Istilah ‘Arianisme’ diambil dari nama seorang imam (presbiter) yang hidup dan mengajar di Aleksandria, Mesir, pada awal abad IV, yang bernama Arius. Ia berasal dari keturunan Libya. Dari sumber yang terbatas diketahui bahwa Arius pernah berguru dengan Lucianus di sekolah eksegese di Antiokia. Peran dan pengaruh Lucianus sangat besar dalam pembentukan pemikiran Arius di kemudian hari, meski ia tidak pernah dituduhkan sebagai bida’ah.
Arius hidup pada saat Gereja Timur
(ortodoks) sedang menghadapi masalah kristologis. Pusatnya ada pada sosok
Yesus. Ada yang mengatakan bahwa Yesus itu sungguh Allah dan sungguh manusia.
namun Arius menyangkalnya. Yesus itu diciptakan (dilahirkan), jadi Dia tidak
ilahi. Jadi, hanya Bapa saja yang Allah.
Sangat sulit sekarang ini untuk
mendapatkan sumber tulisan Arius, karena ada banyak karya dan tulisan Arius
dimusnahkan oleh otoritas Gereja, yang menjadi lawannya. Karya utama Arius pun
tak luput dari pembakaran. Gambaran tentang Arius saat ini diperoleh dari
pandangan para lawan Arius.
Arianisme selama beberapa dasawarsa
mendominasi di kalangan keluarga Kaisar, kaum bangsawan kekaisaran dan para
rohaniwan yang lebih tinggi kedudukannya. Namun pada akhirnya ajaran resmi
Gereja yang menang secara teologis dan politik pada akhir abad ke-4. Sejak saat
itu Trinitarianisme telah menjadi doktrin yang praktis tidak tertandingi di
semua cabang utama Gereja Timur dan Barat.
Arianisme melihat bahwa Bapa dianggap
sebagai "Allah sejati satu-satunya", sedangkan Yesus
bukan. Arius berpandangan bahwa Yesus diciptakan oleh Allah sebagai
ciptaan pertama. Dengan kata lain, dalam pandangan Arianisme Yesus merupakan
puncak kemuliaan dari semua ciptaan. Yesus adalah makhluk ciptaan yang memiliki
atribut illahi, namun bukanlah Allah itu sendiri.
Bagi Arius, Logos, yang adalah
Yesus, dan Bapa tidak berasal dari hakikat yang sama. Logos itu
makhluk ciptaan, diasalkan dari ketiadaan oleh Bapa. Oleh karena itu, bisa
dikatakan bahwa ada waktu di mana Logos (Putera = Yesus) tidak
ada.
Salah satu alasan Arius mengembangkan
ajarannya ini adalah untuk mempertahankan ide monoteisme, Allah hanya ada satu.
Melihat Yesus sebagai Allah membawa manusia jatuh kepada dualisme, yang mana
hal ini bertentangan dengan pandangan Kitab Suci bahwa Allah itu esa.
diolah dari tulisan 8 tahun lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar