Rabu, 09 Januari 2019

PAUS FRANSISKUS: DOA AKAN MEMBUAT KITA TAHU SIAPA ALLAH SEBENARNYA


Orang-orang Kristen tidak lebih baik daripada orang lain, tetapi mereka tahu bahwa Tuhan adalah ayah mereka dan mereka dipanggil untuk memancarkan sinar kebaikan-Nya di dunia ini yang haus akan kebaikan, yang haus akan kabar baik,” ungkap Paus Fransiskus dalam audensi umum pertamanya di tahun 2019.
Homili Paus Fransiskus kali ini adalah lanjutan dari serangkaian kotbah tentang Doa Bapa Kami. Beliau juga menyambut seniman dari CirCuba, sirkus nasional Kuba, yang tampil di Roma selama liburan Natal dan Tahun Baru. Salah satu pemain meminta Paus Fransiskus yang dengan senang hati membantunya dalam aksinya dengan menyeimbangkan bola berputar di jarinya. Di akhir audensi pada 2 Januari, Paus Fransiskus memuji para pemain sirkus atas kerja keras mereka dan cara mereka mengangkat semangat orang-orang dengan pertunjukan mereka.
Inti dari kotbah audensi Paus Fransiskus adalah penjelasan tentang bagaimana Injil Matius menyajikan Doa Bapa Kami sebagai bagian dari kotbah Yesus di Bukit, yang juga mencakup Delapan Sabda Bahagia. Dengan menyampaikan sabda bahagia, Yesus menegaskan berkat dan kebahagiaan dari “sejumlah kategori manusia, baik pada masa Yesus maupun sekarang, tidak dihargai.”
“Berbahagialah orang miskin, lemah lembut, penyayang, rendah hati. Ini adalah revolusi Injil! Dimana Injil berada, di situ ada revolusi karena Injil tidak membiarkan segala sesuatu sebagaimana adanya,” papar Paus Fransiskus. Dengan ucapan bahagia itu, lanjut Paus Fransiskus, Yesus memberi tahu orang-orang bahwa mereka yang dalam hatinya membawa misteri Allah yang mengungkapkan kemahakuasaan-Nya dalam cinta dan pengampunan adalah mereka yang paling dekat untuk memahami Dia.

Senin, 07 Januari 2019

PAUS FRANSISKUS: MARIA ADALAH TELADAN UNTUK DUNIA YANG LEBIH BAIK


Tahun baru merupakan kesempatan untuk memulai sesuatu yang baru, momentum untuk mengingat bahwa semua orang adalah saudara dan saudari, dan merupakan waktu untuk merayakan Tuhan yang hadir dalam rupa manusia, demikian ungkap Paus Fransiskus. Pesta St. Maria Bunda Allah yang dirayakan pada 1 Januari adalah waktu untuk mengingat cinta dan kasih seorang ibu, yang membuat hidup ini nyaman untuk dinikmati, ujar Paus Fransiskus dalam kotbah saat misa di Basilika St. Petrus, Vatikan.
Pada 1 Januari Gereja juga merayakan Hari Perdamaian Dunia. Kepada ribuan orang yang hadir, Paus Fransiskus mengatakan bahwa saat Bunda Maria menunjukkan puteranya kepada dunia, ia berkata, “Dia menjadi berkat bagi setiap orang dan seluruh keluarga manusia. Dia adalah sumber rahmat, belaskasih dan perdamaian.”
Paus Fransiskus memilih tema Hari Perdamaian Dunia tahun ini ‘Politik yang baik menciptakan perdamaian’. Paus Fransiskus berkata, “Kita tidak boleh berpikir politik hanya untuk mereka yang berkuasa. Kita semua bertanggungjawab bagi kehidupan komunitas, kebaikan bersama dan politik itu baik jika setiap orang melakukan bagiannya untuk melayani perdamaian.”
Setelah menyalami ratusan orang yang ikut serta dalam parade perdamaian, sambil membawa plakat nama-nama negara yang menderita karena kekerasan, Paus Fransiskus menyampaikan doa. “Melalui perantaraan Bunda Maria, semoga Allah menjadikan kita alat perdamaian, dan ini dimulai di rumah, dalam keluarga, selama hari-hari sepanjang tahun yang akan datang,” papar Paus Fransiskus.

PAUS FRANSISKUS: MASA PENDERITAAN ADALAH ANUGERAH DARI TUHAN


Tuhan mengirim penghiburan kepada mereka yang membutuhkan penghiburan, bahkan ketika mereka menghadapi kematian, demikian ungkap Paus Fransiskus. Sama seperti para martir Kristen awal, yang bernyanyi ketika mereka berbaris menuju kematian mereka di Colosseum, para martir sekarang masih memberikan kesaksian yang sama tentang sukacita yang sama di tengah-tengah penderitaan, kata Paus Fransiskus dalam homilinya dalam misa pagi di Domus Sancta Martha, 11 Desember 2018.
“Saya ingat pekerja Koptik yang baik yang dibantai di pantai Libya. Mereka meninggal dan berseru ‘Yesus, Yesus!’ Ada hiburan, sukacita di saat kematian,” ungkap Paus Fransiskus
Dalam homilinya, Paus Fransiskus merefleksikan bacaan hari itu dari nabi Yesaya, dimana Allah mengirimkan utusan-Nya untuk memberi penghiburan kepada umat-Nya dan berbicara dengan lembut kepada Yerusalem. Kelembutan itu, jelas Paus Fransiskus, adalah bahasa yang tidak diketahui oleh para nabi akhir zaman.
“Itu adalah sebuah kata yang menghapus semua keburukan yang menjauhkan kita dari Tuhan: sifat buruk para imam, sifat buruk beberapa orang Kristen yang tidak mau berbuat sesuatu, yang suam-suam kuku. Mereka takut kelembutan,” kata Paus Fransiskus.
Namun, kelembutan adalah cara paling tepat yang Tuhan gunakan untuk menghibur umat-Nya, seperti seorang gembala yang memanggul seekor domba atau seorang ibu yang menghibur anaknya, pungkas Paus Fransiskus.
Paus Fransiskus menyerukan kepada umat kristiani untuk mempersiapkan natal dengan berdoa memohon penghiburan Tuhan, terutama pada masa penderitaan, “karena itu adalah hadiah dari Tuhan.” Tuhan, papar Paus Fransiskus, “ada di depan pintu. Dia mengetuk agar kita bisa membuka hati kita dan membiarkan diri kita terhibur dan merasa damai. Dan dia melakukannya dengan lembut: dia mengetuk dengan belaian.”