MENGHAYATI TRI HARI SUCI PASKAH
Jadi, Tri Hari Suci Paskah
masih termasuk masa prapaskah. Tri Hari Suci Paskah merupakan puncak tahun
liturgi (SC no. 5; Pedoman Tahun Liturgi no. 18). Sekalipun ketiga hari ini
memiliki upacara tersendiri, bukan lantas berarti bahwa ketiganya terpisah satu
sama lain. Perayaan Tri Hari Suci merupakan satu kesatuan perayaan. Karena itu,
agak aneh jika ada umat yang berpikir cukuplah mengikuti perayaan Jumat Agung
saja atau Kamis Putih dan Malam Paskah saja.
Tri Hari Suci Paskah itu
ibarat tripod kamera. Hilang salah
satu kakinya maka tripod itu tak dapat digunakan. Demikian pula dengan Tri Hari
Suci Paskah. Kita tak bisa mengabaikan salah satu dari hari itu. Umat diajak
untuk mengikuti keseluruhan perayaan Tri Hari Suci Paskah, yang dimulai pada
perayaan Kamis Putih hingga puncaknya pada Malam Paskah.
Agar umat sedikit terbantu
dalam menghayati Tri Hari Suci Paskah, berikut ini akan diberikan gambaran
singkat tentang tiap-tiap perayaan itu sehingga umat dapat mengikuti dan
memahaminya.
Perayaan Kamis Putih
merupakan peringatan akan perjamuan malam terakhir Yesus bersama 12 rasul-Nya.
Dalam perayaan ini ada 3 misteri iman yang dirayakan, yaitu pertama cinta kasih. Pada peringatan ini kita disadarkan akan perintah yang
diberikan Yesus kepada para murid-Nya, yaitu saling mengasihi. “Aku member
perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kau saling mengasihi; sama seperti Aku
telah mengasihi kamu, demikian pula kamu harus saling mengasihi.” (Yoh 13: 34).
Salah satu ungkapan kasih yang tampak dalam perayaan ini adalah pembasuhan
kaki.
Menurut tradisi Yahudi,
membasuh kaki adalah salah satu bentuk penghormatan pada seseorang yang
memiliki status atau jabatan lebih tinggi/terhormat. Membasuh kaki adalah
kewajiban para pelayan. Melalui peristiwa itu, Yesus mau mengajarkan tentang
penghormatan dan teladan melayani, serta mengajarkan kita untuk mau
memperhatikan mereka yang berada di bawah, tanpa memandang kasta. Di sini
terlihat bahwa semua manusia itu sama di mata Tuhan, memiliki hak dan martabat
yang sama, sehingga dengan demikian manusia dapat saling melayani dengan penuh
kasih.
Kedua,
pelembagaan
ekaristi. Perayaan ekaristi merupakan warisan Yesus sendiri. Setiap kali
mengikuti perayaan ekaristi, bagian Doa Syukur Agung sebenarnya merupakan
pengenangan kembali atas apa yang dilakukan Yesus pada perjamuan malam
terakhir. Pada saat itu Yesus menawarkan Tubuh dan Darah-Nya, yang dilambangkan
dengan roti dan anggur, sebagai anugerah penebusan umat manusia.
Ketiga,
inisiasi
imamat para imam. Kamis Putih dikenal juga sebagai pesta imamat bagi para imam.
Pada perjamuan malam terakhir, untuk pertama kalinya Yesus mewujudkan peran-Nya
sebagai imam. Di sini Yesus meletakkan dasar sakramen imamat. Yesus memilih
para rasul sebagai imam-imam dan uskup pertama, serta memberi mereka kuasa
untuk mempersembahkan kurban misa.
Oleh karena itu, biasanya
pada Kamis pagi, para imam yang ada di suatu keuskupan akan berkumpul di
Katedral atau gereja lain yang ditunjuk untuk bersama-sama memperbaharui janji
imamat. Pada kesempatan itu juga akan diberkati minyak krisma, minyak katekumen
dan minyak orang sakit, yang akan dipakai sepanjang tahun. Namun karena alasan
pastoral dan geografis, perayaan ini dapat dipindahkan ke hari lain.
Ada beberapa bagian dari
perayaan Kamis Putih yang menarik untuk diketahui sehingga kita dimudahkan
dalam menghayatinya.
a)
Pembasuhan kaki.
Ini bukan sekedar seremonial belaka. Tindakan ini mau melambangkan cinta kasih
dan pelayanan total. Yesus yang adalah Tuhan dan Guru saja mau melakukannya,
bagaimana dengan kita?
b)
Perarakan Sakramen Mahakudus. Tindakan
ini melambangkan perjalanan Yesus dari tempat perjamuan ke Taman Getsemani.
Dalam perarakan ini Sakramen Mahakudus bukan diletakkan dalam monstrans, tetapi sibori karena menggambarkan Yesus dalam kesederhanaan, ketakutan
dan kesedihan hendak berdoa kepada Bapa-Nya. Kesederhanaan itu diperlihatkan
juga dengan bunyi klotokan kayu,
bukan gemerincing lonceng.
c)
Pelucutan altar.
Segala sesuatu yang ada di altar akan segera dilucuti. Altar akan ditinggalkan
polos tanpa hiasan apapun, dan tabernakel terbuka. Ini melambangkan kita semua
mulai masuk ke dalam suasana hati berduka, dan dalam kesedihan mendalam.
Pelucutan altar juga mau mengungkapkan dan mengenangkan Yesus yang masuk dalam
penderitaan dan kesengsaraan, segala kemuliaan-Nya diambil.
d)
Tuguran atau Tirakatan. Tuguran
artinya berjaga-jaga. Fokusnya ada pada renungan akan Yesus yang memasuki kisah
sengsara-Nya, mulai di Getsemani, ditangkap, diadili hingga disiksa. Ini mau
melambangkan Yesus yang dalam ketakutan dan kegentaran berdoa kepada Bapa di
Taman Getsemani, dimana Dia meminta para murid untuk berjaga-jaga dan berdoa
(Mat 26: 40 – 41). Jadi, dengan mengikuti ritual tuguran, umat diajak untuk
berperan serta menemani Yesus. Idealnya, tuguran dilakukan sepanjang malam
sampai menjelang matahari terbit.
Karena merupakan satu
kesatuan perayaan, maka perayaan Kamis Putih tidak ditutup dengan berkat
penutup. Berkat penutup baru ada pada akhir perayaan Malam Paskah. Hal yang
sama juga dengan bunyi lonceng. Setelah kemuliaan pada Kamis Putih tidak ada
lagi bunyi suara lonceng hingga Malam paskah.
Jumat
Agung
Jumat Agung adalah perayaan
pengenangan misteri sengsara dan wafat Yesus. Pada hari ini seluruh umat
katolik diajak untuk bertobat melalui tindakan pantang dan puasa. Pada hari ini
tidak ada perayaan ekaristi, melainkan ibadat, karena pada hari ini tidak ada
peristiwa konsekrasi. Pada Jumat Agung ini justru Yesus sendiri yang
dikorbankan sebagai penyelamat manusia.
Perayaan Jumat Agung
biasanya dilaksanakan pada pukul 15.00. Namun ada beberapa Gereja melakukannya
pada pukul 14.00 dengan tujuan tepat pukul 15.00 berlangsung prosesi pembacaan
Sabda Allah dimana Yesus wafat di salib. Ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam perayaan Jumat Agung ini:
·
Altar yang kosong, tanpa hiasan, melambangkan
kesedihan dan kedukaan Gereja. Hal ini dipertegas dalam gambaran tabernakel
yang terbuka dan lampu Tuhan yang dipadamkan.
·
Keheningan dalam keseluruhan tampak dalam
keseluruhan upacara Jumat Agung. Tidak ada nyanyian pembuka dan penutup, bunyi
lonceng atau alat-alat musik lain. Ini mau menggambarkan kesedihan yang dialami
Gereja bersama Kristus yang menderita dan menyerahkan diri untuk kita.
·
Tidak ada tanda salib. Upacara Jumat Agung
tidak diawali atau diakhiri dengan tanda salib, karena salib Kristus telah
nyata hadir dan dihadapkan kepada seluruh umat. Ini juga mau menggambarkan
bahwa perayaan ini masih merupakan kesatuan dengan perayaan Kamis Putih dan
Sabtu Suci.
·
Pada awal upacara, imam menghormati altar
dengan cara merebahkan diri di depannya, seluruh umat juga hendaknya
menundukkan diri dengan khidmat. Hal ini melambangkan bukan hanya sekedar
penghormatan, melainkan juga pernyataan kefanaan manusia.
·
Doa umat meriah. Setelah korban Yesus
terlaksana di salib, dan dalam kepercayaan mendalam bahwa Allah Bapa telah
menerima korban itu dan karenanya mengembalikan manusia pada diri-Nya, inilah
saatnya Gereja mendoakan hal-hal penting untuk Gereja dan dunia. Ada 10 doa permohonan
yang diucapkan oleh Gereja.
·
Penghormatan Salib Suci. Ini merupakan puncak
liturgi Jumat Agung. Kain selubung salib dibuka perlahan-lahan. Pembukaan ini
mau menunjukkan beberapa makna: (1)
menunjukkan Sang Penyelamat, yaitu Yesus Kristus. Umat hendaknya bersyukur
karena memiliki penyelamat yang demikian hebat. (2) membuka kembali penghalang antara manusia dan Allah, yaitu dosa.
Korban Kristus bermakna penebusan, karena Ia mendamaikan kembali relasi kita
dengan Allah yang rusak karena dosa. (3)
membuka selubung penderitaan dan kematian. Salib dan penderitaan manusiawi kita
memiliki sisi penebusan jika dilalui dengan setia dan berpegang teguh pada
kehendak Allah.
Perayaan Jumat Agung terdiri
dari 3 bagian. Pertama, ibadat sabda.
Ibadat sabda diawali dengan perarakan imam dan para misdinar tanpa lagu.
Setelah itu diikuti dengan pembacaan sabda Tuhan, Passio Yesus Kristus, homili
dan doa umat meriah. Kedua, penghormatan
salib. Upacara ini ditandai dengan perginya imam/diakon dan misdinar keluar
untuk mengambil salib yang akan diarak masuk ke dalam gereja. Saat masuk dan
berjalan menuju altar, imam membuka selubung salib sedikit demi sedikit.
Setelah tiba di depan, imam akan mencium salib sebagai ungkapan penghormatan
dan cinta. Kemudian umat diberi kesempatan untuk menghormati salib. Ketiga, komuni – penutup. Sebelum
upacara komuni, imam akan meletakkan kain putih (korporale?) di altar sebagai
alas sibori. Upacara komuni diawali dengan doa Bapa Kami. Setelah komuni, imam
memberikan doa penutup dan berkat penutup tanpa tanda salib.
Sabtu
Suci – Malam Paskah
Pada Sabtu Suci umat
mengenangkan Yesus yang berada di dalam makam dan menantikan kebangkitan dengan
puasa dan doa. Sepanjang pagi hingga sore umat diajak untuk hening. Karena itu,
hari ini dikenal juga dengan Sabtu Sunyi. Tidak ada peribadatan apapun. Rahmat
khusus pada saat ini adalah keheningan yang penuh kasih dan harapan. Kemeriahan
baru mulai terasa ketika menjelang malam Paskah. Santo Agustinus mengatakan
bahwa Malam Paskah merupakan induk semua vigili
(Latin : berjaga-jaga atau bersiap-siap).
Pada perayaan malam Paskah umat berjaga-jaga bersama Yesus, bersiap-siap
menantikan peralihan Yesus dari alam kematian menuju kehidupan.
Perayaan malam Paskah
merupakan perayaan terpanjang dalam liturgi Gereja Katolik. Hal ini disebabkan
karena banyaknya simbol liturgis yang dikenangkan saat perayaan itu. Tata
perayaan malam Paskah sekarang didasarkan pada dekrit Ad Vigiliam Paschalem yang dikeluarkan oleh Paus Pius XII pada
tahun 1951. Ada 4 bagian dalam perayaan malam Paskah.
a) Upacara Cahaya
Bagian
pertama perayaan malam Paskah adalah upacara cahaya dan Madah Pujian Paskah.
Upacara cahaya sebaiknya dilakukan di luar gereja, dalam kondisi gelap. Saat
upacara, imam memberkati api baru yang mengusir kegelapan dan memberi terang ke
sekeliling. Ini mau mengibaratkan Yesus yang merupakan cahaya terang dalam
kehidupan kita yang kadang kala gelap. Setelah memberkati api, imam akan
memberkati lilin Paskah.
Di
sini imam menorehkan tanda salib, lambang alpha
dan omega serta angka tahun. Tindakan
ini untuk menegaskan bahwa Yesus telah ada sejak dulu hingga kini, bahwa Ia
adalah sang awal dan sang akhir, dan bahwa segala kemuliaan dan kekuasaan
adalah milik Yesus. Selain itu, imam akan menancapkan 5 biji dupa pada lilin
Paskah di tempat yang sudah ditentukan. Ini mau melambangkan lima luka Yesus di
salib.
Kemudian
lilin Paskah dinyalakan dari api baru. Setelah itu diadakan prosesi lilin
Paskah menuju ke dalam gereja. Sepanjang perjalanan, ada 3 kali perhentian
dimana lilin ditinggikan. Tindakan ini serupa dengan ketika perarakan salib.
Angka tiga memang memilki makna khusus dalam Gereja Katolik. Tiga kali Petrus
menyangkal Yesus, dan tiga kali pula Yesus menantang Petrus apakah dia
mencintai-Nya. Dalam jalan salib, Yesus jatuh sebanyak tiga kali. Angka tiga
juga mengacu pada Tritunggal Mahakudus.
Setelah
lilin diletakkan pada tempatnya, acara dilanjutkan dengan Madah Pujian Paskah.
Perlu diketahui, lilin umat dinyalakan dengan api yang berasal dari lilin
Paskah, bukan dari korek api pribadi.
b) Liturgi Sabda
Bacaan
diambil dari 7 bacaan Perjanjian Lama dan 2 bacaan Perjanjian Baru (Surat
Paulus kepada Jemaat di Roma, biasa disebut bacaan epistola, dan Injil). Seluruh
bacaan diselingi dengan mazmur dan doa singkat yang dipimpin oleh imam.
Tujuannya supaya umat merenungkan misteri keselamatan dengan baik. Jika semua
bacaan dibacakan akan terlihat kisah penyelamatan mulai dari kisah penciptaan
dunia hingga pewartaan janji keselamatan Allah oleh para nabi.
Karena
beberapa alasan, tidak semua bacaan Perjanjian Lama dibacakan. Namun ada 3
bacaan yang wajib dibacakan, yaitu kisah penciptaan, kisah pengorbanan Ishak
oleh Abraham dan kisah penyebrangan Laut Merah. Setelah bacaan dari Perjanjian
Lama, lagu kemuliaan dinyanyikan secara meriah sambil membunyikan lonceng. Saat
ini lilin altar dan lampu gereja dinyalakan, sedangkan lilin umat dipadamkan.
Acara
dilanjutkan dengan bacaan epistola. Bacaan ini mengingatkan kita sebagai murid
Yesus bahwa dengan menerima baptisan kita ikut mati bersama Dia dan akan
dibangkitkan pula bersama Dia. Usai bacaan epistola akan ada bacaan Injil, yang
didahului kidung aleluya.
c) Liturgi Baptis
Liturgi
baptis diawali dengan pemberkatan air dalam bejana baptis, yang diiringi lagu
Litani Para Kudus. Setelah itu ada pemberkatan air suci. Di sini lilin paskah
akan dicelupkan 3 kali ke dalam air di bejana baptis. Pemberkatan air itu
menjadi tanpa pengudusan air suci karena telah dipersatukan dengan Yesus.
Pemberkatan
air suci akan diikuti dengan penerimaan sakramen baptis bagi para calon baptis.
Jika tidak ada, maka akan ada perecikan air suci kepada umat sebagai kenangan
akan baptisan yang telah mereka terima. Namun sebelum perecikan, umat diajak
untuk membaharui janji baptisnya.
d) Liturgi Ekaristi
Liturgy
ekaristi merupakan puncak ari keseluruhan liturgy Paskah. Pada bagian ini kita
merayakan kembali pengurbanan Yesus di kayu salib, hadirnya Kristus yang telah
bangkit. Liturgi ekaristi diawali dengan persembahan, yang dilanjutkan dengan
Doa Syukur Agung. Bagian akhir dari liturgi ekaristi malam Paskah adalah berkat
meriah paskah.
Catatan
Akhir
Ketiga perayaan Tri Hari
Suci Paskah merupakan satu kesatuan. Kita diajak untuk mengikuti perayaan Tri
Hari Suci Paskah secara utuh. Dan perlu disadari juga bahwa perayaan Malam
Paskah bukanlah perayaan Paskah. Perayaan Paskah pada hari Minggu Paskah tidak
bisa disamakan dengan perayaan malam Paskah. Perayaan Paskah baru terjadi pada
Minggu Paskah.
Tri Hari Suci Paskah
merupakan saat-saat terpenting dalam tahun liturgi Gereja Katolik. Pada
hari-hari ini kita diingatkan kembali bahwa Yesus bersedia mati untuk menebus
dosa-dosa kita dan dibangkitkan. Kematian-Nya bukanlah kekalahan, melainkan
kemenangan.
Pangkalpinang,
31 Januari 2016
by: adrian
sumber:
Paroki Antonius Padua
Tidak ada komentar:
Posting Komentar