Senin, 20 Januari 2020

EFEK KDRT BAGI TINGKAT KECERDASAN ANAK


Anak yang dilahirkan dari ibu korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) atau di 6 tahun pertama kehidupannya beresiko memiliki IQ lebih rendah pada usia 8 tahun. Demikian satu kesimpulan dari riset yang dilakukan para ahli epidemiologi Universitas Manchester. Dalam studi tersebut, 13 persen anak-anak yang ibunya tidak mengalami KDRT memiliki IQ di bawah 90 pada usia 8 tahun. Jika ibu mereka mengalami kekerasan fisik dari pasangan mereka, baik selama kehamilan atau 6 tahun pertama kehidupan anak, angkanya naik menjadi 22,8 persen.
Tim yang dipimpin oleh Kathryn Abel dari The University of Manchester menunjukkan kemungkinan IQ rendah naik menjadi 34,6 persen jika sang ibu berulang kali terkena KDRT. Itu berarti anak-anak dengan ibu yang berulang kali mengalami KDRT selama kehamilan dan 6 tahun pertama kehidupan anak mereka hampir tiga kali lebih mungkin memiliki IQ rendah pada usia 8 tahun, demikian temuan para peneliti.
IQ rendah didefinisikan sebagai skor IQ kurang dari 90, dimana IQ normal dianggap 100. Kecerdasan anak-anak diukur pada 8 tahun menggunakan tes IQ standar Weschler.
Studi ini meneliti hubungan antara KDRT – juga disebut Intimate Partner Violence (IPV) – dan kecerdasan anak pada usia 8 tahun, menggunakan 3.997 pasangan ibu anak dari University of Briston, Avon Longitudinal Study of Parents and Children (ALSPAC). Studi ini, yang didanani  oleh Wellcome Trust dan Medical Research Council, diterbitkan dalam Wellcome Open Research. ALSPAC mengikuti anak-anak sejak kehamilan, dan mengukur KDRT emosional dan fisik – juga dikenal sebagai kekerasan intim – dari kehamilan hingga usia 8 tahun.
Abel mengatakan sudah merupakan fakta bahwa 1 dari 4 wanita berusia 16 tahun ke atas di Inggris dan Wales akan mengalami KDRT di masa hidup mereka dan bahwa anak-anak mereka beresiko lebih besar mengalami masalah fisik, sosial dan perilaku.
“Kami juga tahu bahwa kecerdasan di masa kanak-kanak sangat terkait dengan kinerja yang baik di masa dewasa, meskipun ada sedikit bukti tentang resiko IQ rendah untuk anak-anak ini,” jelas Abel, dilansir Science Daily, Rabu (11/112/2019). “meskipun kami tidak dapat menyimpulkan bahwa IPV menyebabkan IQ rendah, temuan ini menunjukkan bahwa KDRT memiliki hubungan yang terukur, pada pertengahan masa kanak-kanak, terlepas dari faktor resiko lain untuk IQ rendah.”
Sedangkan 17,6 persen ibu dalam penelitian ini melaporkan kekerasan emosional dari 6,8 persen melaporkan kekerasan fisik. Temuan ini independen dari faktor-faktor resiko lain untuk IQ rendah seperti penggunaan alkohol dan tembakau pada kehamilan, depresi ibu, pendidikan yang rendah dan kesulitan keuangan di sekitar kelahiran anak.
Ada beberapa ketidak-sepakatan tentang apakah tes IQ adalah ukuran kecerdasan yang lengkap, karena tes ini hanya mempertimbangkan kecerdasan verbal dan non-verbal. Namun ini dianggap berguna oleh banyak ahli karena IQ tinggi telah ditunjukkan di banyak negara dan budaya untuk dikaitkan dengan berbagai hasil sosial dan kesehatan yang lebih baik.
Hein Heuvelman, dari The University of Bristol menambahkan paparan terhadap KDRT adalah umum untuk anak-anak di Inggris dan merupakan faktor resiko yang penting dan sering diabaikan dalam peluang hidup mereka.
Jadi mengetahui sejauh mana anak-anak yang sudah rentan ini dipengaruhi lebih lanjut adalah argumen yang kuat untuk intervensi lebih banyak, lebih baik dan lebih awal. Dukungan saat ini untuk perempuan yang mengalami KDRT tidak memadai di beberapa daerah dan tidak ada di tempat lain. Selain itu, intervensi awal dengan keluarga-keluarga ini melindungi anak-anak dari bahaya, tetapi mungkin juga memprioritaskan perkembangan mereka di masa depan.

sumber: Cantik Tempo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar