Rabu, 14 September 2016

Bahan Pelajaran Agama Katolik SMA/K XII, Bab 2 sub B

DIALOG ANTARUMAT BERAGAMA & BERKEPERCAYAAN
Dalam membangun persaudaraan antarumat beragama dan berkepercayaan, membangun toleransi dan mengembangkan inklusifitas sangat diperlukan. Sikap toleransi harus mengarah kepada keberanian dan keterbukaan untuk memahami agama dan kepercayaan lain melalui dialog, bukan dengan memakai asumsi-asumsi subyektif.
Dialog berarti berbicara satu sama lain, bercakap-cakap dan bertukar pikiran. Dialog antarumat beragama amat penting namun peka sekali. Karena itu, dibutuhkan keterbukaan dan pengertian. Ada beberapa makna dan bentuk dialog:
(1) Dialog antarumat beragama dapat mendiring orang untuk lebih memahami agamanya secara tepat dan jernih
(2) Dialog antarumat beragama menuntut orang mendengarkan, mempertimbangkan dan mau menghormati pandangan pihak lain
(3) Dialog antarumat beragama bukan bermaksud mempertobatkan pihak lain ke dalam kepercayaan lain
Wujud dialog dapat terlihat seperti:
a)   Dialog kehidupan: interaksi dengan anggota masyarakat agama lain dalam aneka kegiatan
b)   Dialog formal: interaksi dengan orang dari agama lain dalam pertemuan atau rapat formal
c)   Dialog teologis: interaksi dengan orang dari agama lain untuk menemukan kejelasan masalah keagamaan atau iman kepercayaan
d)   Dialog doa: kegiatan doa bersama dengan orang dari agama lain
Keempat wujud dialog ini dapat dibedakan, tapi tak bisa dipisahkan. Dialog hendaknya ditingkatkan dalam bentuk kerja sama nyata.
1.    Pengalaman Berdialog Antarumat Beragama
Dialog antarumat beragama masih merupakan pro dan kontra. Ada yang menerima, ada pula yang menolak.
Ada beberapa tujuan diadakannya dialog. Pertama, memberikan solusi terhadap persoalan yang sedang terjadi dalam kehidupan. Kedua, menemukan kesamaan agar tumbuh kebersamaan.
2.    Hambatan dalam Membangun Dialog Antarumat Beragama

Selasa, 13 September 2016

MENGENAL DARI PERBUATANNYA

Manusia adalah makhluk sosial. Kesosialan membuat manusia hidup berdampingan dengan manusia lain. Dari sinilah muncul mulai dari pertemanan, persahabatan hingga komunitas. Salah satu daya perekat dari semuanya ini adalah perkenalan. Orang saling mengenal satu sama lain. Biasanya salah satu unsur yang dikenal adalah nama.
Akan tetapi, karena keterbatasan kemampuan otak manusia untuk merekam nama-nama orang yang dikenalnya membuat manusia biasa melupakan orang. Seorang guru, karena sudah puluhan tahun mengajar dan bertemu dengan banyak siswa, pasti akan lupa nama-nama muridnya satu per satu. Namun orang tidak hanya dikenal dari namanya saja, tetapi juga dari perbuatan. Seorang guru baru akan mengenal mantan muridnya ketika kepadanya disampaikan soal keburukan atau kenakalan mantan murid itu atau juga soal prestasi yang membanggakan.
Mengenal dari Perbuatannya berkisah tentang usaha seorang umat untuk mengenal seorang romo yang baru meninggal dunia. Dia hanya tahu nama romo itu dari berita yang ada, baik lewat SMS atau pengumuman di gereja. Tapi ia sama sekali tak punya gambaran seperti apa romo yang meninggal itu. Mengenal dari Perbuatannya tidak hanya berhenti pada usaha pencarian sosok romo yang meninggal, melainkan refleksi atas pernyataannya. Untuk mengetahui refleksinya lebih lanjut, silahkan baca di sini: Budak Bangka: (Pencerahan): Mengenal dari Perbuatannya

Senin, 12 September 2016

Orang Kudus 12 September: St. Maria Lopez Rivas

BEATA MARIA LOPEZ RIVAS, PENGAKU IMAN
Maria Lopez Rivas lahir pada 18 Agustus 1560 di Tartanedo, Guadalajara, Spanyol. Ia adalah puteri dari sebuah keluarga kaya. Ketika berusia 4 tahun, ayahnya meninggal dunia. Maria diasuh oleh Kakek dan Neneknya di Molina de Aragon. Setelah menyelesaikan pendidikannya, Maria memutuskan untuk menjadi seorang karmelit.
Maria bergabung dengan Ordo Karmel tak Berkasut. Maria diterima oleh Santa Theresia Avila di biara Toledo pada 11 Agustus 1577. Keesokan harinya Maria memperoleh jubah. Pada 8 September Maria mengikrarkan kaulnya. Maria mendapat nama baru: Maria de Jesus.
Pada tahun 1583 Maria ditunjuk sebagai pembimbing para novis. Kemudian Maria ditunjuk sebagai Prioress. Tahun 1600 Maria memperoleh tuduhan yang membuatnya dilengserkan dari posisinya sebagai prioress. Tidak hanya itu saja, Maria juga mendapat pengucilan. Akan tetapi Maria menerima semua itu dan tetap taat.
Maria mendapat karunia berupa stigmata, yang membuatnya menderita seperti Kristus. Maria Lopez Rivas meninggal dunia pada 13 September 1640 di Toledo, Spanyol. Pada 14 November 1976 Maria dibeatifikasi oleh Paus Paulus VI.
Baca juga orang kudus hari ini: