Tuhan
mengirim penghiburan kepada mereka yang membutuhkan penghiburan, bahkan ketika
mereka menghadapi kematian, demikian ungkap Paus Fransiskus. Sama seperti para
martir Kristen awal, yang bernyanyi ketika mereka berbaris menuju kematian
mereka di Colosseum, para martir sekarang masih memberikan kesaksian yang sama
tentang sukacita yang sama di tengah-tengah penderitaan, kata Paus Fransiskus
dalam homilinya dalam misa pagi di Domus Sancta Martha, 11 Desember 2018.
“Saya
ingat pekerja Koptik yang baik yang dibantai di pantai Libya. Mereka meninggal
dan berseru ‘Yesus, Yesus!’ Ada
hiburan, sukacita di saat kematian,” ungkap Paus Fransiskus
Dalam
homilinya, Paus Fransiskus merefleksikan bacaan hari itu dari nabi Yesaya,
dimana Allah mengirimkan utusan-Nya untuk memberi penghiburan kepada umat-Nya
dan berbicara dengan lembut kepada Yerusalem. Kelembutan itu, jelas Paus
Fransiskus, adalah bahasa yang tidak diketahui oleh para nabi akhir zaman.
“Itu
adalah sebuah kata yang menghapus semua keburukan yang menjauhkan kita dari
Tuhan: sifat buruk para imam, sifat buruk beberapa orang Kristen yang tidak mau
berbuat sesuatu, yang suam-suam kuku. Mereka takut kelembutan,” kata Paus
Fransiskus.
Namun,
kelembutan adalah cara paling tepat yang Tuhan gunakan untuk menghibur
umat-Nya, seperti seorang gembala yang memanggul seekor domba atau seorang ibu
yang menghibur anaknya, pungkas Paus Fransiskus.
Paus
Fransiskus menyerukan kepada umat kristiani untuk mempersiapkan natal dengan
berdoa memohon penghiburan Tuhan, terutama pada masa penderitaan, “karena itu
adalah hadiah dari Tuhan.” Tuhan, papar Paus Fransiskus, “ada di depan pintu. Dia
mengetuk agar kita bisa membuka hati kita dan membiarkan diri kita terhibur dan
merasa damai. Dan dia melakukannya dengan lembut: dia mengetuk dengan belaian.”
sumber:
UCAN Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar