Renungan Pesta Keluarga Kudus, Thn C
Bac
I 1Sam 1: 20 – 22, 24 – 28; Bac II Yoh 3: 1 – 2, 21 – 24;
Injil Luk 2: 41 – 52;
Hari ini Gereja Semesta
mengajak kita untuk merayakan Pesta Keluarga Kudus, Yusuf, Maria dan Yesus. Bacaan-bacaan
liturgi hari ini mengambil tema tentang keluarga dengan penekanan yang
berbeda-beda. Bacaan pertama, yang diambil dari Kitab Samuel yang pertama,
berbicara mengenai keluarga Elkana, Hana dan Samuel. Bagi Hana Samuel merupakan
anugerah dari Tuhan. Sebagai ungkapan syukurnya, Hana mempersembahkan putranya
itu kepada Tuhan. Di sini penekanannya adalah anak sebagai anugerah Tuhan,
sehingga umat diajak untuk menghaturkan syukur kepada Tuhan.
Injil mengangkat keluarga
kudus, yaitu Yusuf, Maria dan Yesus. Ada dua penekanan dalam bacaan Injil ini. Pertama, Yusuf dan Maria mau menunjukkan
rasa tanggung jawab sebagai orangtua terhadap anak. Wujud tanggung jawab itu
terlihat dari kecemasan dan perjuangan mencari anak mereka. Di sini tekanannya
pada keluarga inti-duniawi. Kedua, Tuhan
Yesus menunjukkan status-Nya sebagai Anak Allah, sehingga harus berada di rumah
Bapa (ay. 49). Di sini Tuhan Yesus mengangkat nilai keluarga inti-duniawi ke
keluarga Allah.
Penekanan Tuhan Yesus
mengenai keluarga Allah, kembali ditegaskan oleh Yohanes dalam bacaan kedua. Dalam
suratnya yang pertama Yohanes menyatakan bahwa oleh kasih karunia Allah kita
menjadi satu keluarga. Kita adalah anak-anak Allah. Jadi, oleh kasih kita tidak
lagi hanya hidup dalam keluarga inti-duniawi, melainkan juga keluarga Allah.
Yohanes menegaskan bahwa satu wujud konkret sebagai keluarga Allah adalah
kasih. Sebagai anak-anak Allah, kita hendaknya “saling mengasihi sesuai dengan
perintah yang diberikan Kristus kepada kita.” (ay. 23).
Sabda Tuhan hari ini mau
menyadarkan kita bahwa kita tidak hanya hidup dalam keluarga inti-duniawi
(suami, isteri dan anak), melainkan juga sebagai keluarga Allah. Keluarga-keluarga
inti-duniawi membentuk keluarga Allah oleh karena kasih. Tuhan menghendaki
supaya kita menghidupi kasih itu dalam keluarga inti kita dan kita terapkan
kepada keluarga-keluarga lainnya. Akan tetapi, Yohanes pernah mengatakan bahwa
Allah itu adalah kasih (1Yoh 4: 8). Jadi, jika dalam keluarga semua anggota
keluarga hidup dalam kasih, maka keluarga itu dapat disebut sebagai keluarga
Allah.***
by:
adrian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar