Selasa, 27 Juli 2021

INI CARA HADAPI BOSS YANG USIANYA MASIH MUDA

 


Beberapa perusahaan biasanya lebih mengutamakan pimpinan yang berusia muda. Salah satu alasannya, usia muda identik dengan terobosan dan kebaruan. Nah, jika Anda memiliki atasan yang berusia jauh lebih muda, apa yang harus dilakukan?

Hal pertama yang sebaiknya dilakukan adalah tetap tenang. Rasa iri tentu muncul ketika melihat seorang anak muda tiba-tiba didapuk untuk menduduki posisi pimpinan. Hal tersebut sebenarnya wajar mengingat kini semakin banyak karyawan yang memulai karier di usia muda. Selain itu, kini semakin banyak juga perusahaan yang memberi kesempatan akselerasi karier kepada karyawan muda.

Hal kedua, yaitu patahkan stereotip yang mengatakan “orang tua tak semangat kerja”. Seorang karyawan yang bekerja terlalu lama di kantor biasanya identik dengan zona nyaman. Hal ini membuat mereka seperti “bekerja apa adanya”. Nah, untuk membuktikan bahwa hal tersebut kurang tepat, Anda bisa membuat gebrakan yang megejutkan. Misalnya, Anda bisa memuat inovasi yang mempermudah pekerjaan di kantor.

Hal ketiga, gunakan kemampuan parenting Anda. Mengingat faktor pengalaman yang masih sedikit, ada kalanya terobosan yang dibuat sang atasan terlalu klise. Misalnya, atasan memberikan usul untuk meningkatkan produksi dengan cara ekspansi. Padahal, hal ini sudah pernah dilakukan perusahaan dan ternyata kurang berhasil.

Sebagai karyawan yang baik, Anda bisa menggunakan kemampuan parenting. Misalnya, Anda bisa mengatakan, “Wah, itu ide bagus, tetapi menurut saya….” Intinya, Anda bisa mengambil sikap yang mendukung, tak merendahkan dan memberikan saran secara baik.

Hal keempat, bekerja profesional. Ada kalanya atasan memberikan tugas yang cukup banyak. Dalam hal ini, Anda harus melihat dari sisi positif, bukan negatif. Sisi positifnya, atasan sangat percaya dengan kemampuan Anda. Namun, jika dirasa tugas yang diberikan terlalu banyak, Anda bisa mendiskusikan dengan atasan secara profesional.

Hal kelima yaitu posisikan diri Anda sebagai karyawan, bukan orang tua. Jika atasan berusia muda, bahkan seusia anak Anda, ada kalanya sifat orang tua muncul. Misalnya, ketika atasan berbuat salah, Anda ingin langsung menasehati. Sifat ini memang secara naluriah muncul. Namun, Anda sebaiknya ingat posisi di rumah dan kantor yang berbeda.

diolah dari tulisan 7 tahun lalu

Senin, 26 Juli 2021

TIPS SEDERHANA MERAWAT HELM

 


Kenyamanan mengendarai sepeda motor ditunjang oleh banyak hal antara lain kebugaran tubuh, kondisi mesin, serta perangkat keamanan yang dikenakan seperti helm. Seiring penggunaan, tingkat kenyamanan saat mengenakan helm umumnya akan menurun lantaran kaca mulai kusam, bau apek dan lain-lain.

Agar helm bisa tetap nyaman dikenakan, pemilik maupun penggunanya pun harus memperlakukan perangkat tersebut dengan baik dengan menyimak tips berikut ini.

Beberapa jenis helm dilengkapi dengan buku petunjuk berisi informasi tentang perawatan yang tepat pada helm yang bersangkutan. Karena itu, bacalah dengan seksama agar Anda tahu perlakuan macam apa yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan.

Saat tidak dikenakan, bukalah kaca penutup helm, terutama untuk helm berjenis full face. Hal ini dilakukan agar udara di dalam helm bisa bersirkulasi dengan lebih baik dan mnyingkirkan bau tak sedap, karena keringat yang muncul selama di perjalanan. Meletakkan helm dengan posisi terbalik juga bisa membantu sirkulasi udara bisa berjalan baik.

Minggu, 25 Juli 2021

MENGGUGAT TAUSIYAH DENGAN AKAL SEHAT


 

Belum lama ini jagat net atau sosial media diramaikan dengan persoalan kotbah atau ceramah keagamaan (tausiyah) dari beberapa ustad. Ada yang melarang lagu kebangsaan Indonesia Raja atau lagu “naik-naik ke puncak gunung”. Ada ustad yang melarang umat islam menyimpan dalam rumahnya patung atau gambar manusia. Ada juga ustad yang mengatakan pada salib ada jin kafir. Yang sedikit mesum adalah ajaran bahwa pria muslim boleh bersetubuh dengan budak perempuan sekalipun tidak dalam ikatan perkawinan. Masih banyak ceramah ustad yang bagi “orang waras” sungguh tak masuk di akal.

Seperti biasa, ceramah-ceramah keagamaan ini, yang semuanya dapat dikatakan bersumber dari ajaran islam, selalu menimbulkan argumen pro dan kontra. Ada yang mendukung, tapi ada juga yang menentang dan mengecam. Pro kontra ini tidak hanya terjadi di kalangan umat non muslim, tetapi juga di kalangan umat islam sendiri.

Pada tulisan ini kami tidak akan mempermasalahkan mereka yang mendukung ceramah para ustad tersebut, karena kami menilai dukungan mereka mempunyai dasar. Artinya, ada dasar untuk mendukung tausiyah para ustad itu. Majelis Ulama Indonesia (MUI) sendiri membela, baik secara terbuka maupun tertutup. Yang kami persoalkan di sini adalah mereka yang menolak bahkan mengecam.

Kerap terjadi orang mengecam atau mempermasalahkan ceramah para ustad tadi hanya dilandasi pada ketidak-sukaan akan isi ceramah, bukan pada kebenaran. Ketidak-sukaan itu akhirnya bermuara pada ketidak-sukaan pada pribadi ustadnya. Karena tidak suka, biasanya para ustad ini diberi label “wahabi” atau “islam radikal” atau “islam ekstrem”. Umumnya ketiga label tersebut mempunyai makna negatif. Orang yang diberi label tersebut adalah orang yang buruk atau jahat, sehingga harus disingkirkan.