Selasa, 01 September 2020

MENGKRITISI SURAH AL-BAQARAH AYAT 62

Sering dijumpai pernyataan bahwa apapun agamanya, tujuannya satu. Di sini mau dikatakan bahwa agama hanyalah sekedar cara atau jalan untuk mencapai tujuan tersebut. “Ada banyak jalan menuju Roma”, demikianlah pepatah lama merangkumnya. Umumnya yang dimaksud dengan “tujuan” itu adalah sorga atau kebahagiaan abadi, dan di belakang sorga itu ada Allah. Karena itu juga, di balik pernyataan itu, ada satu kesimpulan bahwa apapun agamanya, Tuhan Allah itu hanya satu. Allah agama ini sama dengan agama itu.
Apakah islam memiliki pemikiran seperti ini? Secara sederhana dapat dikatakan bahwa Allah umat islam berbeda dari Allah umat agama lain. Malah islam berpendapat bahwa tiap-tiap agama mempunyai Allah-nya sendiri. Hal ini didasarkan pada wahyu Allah dalam QS al-Baqarah: 62:
Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Sabiin, siapa saja (di antara mereka) yang beriman kepada Allah dan hari akhir, dan melakukan kebajikan, mereka mendapat pahala dari Tuhannya….
Huruf tebal dalam kutipan di atas (Tuhannya) sengaja kami buat untuk memberi tekanan, sedangkan frase dalam tanda kurung – di antara mereka – bisa dikatakan merupakan tambahan kemudian yang berasal dari manusia, bukan wahyu asli Allah SWT. Jika kita membaca atau memperhatikan ayat sebelumnya (61) dan ayat sesudahnya (63), maka dapat dikatakan bahwa ayat 62 ini berdiri sendiri. Ia sama sekali tidak ada kaitan, baik langsung maupun tidak langsung, dengan ayat 61 dan 63. Ada kemungkinan ayat ini disampaikan khusus kepada umat islam atau para pengikut Muhammad. Namun terbuka juga kemungkinan bahwa ayat ini dikatakan kepada publik, tidak hanya khusus umat islam saja. Dengan pernyataan ini, umat-umat agama lain disadarkan bahwa mereka akan mendapat pahala dari Tuhannya atas kebaikan yang dilakukan.
Yang dimaksud dengan “orang-orang yang beriman” dalam ayat di atas adalah umat islam. Frase tersebut sering dijumpai dalam Al-Qur’an, dan semua itu merujuk pada umat islam. Dalam ayat 62 ini terlihat jelas bahwa masing-masing agama memiliki Tuhannya sendiri. Dengan kata lain, Tuhan orang islam berbeda dengan Tuhan orang Yahudi, nasrani dan Sabiin, demikian pula Tuhan orang Yahudi berbeda dengan Tuhan orang islam, nasrani dan Sabiin, dan seterusnya. Hal ini terbaca pada frase “mereka mendapat pahala dari Tuhannya”. Kata “Tuhannya” menunjukkan sekaligus menegaskan bahwa Tuhan itu berbeda-beda berdasarkan agama umat manusia.

Minggu, 30 Agustus 2020

MOHON KEPADA SANTO YUDAS UNTUK PULIHKAN RELASI

Manusia adalah makhluk sosial. Kesosialannya membuat setiap orang menjalin relasi dengan orang lain. Sejak lahir, setiap manusia sudah hidup dalam lingkungan sosial, yaitu ayah ibu dan juga saudara. Dengan merekalah manusia pertama kali menjalin relasi itu. Dari dalam rumah, kita membangun relasi ke luar, dimulai dari keluarga besar (kakek, nenek, paman, bibi, sepupu), tetangga hingga lingkungan masyarakat luas.
Ada banyak macam relasi antar manusia. Dalam keluarga inti ada relasi antara suami dengan isteri, antara orangtua dengan anak, dan relasi antar anak. Dalam lingkungan masyarakat luas, ada relasi pacaran, relasi ketetanggaan, relasi kerja dan sebagainya.
Akan tetapi, tak jarang orang menemukan masalah dalam relasinya dengan orang lain. Dengan kata lain, dalam hubungan sosial itu ditemukan ada permasalahan yang menggangu kedua belah pihak. Dalam relasi yang bermasalah ini biasanya masing-masing pihak merasa dirinya benar dan menyalahkan pihak lain. Tentulah hal ini tidak akan pernah menemukan titik temu. Dibutuhkan sikap rendah hati untuk saling mendahulukan pihak lain. Dengan demikian, masing-masing pihak harus berani menanggalkan ego-nya.
Selain itu, tidak salah juga jika kita memohon bantuan dari Santo Yudas lewat doa untuk memulihkan hubungan kita yang rusak. Inilah doanya:

Jumat, 28 Agustus 2020

BENARKAH ISLAM MENGHORMATI PERBEDAAN

Gerakan radikalisme, fanatisme dan/atau bahkan ekstremisme seringkali diidentikkan dengan intoleransi. Tidak ada semangat toleransi dalam setiap gerakan radikalisme (ekstremisme). Gerakan ini selalu melihat kelompoknya yang baik dan benar sedangkan kelompok lain salah dan tidak baik sehingga harus disingkirkan bahkan dimusnahkan. Dengan kata lain, semangat yang diusung oleh gerakan radikal adalah semangat menghapus keragaman sehingga muncul keseragaman.
Hingga saat ini islam selalu dikaitkan dengan kelompok radikal. Ada begitu banyak kelompok islam yang terkenal fanatik, radikal dan ekstrem bahkan cenderung menjadi teroris. Dan semua itu dilandaskan pada ajaran agamanya, yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Hadis. Karena dikaitkan dengan kelompok atau gerakan ini maka islam dikatakan juga sebagai agama yang intoleran. Tidak ada semangat toleransi dalam islam.
Tidak sedikit umat islam menolak klaim tersebut. Mereka selalu mengatakan bahwa islam adalah agama toleran, yang menghargai perbedaan. Sering islam moderat menyangkal kalau Allah SWT hanya menghendaki islam saja. Biasanya mereka mendasarkan argumennya pada surah an-Nahl: 93, yang sayangnya hanya dikutip sebagian saja, alias tidak utuh. Mereka mengatakan, “Jika Allah menghendaki niscaya Dia menjadikan kamu satu umat (saja).” Dengan dasar ini umat islam menyatakan bahwa mereka mengakui adanya perbedaan, dan terhadap perbedaan itu islam selalu mengedepankan toleransi.
Argumentasi di atas sangatlah lemah. Setidaknya ada 2 alasan. Pertama, seperti yang telah dikatakan tadi, kalimat di atas tidak utuh dikutip. Kalimat tersebut belum diakhiri dengan titik, tetapi masih koma. Artinya, masih ada kelanjutannya. Kalimat utuhnya, sebagai wahyu Allah SWT, adalah sebagai berikut: “Jika Allah menghendaki niscaya Dia menjadikan kamu satu umat (saja), tetapi Dia menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki.” Dalam kalimat utuh ini terlihat jelas bahwa Allah memang menghendaki perbedaan, akan tetapi Allah juga yang menentukan mana yang disesatkan dan mana yang diselamatkan. Hal ini kemudian ditafsirkan bahwa yang disesatkan adalah golongan kafir, dan yang diberi petunjuk adalah umat islam. Karena itulah, sejalan dengan surah al-Anfal, orang kafir akan dimusnahkan sampai ke akar-akarnya, dan tempat mereka adalah neraka (bdk. QS al-Baqarah: 24 dan QS al-Maidah: 10).