Selasa, 08 September 2015

Ziarah ke Israel #17

NATIVITY CHURCH
Perjalanan ziarah hari keempat ini berakhir di Gereja Kelahiran (Nativity Church). Di tempat inilah dulu Tuhan Yesus dilahirkan. Gereja ini dijaga oleh pihak keamanan Palestina.
Gereja ini tidak hanya tempat ziarah umat Kristen saja. Umat islam pun sering berziarah ke tempat ini dan berdoa di sana.

Renungan Pesta Kelahiran Santa Perawan Maria

Pesta Kelahiran SP Maria
Bac I  Rom 8: 28 – 30; Injil                 Mat1: 1 – 16, 18 – 23;

Hari ini Gereja Semesta mengajak kita untuk bergembira merayakan pesta kelahiran Santa Perawan Maria. Bacaan-bacaan liturgi hari ini sama sekali tidak ada kaitannya dengan peristiwa kelahiran Bunda Maria. Bahkan dapat dikatakan bahwa kelahiran Bunda Maria tidak terdapat dalam Kitab Suci, baik itu Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Pesta ini didedikasikan untuk menghormati Bunda Maria, karena dari dirinyalah rencana keselamatan Allah terlaksana. Hal ini terlihat dalam Injil hari ini. Diawali dengan silsilah Tuhan Yesus dan kemudian dikisahkan sepenggal kisah tentang Maria.
Bacaan pertama, yang diambil dari Surat Paulus kepada Jemaat di Roma, sama sekali tidak menyingung Bunda Maria. Akan tetapi, dapat dikaitkan dengannya. Dalam suratnya itu, Paulus mengatakan bahwa Allah melaksanakan rencana keselamatan-Nya dalam segala sesuatu (ay. 28). Dan ternyata Allah juga menggunakan manusia untuk mewujudkan rencana-Nya. Karena itu, Paulus mengatakan, “Semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya.” (ay. 29). Dapatlah dikatakan bahwa di sinilah peran Bunda Maria terlihat.
Dengan merayakan pesta kelahiran Bunda Maria, kita diajak Gereja untuk menghormati Maria. Melalui sabda-Nya, Tuhan menyadarkan kita bahwa ternyata Tuhan menggunakan manusia untuk mewujudkan rencana keselamatan-Nya. Hal ini hendaknya menyadarkan kita bahwa kita pun dapat berguna bagi perwujudan rencana Allah itu. Tuhan memanggil kita untuk ambil bagian dalam karya keselamatan-Nya. Untuk itu, seperti kata Paulus dalam bacaan pertama, hendaklah kita juga menjadi serupa dengan gambaran Kristus.***
by: adrian

Senin, 07 September 2015

(Pencerahan) Jangan Menilai dari Perkataan Saja

ANTARA KATA DAN PERBUATAN
Sangat menarik menyaksikan film American Psycho, yang diperankan oleh Christian Bale sebagai Patrick Bateman. Patrick adalah lajang yang berprofesi sebagai akuntan publik. Tinggal di sebuah apartemen berkelas. Penampilan sangat menarik, macho namun selalu memperhatikan perawatan tubuh, tak jauh beda seperti wanita. Dari aspek fisik lahiriah, ia adalah idola kaum perempuan.
Kata-katanya pun memikat. Dalam salah satu adegan, ketika sedang makan-makan di restoran, ditampilkan satu sisi positif dari Patrick. Ketika teman-temannya mengajak membahas tentang masalah Sri Langka, Patrick  menyinggung persoalan-persoalan yang ada di depan mata mereka. Intinya, Patrick mengajak teman-temannya untuk memiliki sikap peduli akan nasib sesama yang ada di sekitar mereka sebelum disibukkan dengan orang nun jauh di sana.
Tentulah ketika mendengar perkataannya itu, orang akan menilai Patrick itu orang baik. Tapi, tak disangka dia adalah aktor utama American Psycho itu. Dialah pelaku berbagai pembunuhan. Sungguh di luar dugaan. Orang yang berpenampilan menarik, kata-kata bijak bestari ternyata seorang pembunuh berdarah dingin.
Di sini kita disadarkan untuk tidak terlalu percaya pada kata-kata yang diucapkan dalam menilai orang. Untuk menilai seseorang, apakah ia baik atau tidak, jangan hanya dilihat dari penampilan dan kata-katanya. Lihatlah juga dari perbuatannya.
Tuhan Yesus sudah pernah mengatakan hal ini, ketika Ia menasehati orang untuk hati-hati terhadap tokoh-tokoh agama (Mat 7: 15 – 20). “Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka.” (ay. 20). Atau pada kesempatan lain lagi, Tuhan Yesus berkata, “Jikalau suatu pohon kamu katakan baik, maka baik pula buahnya; jikalau suatu pohon kamu katakan tidak baik, maka tidak baik pula buahnya. Sebab dari buahnya pohon itu dikenal.” (Mat 12: 33).