Tanggal
21 Januari 2020 saya berkesempatan mengunjungi obyek wisata geosite Sipinsur,
yang pada bulan Juli 2019 lalu diresmikan oleh Presiden Jokowi. Geosite Sipinsur
dapat ditempuh sekitar 1 jam dari Balige. Lebih dekat lagi dari bandara
Silangit. Obyek wisata ini sangat menarik. Selain dapat menikmati sejuknya
udara pegunungan, mata kita disuguhkan juga oleh keindahan alam danau Toba.
Akan
tetapi, keindahan wisata alam ini dirusak oleh bertebarannya sampah, baik itu plastik
maupun kertas di seputaran daerah wisata, khususnya di daerah tepi. Memang
pihak pengelola sudah menyediakan tempat sampah, namun kesadaran pengunjung
masih sangat rendah.
Selain
soal sampah, akses menuju geosite Sipinsur juga masih terbilang buruk. Jalannya
sempit dan banyak lobang. Hal ini sangat disayangkan mengingat Presiden Jokowi
sudah mempromosikannya. Dapat dikatakan bahwa geosite ini sudah dikenal dunia.
Tentulah kita malu bila turis-turis manca negara, yang datang ke sana,
disuguhkan jalan sempit dan berlobang serta sampah.
Maka
dari itu, sangatlah bijak bila pemerintah daerah memperhatikan obyek wisata
ini, selain obyek wisata lainnya. Ini bisa menjadi pendapatan daerah. Apa saja
yang harus diperhatikan?
1. Jalan.
Karena sudah menjadi obyek wisata, bahkan internasional, maka sudah sepatutnya
jalan menuju geosite ini sedikit diperlebar dan diperhalus.
2.
Sampah.
Masalah sampah memang membutuhkan kesadaran dari para pengunjung. Tidak
selamanya kesadaran itu timbul dengan sendirinya. Kesadaran bisa muncul jika
ada paksaan. Contohnya, orang Indonesia ketika tiba di Singapura. Karena
dipaksa oleh aturan denda, mereka bisa menjaga kebersihan selama berada di
Singapura; tapi sepulang dari sana maka kembali ke pola lama. Karena itu,
menyelesaikan persoalan sampah ini dapat ditempuh dengan cara:
a) Aturan denda.
Ketika memasuki kompleks geosite, pengunjung harus diingatkan bahwa siapa yang
membuang sampah sembarangan akan didenda. Langsung tetapkan nominalnya. Denda
ini bisa juga menjadi PAD. Aturan ini dapat disampaikan secara langsung oleh
petugas ketiga pengunjung tiba di lokasi, lewat rekaman suara dan juga lewat
tulisan.
b) Kamera CCTV. Untuk
memantau dan terlaksananya aturan di atas, maka di beberapa tempat dipasang
kamera pengintai. Tentu harus ada petugas yang selalu stand by memantau pergerakkan pengunjung.
c) Petugas satpam.
Selain kamera pengintai, pihak pengembang dapat juga mempekerjakan orang
sebagai satpam. Orang ini akan selalu berkeliling untuk menjaga agar pengunjung
tidak membuang sampah sembarangan. Dia juga yang akan menerima laporan dari
petugas pengintai tentang orang yang tertangkap kamera CCTV membuang sampah
sembarangan, dan langsung menindak-lanjuti.
3. Informasi.
Wisata geosite Sipinsur sebenarnya tidak hanya sebatas memuaskan perasaan
pengunjung saja, melainkan juga akal budinya. Wisata ini termasuk dalam
kategori wisata pengetahuan. Oleh karena itu, informasi terkait dengan geosite
ini harus bisa diperbanyak.
4.
Fasilitas
bermain. Dapat dikatakan sarana bermain yang ada belum
memadai. Masih perlu ditambah lagi. Misalnya dengan mengadakan arena seluncur
dari pohon ke pohon, canopy antar
pohon, dll.
DEMIKIANLAH
beberapa catatan penting yang perlu diperhatikan demi pengembangan obyek wisata
geosite Sipinsur. Saya yakin, jika semua hal ini diperhatikan, bukan tidak
mungkin geosite ini akan semakin terkenal dan semakin banyak pengunjung.
Tentulah hal ini berdampak pada pendapatan daerah.
Selain
hal-hal di atas, perlu juga diperhatikan oleh pihak Pemda sarana bus sekolah
bagi anak-anak sekolah. Waktu itu, saya pulang dari lokasi geosite Sipinsur,
beberapa kali kami bertemu dengan segerombolan anak sekolah. Mereka jalan
berkelompok di tepi jalan. Jalan sudah sempit ditambah lagi anak-anak sekolah,
membuat jalur ini sangat berbahaya bagi keselamatan jiwa anak-anak. Beberapa kali
kami berpapasan dengan mobil dengan kecepatan tinggi. Hal ini tidak menjadi
masalah jika mereka disediakan bus sekolah yang selalu siap antar – jemput.
Balige,
22 Januari 2020
by: adrian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar