga mengisahkan pergerakan belas kasih yang bersumber dari Yesus. Dikisahkan bahwa “Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka…” (ay. 36). Yesus, yang adalah wujud kasih Allah Bapa, menjadi sumber belas kasih.

Sabda Tuhan hari ini hendak menegaskan kepada kita bahwa sumber belas kasih itu ada pada Allah. Allah-lah yang lebih dahulu mengasihi kita. Allah tidak peduli keadaan kita berdosa atau tidak. Allah tetap mengasihi kita sekalipun kita selalu mengingkari janji-Nya. Ingat, Allah tetap mengasihi kita. Betapa luar biasanya Allah kita ini. Jadi, melalui sabda-Nya Tuhan mau menyadarkan kita bahwa kita telah dan selalu menerima belas kasih Allah. Menjadi pertanyaannya adalah, apakah kita juga sudah mengungkapkan belas kasih itu kepada sesama? Apakah belas kasih kita tulus, ataukah diikuti dengan pamrih? Di akhir pengajaran-Nya, Yesus mengingatkan kita, “Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma.” (ay. 8).

by: adrian

Jumat, 16 Juni 2023

DIALOG IMAGINATIF PART 2


 Video ini berisi dialog imaginatif. Bisa dipastikan isi dari dialog ini sulit dijumpai dalam kehidupan nyata. Namun bukan lantas berarti dialog ini tidak berguna. Ada pesan dan makna yang terkandung di dalamnya, yang hendak disampaikan kepada penonton.

Kamis, 15 Juni 2023

MEMBUAT BINYAK BIODISEL DARI BIJI-BIJIAN

 

Minyak sudah menjadi kebutuhan pokok manusia. Dengan minyak manusia dapat menggerakkan mesin sehingga ia bisa bepergian atau melakukan aktifitas lainnya. Di saat listrik mati, orang masih bisa memperoleh penerangan dengan menggunakan minyak.

Selama ini manusia hanya mengandalkan minyal berbahan baku fosil. Manusia tidak tahu bahwa ketersediaan minyak berbahan baku fosil ini sudah kian menyusut. Cepat atau lambat ketersediaan bahan itu akan habis. Di samping itu penggunaan minyak berbahan baku fosil dapat berdampak buruk bagi lingkungan, salah satunya adalah efek gas rumah kaca.

Oleh karena itu, sudah saatnya manusia beralih kepada penggunaan minyak berbahan baku non-fosil. Ada banyak bahan dapat dijadikan minyak yang dapat menunjang kehidupan manusia. Misalnya, plastik. Dengan menggunakan plastik sebagai bahan baku minyak, kita secara tidak langsung sudah turut membantu mengurangi tingkat pencemaran lingkungan.

Berikut ini akan disajikan dua bahan baku minyak yang berasal dari biji tumbuh-tumbuhan, yaitu biji jarak dan biji karet.

1.  Biji Jarak Pagar

Caranya: siapkan biji jarak pagar yang sudah dikeringkan. Proses pengeringan ini dapat dilakukan dengan menjemur biji tersebut di bawah matahari selama kurang lebih 2 – 3 hari. Setelah itu pecahkan biji itu untuk memisahkan antara daging dan cangkangnya. Kemudian daging biji jarak digiling dan diperas. (Kalau malas memisahkan daging dari cangkang, biji jarak dapat langsung digiling dan diperas). Hasil perasan ini dapat digunakan sebagai bahan pengganti solar; bisa juga untuk keperluan kompor. Sekedar diketahui, 3 kg biji jarak pagar dapat menghasilkan 1 liter minyak jarak.

Di atas merupakan cara tradisional. Bisa dikatakan bahwa minyak di atas masih bersifat kotor, karena masih tercampur dengan getah dan senyawa lainnya. Untuk mendapat hasil yang lebih baik, minyak olahan pertama diendapkan semalam, lalu dilakukan proses degumming, yaitu proses pemisahan getah atau lendir tanpa mengurangi jumlah asam lemak dalam minyak. Dari sinilah akhirnya menghasilkan minyak murni.

2.  Biji Karet

Pengolahan minyak dari biji karet tak jauh berbeda dengan biji jarak pagar. Yang sedikit membedakannya adalah bahwa biji karet tidak perlu dijemur. Bila perlu biji karet tidak perlu tertahan lama hingga 2 – 3 hari. Hal ini justru dapat mengurangi kadar minyaknya. Caranya sama seperti mengolah biji jarak pagar. Ambil daging biji karet (kernel) lalu diperas dalam ekspeler hingga menghasilkan minyak biji karet. Untuk mendapatkan minyak biji karet yang murni, hasil pertama harus melalui proses degumming.

Demikianlah dua biji yang dapat diolah menjadi minyak. Sebenarnya masih ada beberapa biji lain lagi yang juga dapat diolah menjadi minyak biodiesel. Misalnya seperti biji alpukat.

Jika diperhatikan, ternyata Tuhan menyediakan banyak sarana dan cara bagi manusia. Semuanya tinggal bagaimana manusia mau memanfaatkannya. Sarana ini sebenarnya mudah didapat, namun niat baik manusia untuk memanfaatkannya masih lemah. Apakah kita menunggu minyak berbahan dasar fosil habis dulu baru kita sibuk mencari alternatif?