Selasa, 08 Desember 2020

MENGENAL SELAYANG PANDANG ARIANISME


Istilah ‘Arianisme’ diambil dari nama seorang imam (presbiter) yang hidup dan mengajar di Aleksandria, Mesir, pada awal abad IV, yang bernama Arius. Ia berasal dari keturunan Libya. Dari sumber yang terbatas diketahui bahwa Arius pernah berguru dengan Lucianus di sekolah eksegese di Antiokia. Peran dan pengaruh Lucianus sangat besar dalam pembentukan pemikiran Arius di kemudian hari, meski ia tidak pernah dituduhkan sebagai bida’ah.

Arius hidup pada saat Gereja Timur (ortodoks) sedang menghadapi masalah kristologis. Pusatnya ada pada sosok Yesus. Ada yang mengatakan bahwa Yesus itu sungguh Allah dan sungguh manusia. namun Arius menyangkalnya. Yesus itu diciptakan (dilahirkan), jadi Dia tidak ilahi. Jadi, hanya Bapa saja yang Allah.

Sangat sulit sekarang ini untuk mendapatkan sumber tulisan Arius, karena ada banyak karya dan tulisan Arius dimusnahkan oleh otoritas Gereja, yang menjadi lawannya. Karya utama Arius pun tak luput dari pembakaran. Gambaran tentang Arius saat ini diperoleh dari pandangan para lawan Arius.

Arianisme selama beberapa dasawarsa mendominasi di kalangan keluarga Kaisar, kaum bangsawan kekaisaran dan para rohaniwan yang lebih tinggi kedudukannya. Namun pada akhirnya ajaran resmi Gereja yang menang secara teologis dan politik pada akhir abad ke-4. Sejak saat itu Trinitarianisme telah menjadi doktrin yang praktis tidak tertandingi di semua cabang utama Gereja Timur dan Barat.

Arianisme melihat bahwa Bapa dianggap sebagai "Allah sejati satu-satunya", sedangkan Yesus bukan. Arius berpandangan bahwa Yesus diciptakan oleh Allah sebagai ciptaan pertama. Dengan kata lain, dalam pandangan Arianisme Yesus merupakan puncak kemuliaan dari semua ciptaan. Yesus adalah makhluk ciptaan yang memiliki atribut illahi, namun bukanlah Allah itu sendiri.

Bagi Arius, Logos, yang adalah Yesus, dan Bapa tidak berasal dari hakikat yang sama. Logos itu makhluk ciptaan, diasalkan dari ketiadaan oleh Bapa. Oleh karena itu, bisa dikatakan bahwa ada waktu di mana Logos (Putera = Yesus) tidak ada.

Salah satu alasan Arius mengembangkan ajarannya ini adalah untuk mempertahankan ide monoteisme, Allah hanya ada satu. Melihat Yesus sebagai Allah membawa manusia jatuh kepada dualisme, yang mana hal ini bertentangan dengan pandangan Kitab Suci bahwa Allah itu esa.

diolah dari tulisan 8 tahun lalu

Senin, 07 Desember 2020

SELAMATKAN BUMI, SELAMATKAN MANUSIA


Ancaman pemanasan global sudah di depan mata, namun kebanyakan manusia masih abai. Malah ada yang menyatakan bahwa isu tersebut hanya isapan jempol semata.

Mark Lynas, dalam bukunya “Six Degrees: Our Future on a Hotter Planet”, mengungkapkan secara ilmiah dampak dari pemanasan bumi. Pernyataan dan pertanyaan dasar yang mau dijawab dalam buku ini adalah: Apabila pemanasan global terus berlanjut pada suhu tertentu maka kita akan menghadapi kepunahan. Jadi apa yang sebenarnya akan terjadi apabila bumi terus memanas?

Mark Lynas adalah seorang jurnalis dan penyiar acara lingkungan hidup asal Inggris. Ia telah melakukan perjalanan mengelilingi 5 benua selama 3 tahun untuk menyaksikan berbagai perubahan karena dampak pemanasan global. Mulai dari mencairnya tundra di Alaska, tenggelamnya pulau di Pasifik dari negara bagian dari Tuvalu dan bertambahnya dataran tandus di pedalaman Mongolia sampai pada lenyapnya lapisan es di Peru dan banjir, serta badai yang menyebabkan erosi di China. Mark Lynas secara pribadi mengumpulkan semua bukti yang dikumpulkan dalam bukunya mengenai perubahan iklim, High Tide: The Truth About Our Climate Crisis (Gelombang Besar: Kenyataan Mengenai Krisis Perubahan Iklim Kita).

Setelah itu, dalam waktu singkat Mark Lynas mempelajari lebih mendalam tentang berbagai bukti ilmiah serta rasional mengenai efek pemakaian bahan bakar fosil terhadap iklim, lingkungan, dan kehidupan di planet ini. Beliau menghabiskan waktunya beberapa bulan di perpustakaan ilmiah Radcliffe di Universitas Oxford untuk membaca ribuan buku literatur ilmiah yang telah dianalisa secara mendalam sebelum mempublikasikan buku kejutannya yang kedua, Six Degrees: Our Future on a Hotter Planet (Enam Derajat: Masa Depan Kita di Planet yang Semakin Panas); sebagai media lain untuk membangkitkan kesadaran.

Minggu, 06 Desember 2020

NABI MUHAMMAD DAN ADOLF HITLER


Tak bisa dipungkiri kalau nabi Muhammad SAW adalah sungguh teladan agung. Umat islam percaya nabi Muhammad sebagai teladan yang sempurna lantaran Allah SWT mengatakan (QS al-Ahzab: 21; QS al-Qalam: 4). Muhammad tidak hanya dipuji dan dijadikan contoh bagi umat muslim. Beberapa ahli sejarah menemukan adanya kemiripan antara nabi Muhammad dengan beberapa tokoh terkenal dunia seperti Dahmer atau Adolf Hitler. Tulisan ini mencoba memetakan kemiripan nabi Muhammad dengan tokoh Jerman yang tidak hanya dikenang oleh bangsa Jerman tetapi juga dunia, yakni Adolf Hitler.

1.    Nabi Muhammad SAW dan Islam

Nabi Muhammad berasal dari latar belakang keluarga sederhana. Ketika hidup di tanah Arab, ada kerinduan bagi orang Arab untuk memiliki identitas religious sendiri, sama seperti orang Yahudi, Kristen, Hindu, dll. Kerinduan ini dibaca oleh Muhammad; dan itulah yang dia perjuangkan. Muhammad menemui media yang suci, yakni agama, dan dia mengambil peran sebagai nabi. Bukankah hal itu juga yang dibutuhkan oleh bangsa Arab saat itu?

Maka Muhammad mati-matian memulai kampanye propaganda yang penuh kelicikan guna menina-bobokan para pengikutnya. Jika dibandingkan antara surah-surah yang diturun di Mekkah (surah Makkiyah) dan di Madinah (surah Madaniyah), maka terlihat jelas bahwa surah Makkiyah jauh lebih banyak daripada surah Madaniyah. Ini membuktikan bahwa Muhammad membutuhkan banyak wahyu untuk menyakinkan “programnya”, yaitu bahwa dirinya adalah nabi utusan Allah; bahwa apa yang disampaikannya sungguh berasal dari Allah; bahwa bangsa Arab memang sungguh istimewa. Dengan manipulasi licik, retorika yang meyakinkan dan dengan sugesti agama, Muhammad akhirnya sampai ke suatu posisi otoritas dan kekuasaan mutlak.

Akhirnya Muhammad mengungkapkan suatu “rencana ilahi” dengan membersihkan Arab dari orang-orang yang tidak sepaham dengannya. Dia menyebut mereka dengan sebutan kafir; dan untuk mendukung ini maka diturunkannya wahyu Allah yang memerintahkan pemusnahan orang kafir sampai ke akar-akarnya (QS al-Anfal: 7). Pertama-tama Muhammad membersihkan kabah dari patung-patung yang sudah ada jauh sebelum dirinya lahir, karena kabah telah ditetapkan sebagai makam Ibrahim (QS al-Baqarah: 125). Orang Yahudi dan Kristen yang sudah ada sebelumnya pun, yang juga mengakui Ibrahim (mereka menyebutnya Abraham), tak pernah melihat kabah sebagai makam Abraham. Terlihat jelas Muhammad sangat anti dengan orang Yahudi. Muhammad percaya problem yang dialami umat manusia akan bisa dihilangkan dengan membunuh atau membinasakan orang Yahudi. Muhammad menggunakan bangsa Yahudi sebagai kambing hitam (bdk. QS al-Maidah: 64 dan 67). Muhammad percaya bahwa dengan berhasilnya misinya dan dengan menundukkan dunia di bawah pedangnya, maka damai akan terwujud.