Tentulah setiap orang tua ingin supaya anaknya bertumbuh sehat, baik secara
fisik, psikis dan moral. Terkait masalah moral, perlu disadari bahwa nilai-nilai
moral pada anak tidak begitu saja muncul dalam diri anak. Nilai-nilai moral
merupakan suatu pembelajaran terus menerus yang dimulai dari usia dini. Dan
untuk itu, sekalipun belum memasuki usia sekolah, anak membutuhkan begitu
banyak “guru” demi tumbuh kembangnya nilai-nilai moral itu. Orang-orang yang
ada di sekitar anak, secara khusus ibu, musti berperan aktif membantu anak
menemukan nilai moral dan menanamnya dalam dirinya.
Karena itu, suatu tantangan dewasa ini dimana anak lebih banyak diserahkan
penanganannya kepada babysitter. Pada umumnya, seorang babysitter hanya
membantu orang tua dalam memberi perawatan fisik kepada anak, bukan soal
penanaman nilai-nilai moral. Sekalipun seorang babysitter mempunyai
peran yang luas, tetaplah tidak boleh diserahkan sepenuhnya soal penanaman
nilai-nilai moral ini. Karena, berdasarkan penelitian, ibu adalah kunci utama
dalam menumbuh-kembangkan moralitas anak.
Sebuah eksperimen yang dilakukan membuktikan bahwa interaksi ibu dan anak
mempunyai pengaruh besar bagi perkembangan moralitas anak. Dari eksperimen itu
ditemukan bahwa secara tidak langsung, percakapan antara ibu dan anak dapat
membuat anak menunjukkan ekspresi perasaan bersalah saat ia melakukan hal yang
negatif, serta lebih memahami perasaan orang lain.
Intensitas percakapan dapat mempercepat pemahaman anak. Percakapan yang
dibangun antara ibu dan anak memungkinkan anak menumbuhkan kompetensi
bahasanya. Komunikasi yang terjalin dapat menjadi wadah untuk bertukar ide dan
konsep antara ibu dan anak sehingga anak dapat memahami dunia orang dewasa juga
berkontribusi dalam menumbuhkan pemahaman psikologis orang lain.
Tiga tahun pertama merupakan fondasi bagi moralitas anak. Percakapan antara
ibu dan anak penting untuk dibangun sejak dini karena dasar perkembangan moral
anak ada pada tiga tahun pertamanya. Selain percakapan yang harus dibangun
sejak dini antara ibu dan anak, penting pula untuk bisa menciptakan interaksi
yang menyenangkan dengan anak. Interaksi yang menyenangkan sudah terbukti dapat
memediasi respon timbal balik antara ibu dan anak dengan kognisi atau emosi
serta perilaku moral anak di masa depan. Suasana hati yang positif dapat tumbuh
selama interaksi yang menyenangkan antara ibu dan anak terjalin sehingga
meningkatkan penerimaan anak terhadap ibunya. Penerimaan anak terhadap ibunya
dapat mempermudah ibu untuk menanamkan nilai-nilai moral.
Jadi, begitu pentingnya peran seorang ibu dalam menanamkan nilai-nilai
moral kepada anak. Dan hal ini dapat terjadi dengan adanya kedekatan relasi.
Kedekatan inilah yang menjadi pintu masuk untuk terciptanya komunikasi yang
menyenangkan. Ibu dapat melakukannya dengan bercakap-cakap sambil bermain atau
dengan menceritakan dongeng yang penuh dengan nilai-nilai moral.
Sekalipun seorang ibu terlibat aktif di luar, mungkin sebagai wanita karier, hendaknya tugas ini tidak diambil alih oleh seorang babysitter. Tugas ini hendaknya menjadi tugas seorang ibu, dan dibantu oleh sang ayah. Karena itu, ibu yang bekerja harus menyempatkan diri untuk berbincang dengan meluangkan waktunya untuk berkomunikasi dengan anak. Sesibuk apapun seorang ibu, hendaklah anak tetap dapat merasakan adanya keterikatan dengan ibunya. Dengan adanya rasa keterikatan itu, anak akan lebih mudah memahami pesan-pesan moral yang ditanamkan oleh sang ibu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar