Sabtu, 17 September 2016

Orang Kudus 17 September: St. Hildegardis

SANTA HILDEGARDIS, PENGAKU IMAN & PUJANGGA GEREJA
Hildegardis lahir pada sekitar tahun 1098 di Bockelheim, Jerman. Ia adalah puteri dari Hildebert, seorang prajurit, dan Mathilda, yang merupakan keturunan bangsawan. Hildegardis sejak kecil sudah dipersembahkan kepada Gereja dan ditempatkan pada sebuah biara Benediktin untuk belajar. Ia diajar oleh Jutta dan mampu membaca dan menyanyikan mazmur dalam bahasa Latin, namun ia tidak mampu menulis. Selain itu Hildegardis juga diberikan oleh Tuhan karunia penglihatan sejak muda.
Hildegardis kemudian menjadi biarawati Benediktin. Setelah kematian Jutta, pada tahun 1136, Hildegardis menggantikannya sebagai superior. Banyak aspiran yang mendaftar pada masa kepemimpinannya. Hildegardis memutuskan untuk pindah ke tempat lain, yaitu Rupertburg, dekat Bingen. Dalam penglihatannya, Tuhan meminta Hildegardis untuk menyebarkan.pesan-pesan yang disampaikan Tuhan kepadanya.
Setelah berkonsultasi dengan Bapa Pengakuannya, Hildegardis menuliskan pesan-pesan yang ia peroleh melalui penglihatan dibantu oleh seorang biarawan dan juga biarawati lainnya. Setelah itu tulisan itu diberikan kepada Uskup Mainz, Mgr, Henry, dan mendapat pengakuan sebagai karya yang berasal dari Allah. Tidak sampai di situ, karya itu kemudian juga diberikan kepada Paus Eugenius III. Setelah dilakukan penelituan, karya ini diberi imprimatur, dan dikenal dengan judul Scivias.
Sejak saat itu Hildegardis dikenal banyak orang, dan biaranya sering dikunjungi, baik oleh para bangsawan maupun para uskup, termasuk Elisabeth dari Schonau. Selain Scivias, Hildegardis juga menulis banyak karya lain terutama dalam bidang musik dan puisi. Pada tahun 1165 Hildegardis mendirikan biara di Eibingen. Ketika skisma Gereja Barat dan Timur terjadi, Hildegardis juga membantu umat yang kebingungan, dan melakukan perlawanan terhadap sekte kathari.
Di akhir masa hidupnya Hildegardis mendapat masalah terkait pemakaman seorang yang terekskomunikasi pada biaranya. Otoritas Gereja di Mainz memintanya untuk menyingkirkan jazad orang itu, tetapi Hildegardis menolaknya dengan alasan bahwa orang itu bertobat di akhir hidupnya. Atas keputusannya biara Hildegardis mendapat hukuman interdik, yang juga diakui Uskup Mainz. Hildegardis berhasil membuat hukuman itu dicabut sebelum ia meninggal.
Hildegardis Bingen meninggal dunia pada 17 September 1179 di Rupertburg, Jerman. Banyak mukjizat terjadi melalui perantaraannya, dan namanya masuk dalam martyrologium Romanum, walau pun Hildegardis tidak pernah dikanonisasi secara resmi. Pada 10 Mei 2012 ia dikanonisasi secara resmi oleh Paus Benediktus XVI, dan pada 7 Oktober 2012 Hildegardis dinyatakan sebagai Pujangga Gereja.
Baca juga orang kudus hari ini:

Orang Kudus 17 September: St. Martinus Hinojosa

SANTO MARTINUS HINOJOSA, PENGAKU IMAN
Martinus lahir pada sekitar tahun 1140 di Sotoca de Tajo, Castilla, Spanyol. Ia adalah putera dari Miguel Munoz de Hinojosa, seorang bangsawan. Untuk menjawab panggilan Tuhan, Martinus memutuskan bergabung dengan Ordo Sistersian di Biara Cantavos. Hal ini terjadi ketika ia berusia sekitar 20 tahun,
Beberapa tahun setelah berada di Ordo Sistersian, Martinus ditunjuk sebagai abbas biara sampai dengan ia ditunjuk menjadi Uskup Siguenza pada sekitar tahun 1186. Pada tahun 1192 Martinus mengundurkan diri dari jabatannya sebagai uskup untuk dapat kembali hidup membiara. Martinus diyakini juga mendirikan biara di Huerta.
Martinus Hinojosa meninggal dunia pada 16 September 1213 di Sotoca, Spanyol. Jenazahnya dimakamkan di biara St. Maria de Huerta.
Baca juga orang kudus hari ini:

Jumat, 16 September 2016

Orang Kudus 16 September: St. Siprianus

SANTO SIPRIANUS, USKUP & MARTIR
Siprianus lahir pada sekitar tahun 200 di Kartago, Tunisia. Ia adalah putera seorang senator kaya penganut paganisme. Di masa mudanya, Siprianus belajar retorika. Ia mencoba mengenal iman Kristen melalui Tertulianus dan terus mencari kebenaran. Siprianus kemudian menemukan kebenaran dalam iman Kristen melalui bimbingan seorang imam, Caecilius dari Kartago.
Sekitar tahun 246 Siprianus dibaptis. Tak lama kemudian ia ditahbiskan menjadi imam. Siprianus kemudian menjual hartanya dan membagikannya kepada orang-orang yang membutuhkannya. Ketika Uskup Kartago, Donatus, meninggal dunia, Siprianus ditunjuk sebagai uskup menggantikannya. Hal ini terjadi pada tahun 248.
Pada tahun 250 muncul penganiayaan terhadap umat Kristen oleh Kaisar Decian. Siprianus terpaksa melarikan diri karena nyawanya terancam. Ia menyerahkan tugas-tugasnya sebagai uskup kepada beberapa imam. Pada saat ditinggal oleh Siprianus, masalah juga muncul terkait Felicissimus, seorang diakon, yang kemudian diekskomunikasi bersama pengikutnya oleh Siprianus.
Dalam pelariannya Siprianus tetap memberikan penguatan kepada umatnya dan menjual harta Gereja untuk membantu umatnya. Dampak dari penganiayaan ini, ada banyak umat awam dan rohaniwan yang berapostasi. Siprianus memilih untuk memberikan pengampunan kepada mereka setelah melalui penyelidikan dan juga melakukan penitensi. Walau mendapat dukungan, ada juga kelompok yang menentang tindakan Siprianus.
Hal ini juga berlanjut ketika Paus Kornelius terpilih dan muncul antipaus Novatianus. Novatianus mengajarkan ajaran sesat Novatianisme yang mengajarkan mereka yang berapostasi tidak dapat diterima kembali menjadi Kristen. Siprianus mendukung Paus dan melawan antipaus Novatianus dan juga pengikut-pengikutnya.
Perbedaan pendapat juga dialami Siprianus dengan Paus Stefanus I, terkait dengan pembaptisan kembali orang-orang yang telah dibaptis oleh penganut ajaran sesat. Siprianus mengikuti tradisi yang telah berlangsung di Afrika sejak masa Tertulianus, dimana pada masa itu banyak berkembang ajaran sesat yang tidak mengakui dogma Tritunggal Mahakudus, sehingga forma pembaptisan menjadi tidak sah. Diyakini juga masalah ini terjadi karena masalah komunikasi. Siprianus juga membuat banyak tulisan, di antaranya ia menyerukan persatuan umat Kristen.
Pada masa Kekaisaran Valerian terjadi kembali penganiayaan terhadap umat kristen. Siprianus ditangkap dan diinterogasi. Tahun 257 Siprianus diasingkan ke Curubis. Ia ditemani dengan setia oleh diakonnya, Pontius, yang juga menuliskan kisah hidupnya. Siprianus kemudian dibawa kembali ke Kartago untuk diadili dan akhirnya dijatuhi hukuman mati. Siprianus meninggal dunia sebagai martir pada 14 September 258 di Kartago, Tunisia.
Baca juga orang kudus hari ini: