Senin, 28 Juni 2021

KONG X KONG = DUIT


 

Di dunia ini penguasa itu identik dengan pemegang kuasa. Ada banyak kuasa di dalam genggaman tangannya, yang dapat menentukan nasib orang lain. Memang tetap harus diakui bahwa hidup mati ada dalam kuasa Tuhan, meski dalam arti tertentu dapat juga dipindahkan ke tangan manusia yang memiliki kuasa tadi.

Kalau penguasa alam semesta itu hanya ada satu, yaitu Tuhan Allah, maka penguasa di dunia ini ada banyak, tergantung bidangnya. Untuk sebuah negara, penguasanya adalah kepala pemerintah, meski teorinya mengatakan bahwa rakyatlah pemilik kuasa itu. Di bidang hukum, hakimlah penguasanya. Dialah pemegang keputusan bersalah atau tidaknya seseorang.

Untuk lingkup Gereja, misalnya di keuskupan, pemegang kuasa itu adalah uskup. Inipun masih ada catatannya, yaitu bahwa menurut teorinya kekuasaan dalam Gereja itu berarti pelayanan dan pengabdian. Tapi, itu lebih pada teori. Karena, sebagaimana lazim terjadi, tidak banyak teori sejalan dengan prakteknya.

Karena dengan kuasa yang dimiliki itu, sang penguasa dapat menentukan nasib orang lain, maka wajar bila banyak orang berusaha dan berjuang agar bisa dekat dengan penguasa. Kedekatan ini tentulah akan berdampak positip baginya. Dan supaya bisa dekat dengan sang penguasa itu, berbagai cara pun dilakukan. Salah satunya adalah menjilat. Dari sinilah muncul istilah ABS (Asal Bapak Senang).

Ada banyak manfaat yang diperoleh dari kedekatan relasi dengan penguasa ini. Salah satunya adalah perlindungan. Dengan adanya perlindungan, orang akan merasa aman dan nyaman. Apapun tindakannya, bahkan salah sekalipun, orang tetap dilindungi berkat perlindungan tadi. Karena itu, orang salah bisa jadi tidak disalahkan. Jika melakukan hal yang benar, maka pujian akan melambung tinggi melampaui langit, meski sebenarnya biasa-biasa saja. Ada banyak orang lain melakukan hal yang serupa, bahkan mungkin lebih lagi, namun tidak mendapat apresiasi karena tidak adanya kedekatan relasi dengan penguasa. Sekali lagi, ini semua karena kedekatan dengan penguasa.

Di negara, pelaku kejahatan (entah itu narkoba, korupsi atau lainnya) dapat melenggang bebas berkat adanya relasi yang dekat dengan penguasa. Di keuskupan, imam-imam bermasalah tidak akan dipermasalahkan karena kedekatannya dengan uskup. Malah mungkin ia akan dibela dan justru orang lain yang menjadi biang permasalahan. Akan tetapi, jika tidak punya relasi dekat dekat dengan uskup, imam bermasalah tetap menjadi masalah, dan ia akan dipermasalahkan.

Minggu, 27 Juni 2021

TELAAH ATAS SURAH ALI IMRAN AYAT 24


 

Hal itu adalah karena mereka berkata, “Api neraka tidak akan menyentuh kami kecuali beberapa hari saja.” Mereka terpedaya dalam agama mereka oleh apa yang mereka ada-adakan. [QS 3: 24]

Bagi umat islam, Al-Qur’an diyakini sebagai pusat spiritualitas hidupnya. Ia dipercaya sebagai wahyu Allah yang disampaikan langsung kepada nabi Muhammad SAW (570 – 632 M). Kepercayaan ini didasarkan pada perkataan Allah sendiri yang banyak tersebar dalam Al-Qur’an. Karena Allah itu mahabenar, maka perkataan-Nya, yang tertulis di dalam Al-Qur’an adalah juga benar. Hal inilah yang kemudian membuat Al-Qur’an dikenal sebagai kitab kebenaran. Jika ditanya kepada umat islam kenapa begitu, pastilah mereka menjawab karena itulah yang dikatakan Al-Qur’an.

Berangkat dari premis ini, maka kutipan ayat Al-Qur’an di atas haruslah dikatakan berasal dari Allah dan merupakan satu kebenaran. Apa yang tertulis di atas, semuanya diyakini merupakan kata-kata Allah, yang kemudian ditulis oleh manusia. Seperti itulah kata-kata Allah. Karena surah ini masuk dalam kelompok surah Madaniyyah, maka bisa dipastikan bahwa Allah menyampaikan wahyu ini saat Muhammad ada di Madinah.

Selain sebagai kitab kebenaran, Al-Qur’an diyakini juga sebagai kitab yang jelas, kitab yang memberi keterangan yang jelas. Hal ini dikatakan sendiri oleh Allah. dan dasarnya adalah karena Allah yang memberikan keterangan itu adalah Allah yang mahateliti. Dalam Al-Qur’an sifat Allah mahateliti ini disebut sebanyak 25 kali. Ketelitian Allah inilah yang membuat Al-Qur’an menjadi kitab yang jelas.

Jika kita mencermati dan merenungkan wahyu Allah di atas dengan pikiran jernih, maka dapat dikatakan bahwa waktu itu Allah menyampaikan kepada Muhammad sebuah pernyataan orang. Mungkin pernyataan itu disampaikan kepada Muhammad atau juga umat muslim. Ada kesan bahwa pernyataan itu membahayakan keimanan islam. Karena itulah, setelah menyampaikan pernyataan orang itu, Allah lantas menegaskan orang tersebut (yang membuat pernyataan tadi) terpedaya oleh keyakinan mereka sendiri.

Jumat, 25 Juni 2021

AYAT-AYAT INI BUAT ORANG RAGUKAN AL-QUR’AN

 


Al-Qur’an pusat spiritualitas umat islam. Iman dan hidup umat islam bersandar padanya, selain pada hadis. Umat islam yakin bahwa AL-Qur’an adalah kitab suci yang berisi kata-kata Allah SWT. Kata-kata atau wahyu Allah ini diberikan kepada nabi Muhammad SAW secara langsung. Prosesnya kurang lebih seperti ini: Allah bersabda kepada nabi Muhammad, lalu nabi meminta orang untuk menulisnya, karena katanya Muhammad tidak bisa baca tulis (meski ada wahyu yang mengindikasikan dia bisa membaca). Setiap wahyu Allah kepada nabi Muhammad, langsung ditulis. Dan setelah dikumpulkan, jadilah Al-Qur’an seperti yang ada sekarang ini.

Itulah keyakinan umat islam, yaitu bahwa Al-Qur’an sungguh merupakan perkataan Allah SWT. Karena Allah SWT itu adalah maha sempurna, maka Al-Qur’an juga adalah kitab yang sempurna, dan agama islam, yang berlandaskan pada Al-Qur’an, adalah agama yang sempurna. Tidak heran banyak umat islam menggunakan Al-Qur’an sebagai tolok ukur menilai agama, kitab suci dan orang lain. Dengan dasar Al-Qur’an mereka mengatakan orang non islam itu kafir dan agamanya pun kafir, dan orang kafir pasti masuk neraka. Umat islam juga memakai Al-Qur’an untuk mengatakan bahwa kitab suci orang Yahudi dan Kristen sudah tak asli lagi, alias palsu.

Keyakinan umat islam ini, terlepas baik atau tidak baik, benar atau tidak benar, memang harus dihormati. Namun sering terjadi bahwa banyak keyakinan dalam hidup tidak ditunjang dengan ulasan rasional. Artinya, keyakinan itu tidak mempunyai dasar rasional sehingga ia menjadi keyakinan buta. Malah jika keyakinan itu ditelaah atau dikritisi dengan akal budi, maka keyakinan itu bisa luntur. Demikian pula halnya dengan keyakinan umat islam akan Al-Qur’an. Tidak ada kesepakatan di antara pemeluk islam soal dimana letak kesempurnaan Al-Qur’an. Jika memang Al-Qur’an adalah kitab yang sempurna, maka di dalamnya tidak akan ada kekeliruan, kesalahan bahkan kebingungan. Satu saja kesalahan atau kekeliruan membuat argumentasi Al-Qur’an sebagai kitab yang sempurna menjadi runtuh.

Orang yang biasa menggunakan akal sehat, tentu tidak begitu mudah percaya akan setiap argumentasi sebelum argumen tersebut dikritisi atau dibuktikan. Nah, jika Al-Qur’an dikritisi dengan akal sehat, maka akan ditemukan begitu banyak kejanggalan yang membingungkan. Berikut ini beberapa tema dalam Al-Qur’an yang membingungkan orang yang berakal sehat, sehingga tak heran bila patut meragukannya.