Renungan Hari Minggu Biasa XXXI – B
Bac I Ul 6: 2 – 6; Bac II Ibr 7: 23 – 28;
Injil Mrk 12: 28 – 34;
Bacaan pertama dan Injil
hari ini memiliki kesamaan pada tema, yaitu kasih kepada Allah dan kasih kepada
sesama. Dalam bacaan pertama, yang diambil dari Kitab Ulangan, dikisahkan bahwa
Nabi Musa memberikan perintah dari Allah untuk diperhatikan oleh umat Israel. Perintah
itu adalah mengasihi “TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap
jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu.” (ay. 5). Dalam perintah ini terdapat totalitas
dalam mengasihi Allah. Dan Musa menghendaki supaya umat Israel melakukan
ketetapan dan perintah ini dengan setia sehingga mereka akan akan mendapatkan
rahmat dan berkat (ay. 3).
Perintah Allah yang
diberikan Musa kepada bangsa Israel, kembali ditegaskan Tuhan Yesus dengan
menambah tekanan. Dalam Injil Tuhan Yesus memberikan dua perintah yang utama,
sebagai jawaban atas pertanyaan seorang ahli Taurat tentang perintah yang
paling utama. Dua perintah utama itu adalah mengasihi Allah dengan totalitas
diri dan mengasihi mengasihi sesame seperti mengasihi diri sendiri (ay. 30 –
31). Dalam pelaksanaannya dua perintah ini tak bisa dipisahkan satu sama lain,
melainkan harus sejalan seiringan, ibarat 2 sisi koin. Sama seperti Musa yang
menghendaki agar perintah Allah dilaksanakan dengan setia, demikian dua
perintah utama yang diberikan Tuhan Yesus ini. Melakukan dua perintah tersebut
dengan setia dan benar, membuat kita dapat masuk ke dalam kerajaan Allah. Tapi jika
kita hanya sebatas mengetahuinya saja, maka kita “tidak jauh dari Kerajaan
Allah.” (ay. 34).
Ketetapan dan perintah Allah
yang ada pada bacaan pertama dan Injil ini direfleksikan dengan sangat bagus
oleh penulis surat kepada orang Ibrani. Yang menjadi pusat refleksi penulis ini
adalah Tuhan Yesus, yang bagi penulis dilihat sebagai Imam Agung. Keagungan imamat
Yesus terletak pada pelaksanaan peran-Nya sebagai pengantara antara manusia dan
Allah sehingga dengan demikian manusia memperoleh keselamatan (bdk. Ay. 25). Sebagai
Imam Agung, Yesus mau memberikan diri-Nya sebagai kurban pelunas dosa umat
manusia. Kurban itu merupakan bukti cinta-Nya kepada umat manusia, dan
kesetiaan-Nya kepada Allah.
Perintah kasih bukanlah
merupakan barang baru bagi umat kristiani. Kasih ini menjadi identitas bagi
agama Kristen. Para pengikut Kristus dikenal ketika mereka melaksanakan cinta
kasih, bukan hanya kepada Allah tetapi juga kepada sesama. Sabda Tuhan hari ini
mau mengatakan kepada kita bahwa perintah kasih ini tidak hanya sebatas ucapan
bibir atau pengetahuan akali saja. Melalui sabda-Nya hari ini Tuhan menghendaki
kita untuk mempraktekkan perintah kasih ini dalam kehidupan kita, kapan dan
dimana saja kita berada. Dengan melaksanakan perintah kasih dengan totalistas
diri, kita secara tak langsung telah menyelamatkan sesama sekaligus menghantar
dia kepada Kristus.***
by: adrian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar