Senin, 14 Februari 2022

CARA MENGENAL KARAKTER DIRI SENDIRI

Berikut ini adalah tes psikologi sederhana untuk mengetahui karakter kepribadian kita. Salah satu syarat untuk bisa mengetahuinya adalah kejujuran. Hendaklah mengisi tes ini dengan jujur. Yang mengetahui diri kita adalah kita sendiri. Oleh karena itu, kejujuran mengenal diri sendiri akan membantu kita mengenal karakter kepribadian kita.

Sebelum memulai tes ini, perhatikan dahulu petunjuk ini. Nanti Anda akan memberi jawaban dengan angka, antara 1 – 4. Hanya satu angka saja. Angka 1 untuk gambaran yang paling tidak mendekati diri Anda; angka 2 untuk yang mendekati gambaran diri Anda; angka 3 mendekati gambaran diri Anda; dan angka 4 untuk gambaran yang sangat mendekati diri Anda. Secara sederhana bisa digambarkan sebagai berikut:

1 untuk “paling tidak pas”

2 untuk “sedikit pas”

3 untuk “pas”

4 untuk “sangat pas”

Setiap nomor memiliki 4 pertanyaan (a – d). Pada setiap pertanyaan itu, Anda dipersilahkan memberikan poin (1 – 4) yang sesuai dengan diri Anda. Misalnya, no. 1. a = 3         b = 1       c = 4       d = 3; no. 2. a = 2        b = 2        c = 4         d = 1; dst hingga no. 8.

Demikianlah petunjukkan. Jika Anda sudah paham dan siap memulai, maka silahkan kerjakan soal di bawah ini:

Minggu, 13 Februari 2022

STUDI AL-QUR'AN: PERBANDINGAN AYAT CINTA DAN AYAT PERANG

Umat non muslim sering disodorkan slogan indah nan menarik tentang islam: rahmatan lil alamin. Seperti bunyi iklan suatu produk, kerap antara kata dan kenyataan jauh panggang dari api. Dengan kata lain,  isi produk tidak sesuai dengan bunyi iklannya. Begitulah dengan islam. Video berikut ini memaparkan perbandingan ayat-ayat cinta dan ayat-ayat perang dalam Al-Qur'an. Dari perbandingan tersebut kita bisa menilai seperti apa islam itu. Langsung saja tonton videonya. Jika tak bisa diputar, coba klik di sini.



Sabtu, 12 Februari 2022

Renungan Hari Minggu Biasa VI – C

 Renungan Hari Minggu Biasa VI, Thn C

Bac I  Yer 17: 5 – 8; Bac II        1Kor 15: 12, 16 – 20;

Injil    Lukas 6: 17, 20 – 26;

Dalam bacaan Injil hari ini Yesus menyampaikan sabda bahagia dan sabda celaka. Mulai ayat 20 – 23, Yesus menyampaikan sabda bahagia, sedangkan dalam 3 ayat berikutnya merupakan sabda celaka. Jika direfleksikan kedua sabda ini, pesan yang mau disampaikan adalah orang yang berbahagia adalah orang yang mengandalkan Tuhan, sedangkan yang celaka adalah orang yang mengandalkan diri sendiri. Secara eksplisit Yesus memberi contoh untuk orang yang berbahagia, yaitu para nabi (ay. 23). Para nabi adalah mereka yang selalu mengandalkan hidupnya pada penyelenggaraan ilahi. Mereka percaya pada belas kasih Allah. Untuk contoh orang yang celaka adalah nabi-nabi palsu (ay. 26). Sekalipun berstatus “nabi” tapi palsu, mereka berkarya hanya untuk kepentingan dirinya sendiri, mencari kepuasan dan mengandalkan kekuatan sendiri.

Apa yang diwartakan Yesus dalam Injil sejalan dengan warta nabi Yeremia. Dalam bacaan pertama Yeremia menyampaikan warta kutukan dan warta berkat. Jadi, sangat mirip dengan warta Yesus. Hanya beda istilah saja. Siapa yang dikutuk dan siapa yang diberkati menurut Yeremia? Sama seperti warta Yesus, Yeremia mengatakan bahwa mereka yang mengabaikan Tuhan dan mengandalkan kekuatan sendiri adalah terkutuk (ay. 5), sedangkan yang mengandalkan Tuhan dan menaruh harapan pada-Nya adalah terberkati (ay. 7).

Paulus dalam suratnya yang pertama kepada jemaat di Korintus juga mempunyai pesan yang kurang lebih sama. Dalam bacaan kedua, Paulus menekankan tentang kebenaran iman, yaitu “bahwa Kristus telah bangkit dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal.” (ay. 20). Paulus meminta jemaat untuk berpegang teguh pada kebenaran iman ini, jangan pada kebenaran palsu. Dapat dipastikan jika berpegang pada kebenaran iman, maka keselamatan menghampiri kita, tapi jika sebaliknya, maka kebinasaanlah yang datang.

Bahagia dan celaka, berkat dan kutuk atau selamat dan binasa merupakan bagian dari hidup. Jika dihadapkan pada manusia, tentulah pilihannya adalah bahagia, berkat dan selamat. Tak ada manusia suka akan celaka, kutuk dan binasa. Setiap manusia akan berusaha untuk menghindarinya. Namun, sejauh mana manusia setia berupaya mewujudkan bahagia, berkat dan selamat? Sabda Tuhan hari ini menyadarkan kita bahwa kebahagiaan, berkat dan keselamatan akan ada bila kita benar-benar mengandalkan penyelenggaraan ilahi dalam hidup. Dengan kata lain, kita tidak pernah melupakan Tuhan.