Dalam kehidupan kita, gereja mempunyai tiga tugas penting sebagai usaha
melanjutkan karya Kristus dan merangkul kita semua, yakni: tugas sebagai nabi,
tugas imani, dan tugas rajawi. Tugas imani merupakan tugas pengudusan, tugas
sebagai nabi merupakan tugas pewartaan, dan tugas rajawi merupakan tugas
melayani yang diartikan dalam Konsili Vatikan II. Tugas-tugas tersebut disebut
juga sebagai Tritugas Gereja. Berikut penjelasannya.
Tugas Mewartakan
Gereja pada dasarnya tidak lain dan tidak bukan adalah jawaban atas
panggilan Yesus Kristus sebagai sabda Allah. Dengan adanya Gereja, Yesus
Kristus bisa hadir di antara kita semua. Hal inilah yang
menyebabkan Gereja disebut sebagai Sabda. Dalam hal ini gereja dipandang
sebagai pewarta dari arti yang luas. Selain tugas sebagai pewarta di
dunia, Gereja juga memiliki bentuk-bentuk sabda. Ketiga bentuk sabda Allah
dalam Gereja, yaitu: (1) sabda para rasul sebagai daya yang
membangun Gereja; (2) sabda dalam Kitab Suci sebagai kesaksian normatif;
dan (3) sabda Allah dalam pewartaan aktual Gereja sepanjang zaman.
Gereja juga berkarya dalam hal magisterium atau wewenang
dalam mengajar. Hal ini muncul dari adanya konflik dari umat yang sering
terjadi dengan para umat sendiri dan/ataupun dengan para
pemimpin Gereja, terutama dalam hal wewenang dan pengajaran. Itulah yang
menyebabkan munculnya tugas hierarki di mana tugasnya adalah sebagai
pemersatu. Wewenang mengajar dalam Gereja Katolik tidak berarti bahwa
hanya ada dalam lingkungan hierarki yang menjadi aktif, tetapi juga diharapkan
dari pihak yang berlawanan. Pengajaran dalam agama tidaklah sembarangan.
Untuk mengajar atau mewarta harus memenuhi empat syarat, yaitu:
Ø
Ajaran itu harus menyangkut iman dan
kesusilaan,
Ø
Harus bersifat ajaran yang otentik,
Ø
Dinyatakan dengan tegas dan defenitif, dan
Ø
Disepakati bersama.
Adapun dalam Gereja Katolik yang disebut dengan teologi, di mana
tugas teologi adalah mengadakan penelitian lebih mendalam sehingga tercapailah
pengertian yang makin mendalam tentang pewahyuan, jawaban atas persoalan atau
masalah yang timbul dari kemajuan ilmu pengetahuan, dll. Teologi ada untuk
menjelaskan sesuatu dalam agama sehingga suatu hal atau ajaran dapat diterima
secara rasional. Dapat dikatakan bahwa teologi berada di antara ilmu
pengetahuan dan agama.
Adapun hal lain yang perlu diketahui bahwa tugas hierarki berbeda dengan
tugas teologi. Hierarki mempunyai tugas struktural dalam
dalam Gereja demi kesatuan Gereja, sedangkan teologi bertugas
merumuskan iman sesuai dengan situasi kehidupan Gereja dan tuntutan zaman.
Oleh karena menjadi pewarta merupakan suatu panggilan maka kita dituntut dengan
adanya penyesuaian ekstensial antara pewarta dengan apa yang diwartakan. Secara
khusus tugas pewarta ini merujuk kepada golongan imam dan biarawan-biarawati
yang dengan status hidup mau memberikan kesaksian tentang kebenaran injil.
Tugas Menguduskan
Tugas Gereja yang kedua ini lebih khusus mengarah kepada
kegiatan-kegiatan dalam Gereja, seperti: doa-doa, sakramen-sakramen dan
ibadat-ibadat. Dalam tugasnya, Gereja selalu dibimbing oleh Roh Kudus, “Roh
Kuduslah yang menciptakan persekutuan umat beriman dengan menghimpun mereka
dalam Kristus, sebagai prinsip kesatuan Gereja”(UR 2).
Kesatuan Gereja bukan hanya karena karya Roh Kudus, tetapi juga hasil
komunikasi antar manusia, terutama komunikasi iman. Sarana komunikasi iman
dalam Gereja adalah pengungkapan iman. Yang termasuk dalam pengungkapan
iman adalah perayaan liturgi, perumusan iman dan perayaan iman.
·
Doa-doa dalam Gereja Katolik
Dalam Gereja Katolik dibedakan antara doa pribadi dan doa bersama. Doa
pribadi disebut juga sebagai “doa di dalam Gereja”, sedangkan doa bersama
biasa juga disebut “doa Gereja”. Doa sendiri berarti bahwa mengarahkan
hati kepada Tuhan. Dalam berdoa tidak membutuhkan banyak kata, tidak perlu
sikap badan yang bagus dan baik, serta gerakan-gerakan yang khusus. Hal ini
demikian karena yang berdoa adalah hati kita, bukan badan.
Salah satu bentuk doa Gereja adalah liturgi. Liturgi tidak hanya
merupakan kegiatan yang istimewa, tetapi juga wahana utama untuk mengatur umat
Kristen ke dalam persatuan pribadi dengan Kristus.
Inti pokok dari doa adalah kesatuan pribadi dengan Putra dan dalam
penyerahan-Nya kepada Bapa. Maka dari itu, dalam Gereja Katolik kita
selalu berdoa, “Dengan perantaraan Tuhan kami Yesus Kristus”. Selain itu, liturgi
juga bukan hanya pujian kepada Tuhan, tapi karena kemuliaan Allah tidak pernah
lepas dari segi lain dari iman. Liturgi selalu mempunyai dua segi, yaitu: segi
kemuliaan Allah dan segi manusia.
Jadi liturgi bukanlah tontonan bagi kita, tapi liturgi merupakan perayaan
dalam hidup rohani kita. Melalui perayaan yang kita laksanakan kita manusia pun
turut ambil bagian dalam misteri yang dirayakan. Seperti tertulis:
“Di mana ada dua atau tiga orang yang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku
ada di tengah-tengah mereka”.
·
Sakramen
Sakramen menjadi bagian dalam tugas Gereja karena sakramen itu sendiri
merupakan rahmat yang tidak kelihatan dalam bentuk yang kelihatan dan
ditawarkan kepada kita. Gereja Katolik menetapkan ada tujuh sakramen dalam
gereja, yaitu: baptis, tobat, ekaristi, krisma, imamat, perkawinan, dan minyak
suci. Sakramen sendiri berawal dari praktik dan ritus-ritus dalam Gereja
perdana pada awalnya, namun belum ada penetapan pada saat itu bahwa itulah yang
ketujuh sakramen tersebut.
Dalam sakramen, cinta kasih Allah disampaikan secara konkret melalui tanda-tanda
badaniah kepada kita. Hal nyata yang dapat kita lihat adalah pada saat
pembaptisan. Seorang imam akan menuangkan air kepada si penerima sebagai tanda
sambil berkata, “Aku membabtis engkau dalam nama Bapa, Putra dan Roh Kudus”.
Perbuatan itu melambangkan peristiwa penyelamatan yang dilaksanakan oleh
Allah Tritunggal melalui imam menjadi nyata. Hal ini juga berlaku pada keenam
sakramen lainnya sebagai sarana bagi kita.
·
Sakramentali
Sakramentali adalah tanda-tanda suci yang memiliki kemiripan dengan
sakramen-sakramen. Sakramentali juga menandakan karunia-karunia khususnya yang
bersifat rohani, yang diperoleh berkat doa permohonan Gereja (SC 60).
Sakramen dan sakramentali tidaklah sama. Sakramen merupakan pelaksanaan
diri Gereja dalam bidang perayaan dan semuanya menyangkut Gereja,
sedangkan sakramentali lebih bersifat khusus yang artinya bahwa ia perwujudan
dari doa Gereja bagi orang tertentu. Namun perlu diketahui bahwa
sakramentali bukanlah perwujudan kehadiran Kristus dalam Gereja melainkan
dalam bentuk permohonan Gereja yang konkret.
Tugas Melayani
Gereja selain memiliki tugas sebagai pewarta dan pengudusan, juga memiliki
tugas dalam hal melayani. Tugas inilah yang paling mendasari semuanya. Seperti
Yesus yang melayani pada waktu perjamuan malam terakhir, maka Gereja pun
ingin mengikuti tradisi tersebut sebagai pelayan di zaman sekarang ini. Tugas
melayani ini banyak kita jumpai dalam kehidupan kita sekarang. Entah itu
sebagai pelayan dalam ibadat rukun maupun pelayan dalam ekaristi.
Contoh konkret yang dapat kita bilaan adalah pada imam yang adalah
pelayan Gereja. Seorang imam harus ikhlas dalam melayani setiap umat yang
datang. Bukan saja imam tapi kita pun dituntut untuk berlaku demikian. Dalam
usaha pelayanan janganlah yang lain menjadi objek belas kasihan. Pelayanan
berarti kerjasama, di mana di dalamnya semua orang merupakan subjek yang
ikut bertanggung jawab. Yang pokok adalah harakat, martabat, harga diri, bukan
kemajuan dan bantuan sosial-ekonomis yang hanyalah sarana.
Dalam melayani, Gereja Katolik memiliki beberapa ciri antara
lain: Pertama, sikap iman yang radikal harus dinyatakan dalam
pelayanan terhadap sesama, seperti yang ada dalam hukum kasih bahwa kita
mesti mencintai sesama kita. Kedua, kesetiaan kepada Kristus sebagai
Tuhan dan guru. Dan ketiga ialah mengambil bagian dalam
sengasara dan penderitaan Kristus yang telah senasib dengan semua yang
menderita.
diambil dari tulisan 7 tahun lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar