Senin, 28 Mei 2018

BELAJAR DARI KELUARGA KUDUS – 2


Minggu lalu kita sudah melihat 3 teladan dari keluarga kudus untuk keluarga-keluarga katolik. Ketiga teladan itu adalah kesediaan untuk mendengarkan, perhatian serta menjaga dan melindungi. Sekarang kita akan melihat teladan lainnya.
Dalam Lukas 2: 22 – 40 terdapat begitu banyak teladan dari keluarga kudus. Menghantar anak kepada Allah. Yosef dan Maria bersama-sama membawa Yesus yang masih bayi ke Bait Allah. Mereka tidak pergi sendiri-sendiri, tapi bersama. Di sini terungkap juga teladan lain, yaitu taat pada perintah Tuhan; mempersembahkan Yesus sesuai perintah Allah. Pada ayat 40 tersirat teladan Yosef dan Maria terhadap Yesus, yakni mendidik, merawat dan menjaga. Teladan inilah yang membuat Yesus “bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat dan kasih karunia Allah ada pada-Nya.”
Ada bersama. Sikap ada bersama sepertinya begitu mewarnai kehidupan keluarga kudus. Yosef selalu berada bersama Maria sejak hamil. Ketika menghadapi ancaman, Yosef juga ada bersama keluarganya. Saat Yesus tidak ada bersama waktu pulang dari Bait Allah, Yosef ada bersama Maria mencari anak mereka. Mereka tidak saling lempar kesalahan. Bahkan, ketika Yesus memanggul salib ke Golgota dan kala tergantung di salib, Maria ada bersama Dia (Yosef sudah meninggal terlebih dahulu).
Berserah diri. Keluarga kudus adalah keluarga yang penuh bersyukur. Apapun yang terjadi, mereka berserah diri kepada kehendak Allah. Sikap ini terungkap dalam spiritualitas Maria, “Aku ini hamba Tuhan, jadilah padaku menurut kehendak-Mu”. Buah jatuh tak jauh dari pohonnya, sikap ini juga tampak dalam diri Yesus (Mrk 14: 36).
Demikianlah beberapa teladan keluarga kudus yang dapat diterapkan dalam keluarga-keluarga katolik. Masih ada banyak teladan keluarga kudus, yang ada dalam Kitab Suci. Dengan membaca Injil, umat dapat menemukan teladan lainnya.
by: adrian

Jumat, 25 Mei 2018

MUNGKINKAH TERORISME DIBASMI SAMPAI KE AKAR-AKARNYA?

Kamus Besar Bahasa Indonesia Online mendefinisikan terorisme sebagai penggunaan kekerasan untuk menimbulkan ketakutan dalam usaha mencapai tujuan. Sedangkan Wikipedia mengartikan terorisme sebagai serangan-serangan terkoordinasi yang bertujuan membangkitkan perasaan teror terhadap sekelompok masyarakat. Berbeda dengan perang, terorisme tidak tunduk pada tata aturan perang.
Untuk saat ini, terorisme selalu dikaitkan dengan perjuangan dengan kekerasan untuk mencapai cita-cita yang didasarkan pada ajaran agama. Sepertinya hanya agama islam selalu dikaitkan dengan tindakan terorisme, bukan cuma karena semua pelaku teror beragama islam tetapi juga karena ajaran agamanya. Para pelaku teror ini mendasarkan tindakannya pada ajaran agama.
Tentulah semua negara tidak menghendaki adanya teroris di negaranya. Bangsa Indonesia, ketika dilanda badai teroris, berusaha untuk melawan terorisme. Ada tekad untuk memberantas terorisme ini hingga ke akar-akarnya. Dengan kata lain, terorisme akan ditumpas hingga tuntas. Perlu diketahui bahwa terorisme yang kini melanda Indonesia adalah terorisme yang mengatas-namakan agama, yaitu agama islam. Jadi, bila dikatakan terorisme, maka selalu merujuk pada islam radikal.
Menjadi pertanyaan, mungkinkah terorisme ditumpas sampai ke akar-akarnya?
Sebelum menjawab pertanyaan tersebut di atas, ada baiknya diketahui terlebih dahulu apa yang menjadi sumber ideologi terorisme tersebut. Dalam islam aksi terorisme dapat dipahami atau sedikit disamakan dengan konsep jihad. Memang konsep jihad ini akan berbeda-beda pemahamannya antara islam moderat dan islam radikal. Kita tak perlu masuk dalam perdebatan ini. Yang penting kita tahu bahwa ada kecocokan antara jihad dan terorisme, dalam kacamata islam radikal.
Nah, dari mana sumber ajaran jihad yang bisa dijadikan ideologi terorisme itu? Jawabannya singkat: Al-Qur’an. Dalam Kitab suci umat islam ini terdapat ajaran bagi umat islam untuk melaksanakan jihad. Berikut ini beberapa surah jihad atau dikenal juga sebagai ayat-ayat pedang, yang selalu dijadikan dasar aksi terorisme (kutipan al-qur’an diambil dari dudung net).