Renungan Hari Rabu
Biasa XXIV, Thn A/II
Bac I 1Kor 12: 31 – 13: 13; Injil Luk 7: 31 – 35;
Dalam Injil hari ini Tuhan Yesus mau memberi gambaran situasi umat
manusia pada waktu itu. Satu kata untuk menggambarkan mereka adalah
ketidak-pedulian. Umat manusia pada masa itu hanya sibuk dengan urusannya
sendiri tanpa peduli dengan orang lain. Tuhan Yesus memberi perbandingan dengan
anak kecil yang meniup seruling tapi tak ada yang menari, menyanyikan lagu duka
tapi tak ada ratap tangis. Seruling adalah ungkapan rasa gembira yang
diperlihatkan dengan menari; demikian pula lagu duka sebagai ungkapan rasa
sedih yang ditampilkan dengan menangis. Akan tetapi, yang terjadi adalah tidak
ada reaksi apa-apa. Orang sudah mati rasa.
Paulus dalam suratnya yang pertama kepada jemaat di Korintus,
yang menjadi bacaan pertama hari ini, mengajak umat untuk membangkitkan rasa. Lewat
kidung kasihnya, Paulus meminta umat untuk peka akan situasi yang terjadi di
sekitarnya: bersukacita akan kebenaran dan berdukacita akan ketidak-adilan. Roh
dari kepekaan rasa ini adalah kasih. Sekalipun orang menunjukkan kepeduliaannya
kepada sesama yang menderita, namun jika tanpa kasih, tindakan itu tak ada
artinya. Karena bisa saja tindakan itu demi popularitas diri.
Kemarin telah dikatakan bahwa korupsi sudah mewabah dewasa
ini. Korupsi menjadi budaya, bukan saja di lembaga sekuler, tetapi juga di
Gereja. Pelaku korupsi bukan lagi dominan pejabat pemerintahan, tapi juga
pejabat Gereja seperti uskup dan imam. Korupsi merupakan salah satu bentuk
ketidak-pedulian. Koruptor adalah orang yang menari di atas penderitaan orang
lain. Dan sekalipun kritik atas koruptor ini terus didentangkan, tetap saja
korupsi merajalela. Orang sudah kehilangan rasa. Bahkan ada koruptor
menunjukkan seakan peduli pada sesamanya; terlihat memberi bantuan dan sumbangan.
Namun tindakannya itu tanpa roh kasih. Sabda Tuhan hari ini mengajak kita untuk
membangun rasa kepekaan dan kepeduliaan. Tuhan menghendaki kita peka pada situasi
sesama. Rasa kepekaan ini mengajak kita untuk berani menanggalkan egoisme kita.
by: adrian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar