Tentulah kita sering mendengar pernyataan ini: “Romo juga manusia!” Pernyataan
ini biasanya diucapkan oleh romonya sendiri atau orang lain, yang ingin
“membela” romonya. Umumnya pernyataan ini diungkapkan di saat romo melakukan
kesalahan, entah itu kecil ataupun besar. Tujuannya supaya orang lain dapat
memaklumi kesalahan itu.
Misalnya, ketika ada suatu kali roma datang terlambat saat misa karena
bangun telat, dengan santai romonya berujar, “Maaf. Romo juga manusia.” Atau
ada seorang imam “jatuh” karena skandal, ada umat yang ingin membela imamnya
itu berkata, “Romo kan manusia juga.”
Dasar pemikiran dari pernyataan ini adalah bahwa semua manusia itu lemah.
Ia mudah jatuh ke dalam kesalahan. Atau dengan kata lain, tidak ada manusia
yang sempurna. Setiap orang punya kelemahan dan kekurangan. Seorang imam atau
romo adalah juga manusia. Karena itu, wajar kalau ia berbuat kesalahan.
Tentulah tidak ada orang yang menyangkal pernyataan tersebut. Karena
seorang imam adalah manusia, maka ia punya kelemahan. Kelemahan manusiawi
itulah yang membuat dia terkadang jatuh ke dalam kesalahan.
Akan tetapi, di balik pernyataan itu terkandung niat pembenaran diri.
Banyak imam berusaha menyembunyikan kesalahannya di balik pernyataan dirinya
manusia. Dengan menyatakan diri sebagai manusia yang lemah, yang mudah jatuh ke
dalam kesalahan, seorang imam dapat dengan mudah memaklumi kesalahan, yang
adalah kelemahannya. Umat pun “dipaksa” untuk menerimanya.
Sebagai contoh, ada imam yang selalu jatuh ke dalam kesalahan yang itu itu
saja. Ketika ia jatuh ke dalam kesalahan itu, dengan mudah ia berkata, “Romo
juga manusia.” Di sini terlihat kalau ia “membenarkan” kesalahannya itu.
Bukan berarti mau menyangkal pernyataan tersebut. Setiap manusia memang
punya kelemahan. Tidak ada manusia yang sempurna. Namun, manusia dipanggil
untuk menjadi sempurna. “Hendaklah kamu sempurna, seperti Bapamu yang di sorga
adalah sempurna.” (Matius 5: 48). Dari pernyataan Tuhan Yesus ini terlihat
jelas bahwa Yesus tahu pasti kalau manusia tidak sempurna. Karena itulah, Tuhan
Yesus mengajak mereka untuk sempurna.
Oleh karena itu, kelemahan manusia, yang menyebabkan kita mudah jatuh ke
dalam pelanggaran, bukan lantas berarti dibenarkan. Manusia dipanggil untuk
berjuang mengatasi kelamahan-kelemahannya. Lewat perjuangan mengatasi kelemahan
itulah langkah menuju kesempurnaan terbuka. Artinya, sekalipun sadar bahwa diri
kita punya kelemahan, kita diminta untuk tidak mengikuti kelemahan itu. kita
musti mengalahkan kelemahan itu. Paulus pernah memberi nasehat, “Janganlah kamu
menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu,
sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang
berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” (Rom 12: 2).
Karena itu, kepada mereka yang mau mengikuti-Nya, Tuhan Yesus berpesan
supaya mereka berani menyangkal dirinya (bdk. Matius 16: 24). Salah satuh wujud
penyangkalan diri adalah mengatasi kelemahan, yang berawal dari keinginan diri.
Maka, dalam suratnya kepada jemaat di Roma, Paulus berkata, “Hendaklah dosa
jangan berkuasa lagi di dalam tubuhmu yang fana, supaya kamu jangan lagi
menuruti keinginannya.” (Rom 6: 12).
Semua pengikut Kristus dipanggil untuk menyangkal diri, melawan kelemahan
diri. Kaum awam saja diminta demikian, maka lebih lagilah kaum imam. Dengan
kesadaran ini, maka orang, baik imam maupun awam, tidak akan mudah terjebak
dalam pernyataan: “Romo juga manusia.”
diambil dari tulisan 7 tahun lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar