SINTERKLASS ≠ SANTA CLAUS
Menjelang
natal, dunia selalu dihiasi dengan kehadiran sosok orang tua gendut dengan
janggut putih lebat dan berpakaian merah dengan mengendarai kereta rusa sambil
berteriak, “Ho.. ho.., ho....!” Yah, bagi orang kristiani, bahkan yang bukan
pun (baca: non kristen), tentu sudah tak asing lagi dengan sosok ini. Dialah Santa Claus atau juga
yang biasa dipanggil Sinterklass.
Pada umumnya
orang menyamakan saja kedua nama ini. Satu sosok dengan dua nama berbeda. Padahal sebenarnya keduanya tidak sama. Antara Santa Claus
dan Sinterklass terdapat sedikit perbedaan.
Santa Claus
adalah sosok yang tinggal di Kutub Utara, sementara Sinterklass merupakan tokoh
dongeng Belanda yang dikisahkan tinggal di sebuah Kastil di Spanyol. Kesamaan keduanya
adalah bahwa keduanya suka memberi hadiah kepada anak-anak yang sepanjang tahun
menunjukkan kepribadian baik. Jadi, hadiah itu semacam reward karena sudah menjadi anak baik.
Bagaimana
hadiah itu diberikan? Santa Claus ingin agar anak-anak meninggalkan kue untuk
ditukarkan dengan hadiahnya. Sementara Sinterklass ingin supaya anak-anak
menaruh rumput di sepatu untuk rusanya. Nah, rumput itu nantinya akan ditukar
dengan hadiah natal. Ada kesan asas do ut des. Namun bukan untuk asas itu proses take and give ini dilakukan. Di sini ada nilai yang hendak ditanam dalam diri anak, yaitu agar anak juga bersedia memberi.
Bagaimana
perlakukan kedua sosok legenda ini kepada anak-anak yang nakal? Terhadap
anak-anak yang nakal, Santa Klaus akan memberi batu arang sebagai ganti hadiah.
Jadi, Santa Claus akan mengambil kue yang diletakkan anak-anak dan
menggantikannya dengan batu arang. Lain dengan Sinterklass. Sinterklass
mempunyai seorang pengikut yang bertugas sebagai tukang hukum. Anak yang nakal
tidak akan mendapat hadiah. Mereka akan dimasukkan ke dalam karung oleh
pengikut Sinterklass yang dikenal dengan nama Piet Hitam.
Untuk pasar
Indonesia, kehadiran Sinterklass lebih populer daripada Santa Klauss. Mungkin efek hukuman langsung dirasakan sebagai penyebab popularitas Sinterklass.
Jakarta, 30 Oktober 2013
by: adrian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar