CINTA KASIH KRISTUS YANG MENGGERAKKAN PERSAUDARAAN
(bdk. 1Ptr 1: 22)
Saudara-saudari
terkasih,
PGI
dan KWI menyampaikan salam natal bagi kita semua.
Untuk
kedua kalinya kita merayakan natal di tengah pandemi covid-19. Kita bersyukur
berkat kerja keras pemerintah, keterlibatan berbagai lembaga swasta dan
semangat persaudaraan yang merupakan sifat hidup bangsa kita, sekarang ini kita
sudah berada dalam keadaan jauh lebih baik dibandingkan beberapa waktu yang
lalu. Tetapi memulihkan keadaan, mengatasi akibat-akibat dahsyat pandemi
covid-19, yang menyangkut berbagai segi dan wilayah kehidupan masih
membutuuhkan waktu dan usaha keras seluruh warga bangsa – pemerintah,
lembaga-lembaga bisnis dan warga masyarakat. Untuk itu perlu semangat
persaudaraan dalam arti yang seluas-luasnya.
Saudara-saudari terkasih,
Perayaan
natal di tahun kedua pandemi ini mengajak kita untuk melihat kembali
saudara-saudari yang ada di sekeliling kita. Surat 1Petrus yang menjadi
inspirasi Pesan Natal ini, ditulis untuk jemaat kristiani di Asia Kecil yang
sedang menghadapi penderitaan karena penganiayaan. Surat ini berisi nasehat
tentang hidup praktis yang sesuai dengan iman kristiani dan cara jemaat
menghadapi cobaan dan penderitaan. Jemaat yang menerima surat ini dinasehati untuk
memiliki rasa persaudaraan yang tulus ikhlas di dalam Kristus. Mereka adalah
sesama “pendatang dan perantau” di dunia ini (2: 11). Karena perasaan senasib
dan sepenanggungan, mereka semestinya hidup seperti bersaudara kandung. Meski berada
dalam berbagai cobaan, jemaat diyakinkan mengenai tujuan hidup yang agung,
yaitu untuk terus menerus memurnikan iman mereka (1: 7) dan turut ambil bagian
di dalam penderitaan Kristus (4: 13). Sebaliknya, dengan memandang kepada Yesus
sebagai batu penjuru, jemaat diimbau untuk menanggalkan perilaku yang memecah
belah hidup persaudaraan, seperti kejahatan, tipu muslihat, kemunafikan,
kedengkian dan fitnah (2: 1). Dalam keyakinan tersebut, pengikut Kristus
memperoleh identitas baru sebagai umat milik Allah sendiri (2: 9) dan dipanggil
untuk memberitakan karya-Nya melalui kehidupan mereka di tengah-tengah dunia
yang tidak bersahabat serta dengan sungguh-sungguh dan dengan segenap hati
mengasihi satu sama lain (2: 12, 17).
Natal
2021 mengingatkan kita untuk saling mengasihi dengan segenap hati dalam kasih
persaudaraan yang tulus dan ikhlas melalui tindakan belarasa. Yesus Kristus
yang kita rayakan kelahiran-Nya mendorong kita untuk mencari jalan-jalan baru
yang kreatif untuk saling mengasihi, mewartakan keadilan dan membawa damai
sejati.
Saudara-saudari
terkasih,
Siapakah
saudari-saudara kita? Bagi mereka yang berada ddaam kesulitan, saudari dan
saudara adalah mereka yang memberikan pertolongan (bdk. Luk 10: 36 – 37). Natal
kali ini meminta kita untuk digerakkan oleh kasih Kristus untuk menjadi saudara-saudari
bagi mereka yang berada di dalam kesulitan. Orang Indonesia adalah orang yang
memegang erat falsafah persaudaraan. Seperti jemaat yang menerima Surat Petrus
yang pertama, kita dengan sesama warga bangsa mesti menghidupi persaudaraan
yang melampaui ikatan darah atau identitas primordial lainnya dengan cara
berbelarasa dengan saudara-saudari kita, khususnya saudara-saudari kita yang
paling membutuhkan. Belarasa bukanlah sekedar perasaan, tetapi kompetensi etis
yang bersumber pada iman dan berbuah pada tindakan, bahkan gerakan untuk
membantu sesama secara nyata. Inspirasi iman itu kita temukan dalam diri Yesus
sendiri. Ia menjadi sama dengan kita (bdk. Flp 2: 7). Hati-Nya selalu tergerak
oleh belas kasihan ketika Ia melihat orang-orang yang menderita (Mrk 8: 2). Ia menyatakan
kepada para murid, “Hendaklah kamu bermurah hati sama seperti Bapamu adalah
murah hati” (Luk 6: 36). Ia juga menyatakan, “..., segala sesuatu yang kamu
lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah
melakukannya untuk Aku” (Mat 25: 40). Sebagai murid-murid Yesus, dalam hidup
kita bersama, kita diundang untuk “menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat
juga dalam Kristus Yesus“ (Flp 2: 5).
Pandemi
covid-19 menyadarkan kita bahwa kita semua adalah saudari dan saudara yang
berada dalam satu perahu dunia yang sedang menghadapi badai covid-19. Dalam situasi
ini, falsafah hidup persaudaraan sebagai karakter khas orang Indonesia menjadi
semakin bermakna dan semakin mendesak untuk kita batinkan dan wujudkan. Sebagai
saudara-saudari kita diharapkan untuk saling menunjukkan kasih melalui aksi
nyata. Persaudaraan yang sejati akan memupuk semangat belarasa. Semangat belarasa
sebagai kompetensi etis yang bersumber pada iman kristiani, akan memunculkan
pertanyaan yang mesti kita jawab bersama-sama sebagai saudara-saudari: “Apa
yang harus kita lakukan, supaya lingkungan hidup kita menjadi semakin
manusiawi?” Ketika jawaban terhadap pertanyaan itu kita temukan – melalui kontemplasi
dan analisa sosial – diperlukan kompetensi etis yang kedua, yaitu kerja sama di
antara kita. Dari dinamika ini akan muncul gerakan-gerakan baru yang kreatif
untuk menanggapi tantangan yang disebabkan oleh pandemi covid-19 yang
menyangkut berbagai segi hidup manusia.
Dengan
hidup saling menolong sebagai ungkapan belarasa satu sama lain, kasih Kristus
dihadirkan secara nyata dan kita alami bersama. Mari kita mengambil waktu khusus
untuk menjadi saudara-saudari bagi siapa pun yang membutuhkan pertolongan,
karena apa pun yang kita lakukan bagi saudara-saudari kita khususnya yang
paling membutuhkan, kita melakukannya bagi Kristus (Mat 25: 31 – 46). Tuhan memberkati.
SELAMAT DATAL 2021 & TAHUN BARU 2022
Jakarta,
1 Desember 2021
atas
nama
Persekutuan
Gereja-gereja di Indonesia |
Konferensi
Waligereja Indonesia |
ttd |
ttd |
Pdt. Gomar Gultom |
Ignatius Kardinal Suharyo |
Ketua Umum |
ketua |
ttd |
ttd |
Pdt. Jacklevyn F. Manuputty |
Mgr. Antonius S. Bunjamin, OSC |
Sekretaris Umum |
Sekretaris Jenderal |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar